Setahun Pemerintahan Shafda, Diplomasi Ala Badro

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Badro adalah tokoh tuna rungu dalam film lawak Gayo. Ia seperti layaknya pelawak Bolot. Kita tidak hendak membahas pribadi Badro dan Bolot, tetapi wajar kalau pemimpin yang tidak mendengarkan aspirasi masyarakat kita personafkasikan sebagai pemerintahan Badro.

Pada masa Pemerintahan Soeharto, negara Indonesia nyaris bubar, gara-gara salah seorang anggota DPR RI mengalami gangguan pendengaran sebagai juru bicara salah satu fraksi. Pak Harto terpaksa mengulang-ulang jawabannya sampai tiga kali, tetapi tetap diinterupsi serta menolak pertanggung-jawaban Presiden Soeharto.

Padahal Pak Harto sudah melobi anggota DPR RI tersebut melalui ketua fraksinya agar tidak macam-macam saat Pak Harto menyampaikan pidato. Untunglah salah seorang staf presiden menyadari kekacauan segera menulis jawaban yang harus disampaikan oleh anggota DPR RI tersebut.

Demikian juga setahun Pemerintahan Aceh Tengah dapat disimpulkan; “Pemerintahan Shafda (Shabela-Firdaus) diplomasi ala Badro,” tidak ada keberhasilan yang patut dibanggakan yang bisa diukur. Bahkan penyu bertelor di pantaipun dianggap sebagai keberhasilannya.

Bisa saja mereka berkilah, bahwa pemerintahannya baru seumur jagung, sehingga wajar tidak bisa berbuat banyak untuk membangun negeri cikal bakal para raja di Aceh ini. Akan tetapi di tingkat ASN Aceh Tengah sendiri selalu menjadi bahan olok-olokan, terutama terhadap wakil bupati.

Benar bupati telah membatalkan pembelian mobil dinas dengan dana APBK, tetapi perlu kiranya bupati mengklarifikasi rumor yang beredar di kalangan masyarakat, anaknya membeli mobil mewah lebih mahal dari mobil dinas yang dibatalkan akibat “Pluit Maharadi Gayo.” Prilaku tersebut sama saja dengan gaya “kintis kedil” sembunyikan kepala tapi punggung tetap nampak.

Meski demikian masih banyak harapan kita pada pemerintahan Shafda. Setidaknya masih ada empat tahun lagi membenahi negeri di atas awan ini agar Gayo Highland jangan diartikan “Gayo hek ilen” tidak bangkit-bangkit karena masih terasa capek. Mudah-mudahan Pemerintahan Shafda bisa membangkitkan energi baru bagi Gayo setelah lama “hek ilen” dengan mendengarkan dan menjalankan roda pemerintahan dengan baik agar pada tahun depan tidak ada lagi cap pemerintahan Badro di Aceh Tengah.

(Mendale, 29 Desember 2018)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.