Ibnu Hazm; Filosof dan Penyair yang Handal Mengenai Seni Cinta

oleh
Husaini Muzakir Algayoni

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

“Pemikiran Ibn Hazm dalam Thauq al-Hamamah melacak perkembangan cinta, menganalisis berbagai unsurnya dan memadukan antara ide filosofis dan fakta historis.”

Berbicara sosok filosof pasti terbayang dengan pemikiran-pemikiran nyeleneh, pemikirannya sulit dipahami dan terkesan membosankan untuk dipelajari. Nah, bagaimana jadinya kalau seorang filosof berbicara sastra dengan menggunakan bahasa-bahasa indah yang berkenaan mengenai seni cinta? Berbicara tentang cinta semua kalangan (dari muda hingga tua) pasti terkesima bukan?

Filsafat dan sastra ibarat pikiran dan hati yang sama-sama mempunyai hubungan yang tak dapat terpisahkan serta mempunyai keterkaitan. Dalam hal ini, ditunjukkan oleh seorang filosof ternama Wilhelm Friedrich Nietzsche melalui karyanya roman Also Sprach Zarathustra (Demikianlah Sabda Zarathustra) ia menuangkan gagasan filsafatnya dalam karya sastra. Lewat letusan kata-kata, metafora, figurasi dan permainan kata yang mengesankan adanya letusan perasaan begitulah gambaran dari karya Nietzsche tersebut.

Selain Nietzsche, seorang filosof Islam bernama Ibn Hazm yang hidup pada abad ke-5 H; terlebih dahulu menuangkan gagasan pemikirannya lewat puisi-puisi puitis, karya puisinya yang paling terkenal baik di Timur maupun Barat dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa adalah Thauq al-Hamamah (Di Bawah Naungan Cinta) sebuah esai berisi seni cinta kasih yang dikatakannya ‘penyakit serius’.

Thauq Al-Hamamah dikatakan oleh Dr. Thahir Makki (ulama mesir) adalah sebuah karya paling memikat yang mengkaji tentang cinta pada masa pertengahan, baik di dunia Islam maupun dunia Kristen. Karya tersebut melacak perkembangan cinta, menganalisis berbagai unsurnya dan memadukan antara ide filosofis dan fakta historis. Dan beliau juga mengatakan bahwa “Apabila ada satu tema yang tidak pernah habis diceritakan dari mulut ke mulut, dinyanyikan dalam lagu-lagu, dikisahkan dalam berbagai novel, diekspresikan dalam puisi dan tari, digumamkan dalam doa-doa dan menyala-nyala di setiap hati manusia, maka itu adalah cinta.”

Ali Bin Ahmad bin Said bin Hazm, julukannya adalah Abu Muhammad. Ibn Hazm dilahirkan di Cordoba (Spanyol) pada 384 H/994 M. Ibn Hazm adalah seorang ilmuwan yang menguasai banyak disiplin ilmu. Dia adalah seorang ahli fiqih, tafsir, hadis, ushul fiqh, kalam, mantiq, kedokteran, sastra dan sejarah. Semasa hidupnya, Ibn Hazm sering memberikan kritikan kepada para ulama yang hidup pada waktu itu. Hal tersebut menyebabkan mereka marah kepada Ibn Hazm hingga menyesatkan dirinya. Para ulama tersebut bahkan memperingatkan pemerintah dan masyarakat untuk menjauhinya hingga menyebabkan dirinya harus diusir ke sebuah tempat di Andalusia hingga akhir hayatnya.

Hakikat Cinta

Cinta memiliki makna yang dalam, indah dan agung. Tidak ada kata yang kuasa melukiskan keindahan dan keagungannya. Hakikat cinta tak dapat ditemukan selain dengan segenap kesungguhan pengamatan dan kejiwaan. Cinta tak dapat dimusuhi agama dan tak dilarang syariat-Nya. Cinta adalah urusan hati, sementara hati adalah urusan Ilahi.

Tentang hakikat cinta kata Ibn Hazm banyak orang yang berselisih pendapat, namun Ibn Hazm berpendapat bahwa cinta adalah penghubung jiwa-jiwa manusia yang beragam corak dan warna.

Sedangkan jiwa adalah inti kemuliaan manusia. Cinta adalah bayang-bayang indah yang terpateri dalam jiwa, cinta adalah kasih yang terukir dalam hati.

Ada alasan terbesar kenapa seseorang menumbuhkan cinta dari keindahan fisik. Karena pada dasarnya, jiwa adalah indah dan selalu terpikat pada segala sesuatu yang indah. Jiwa gandrung pada keindahan. Manakala jiwa seseorang gandrung pada jiwa yang lain dan ternyata di balik jiwa orang yang digandrunginya itu terdapat sesuatu yang menyerupai jiwanya, maka jiwanya akan semakin terpikat dan terkait dengan jiwa orang yang digandrunginya itu; itulah cinta yang hakiki.

Namun, apabila ternyata dibalik jiwa orang yang digandrunginya tidak ada sesuatu yang menyerupai jiwanya, maka cintanya sebatas keindahan fisik semata. Cinta keindahan fisik merupakan cinta nafsu syahwat. Bentuk keindahan fisik memiliki daya pikat luar biasa bagi jiwa yang membara.

Tanda-tanda Jatuh Cinta

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa cinta adalah urusan hati, ketika hati terpesona dengan seseorang maka terjadilah jatuh cinta yang tak bisa dielakkan lagi. Dalam jatuh cinta, ada beberapa tanda-tandanya. Bagi orang yang cerdas mampu mengenalinya dan bagi orang yang pintar mampu menunjukkannya.

Berikut beberapa tanda-tanda jatuh cinta yang dipaparkan oleh Ibn Hazm:
Pertama, tanda jatuh cinta adalah tatapan mata. Mata adalah pintu gerbang jiwa. Melalui tatapan mata, rahasia jiwa dapat diungkap dan pesan jiwa beserta kedalam isinya dapat disingkap. Dalam hal ini, Ibn Hazm pun berpuisi,
Selain keindahanmu, tiada persinggahan
Bagi mata yang menatapmu tiada hentinya
Kau serupa berbagai pengakuan
Tentang indahnya intan permata

Kupendarkan tatapan matamu
Mengikuti tatapan matamu
Kuikuti dirimu selalu
Layaknya manis mengikuti madu

Kedua, tanda-tanda selanjutnya ialah cinta dapat dilihat dari sebuah perbincangan. Orang-orang yang jatuh cinta akan selalu melayani perbincangan orang yang dicintainya. Ia nyaris tak mau melayani perbincangan orang lain, selain ia yang tercinta. Ketiga, tanda-tanda lainnya dapat dilihat dari gerak tubuh orang yang jatuh cinta. Orang yang jatuh cinta betapa segera bergegas menuju tempat orang yang dicintainya.

Keempat, tanda berikutnya adalah adanya keraguan dan sekaligus kegembiraan yang berpendar dari wajah-wajah sang pencinta kala tiba-tiba bertemu dengan sang pujaan. Atau, adanya kegugupan manakala berpapasan dengan seseorang yang serupa dengan sang pujaan. Atau, adanya getaran hebat manakala mendengar nama sang pujaan tercinta. Dan dalam hal ini, Ibn Hazm mengeluarkan puisinya,
Kala si baju merah terpandang mata
Gelisah, resa, dan guncang dihati karenanya
Diterjang dan dilempar angin daya layaknya
Jantung pun oleng seakan halilintar menghajarnya.

Kelima, tanda berikutnya dari orang-orang yang jatuh cinta ialah melakukan segala perbuatan yang biasa dilakukan sang pujaan. Meskipun pekerjaan itu tidak pernah dan tidak dapat dilakukan sebelumnya. Cinta telah mengubah sang pendiam menjadi betah berbicara, cinta telah mengubah sang penakut menjadi pemberani luar biasa, cinta telah mengubah si malas berhias menjadi pesolek di depan kaca, cinta telah mengubah si miskin berlagak kaya, cinta telah mengubah si saleh nan sopan menjadi genit suka menggoda. Itulah cinta kawan!

Keenam, tanda berikutnya ialah orang yang diterpa cinta selalu ingin mendengar nama pujaan hatinya dan tanda yang ketujuh bagi orang yang jatuh cinta suka dalam kesendirian. Orang yang jatuh cinta, kala sendiri, merasa merdeka tak terkira; ini merupakan bukti tak terpungkiri dan kenyataan tak terbantahkan, ada cinta yang sedang bersemayam dalam jiwa.

Dan tanda-tanda jatuh cinta terakhir yang dijelaskan oleh Ibn Hazm adalah orang yang suka begadang, para penyair banyak yang menyebutkan tanda-tanda ini dalam puisi-puisi mereka. “Orang-orang yang sedang jatuh cinta adalah para pengembala binta-bintang. Mereka suka menghitungya sepanjang malam.”
Mengenai rahasia cinta yang dapat dibaca lewat tanda-tandanya, Ibn Hazm pun berpuisi sebagai berikut,
Awan cinta tengah menyandingiku, wahai teman
Seluruh ruang hatiku pun terasa sangat nyaman
Indah bayangmu sepanjang malam mengisi benakku
Sepanjang malam ia pun terjaga menemaniku

Kala kelam malam malas beranjak pergi
Sedetik pun kedua mataku terpejam tak kuasa
Kala siang datang menawarkan senyumnya
Terpejam kedua mataku kian tak kuasa

Duhai pujaan
Dalam cinta hatiku terkurung
Selain sangkaan
Tak tahulah mereka aku dirundung

Demikianlah ulasan singkat dari pemikiran seorang filosof dan penyair dalam Thauq al-Hamamah sebuah esai tentang seni cinta kasih yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Risalah Cinta: Kitab Legendaris tentang Seni Mencinta, kata Waheeda El-Humayra (penulis best seller The Sacred Romance of King Sulaiman & Queen Sheba) mengatakan “Buku ini tak akan pernah membosankan untuk dibaca, bahkan oleh mereka yang sudah sangat berpengalaman dalam mencinta.”

Selain hakikat cinta dan tanda-tanda jatuh cinta yang diulas di atas, pembahasan lain dalam buku ini adalah: tanda jatuh cinta karena mimpi dan lewat gambaran tentang sosok sang pujaan, jatuh cinta pada tatapan pertama, jatuh cinta selepas mengamati, jatuh cinta karena karakter yang dimiliki sang pujaan, isyarat cinta lewat kata dan tatapan mata, isyarat cinta, perantara cinta, merahasiakan cinta, memamerkan cinta, ketaatan, pertengkaran, kritik dalam cinta, teman yang membantu, mata-mata cinta, orang ketiga, pertemuan, pemutusan hubungan, kesetiaan, pengkhianatan, perpisahan, kesepian, jauh dari sang pujaan, melupakan sang pujaan, kematian, nistanya kemaksiatan dan keutamaan memelihara kesucian.

Para pemburu literasi cinta, pujangga dan penyair cinta, saya menganjurkan untuk membaca Thauq al-Hamamah (Di Bawah Naungan Cinta) karya filosof dan penyair yang handal dalam seni cinta kasih ini. Membaca buku ini, pikiran dan perasaan akan dibawanya ke negeri cinta dengan pergolakan-pergolakan dan panorama dalam kehidupan cinta.

*Kolumnis LintasGAYO.co, Hobi Meresensi Buku, Membaca Novel dan Cerpen

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.