Hewan Tidak Ingin Menjadi Manusia, Kenapa?

oleh

Oleh : Husaini Muzakir Algayoni*

“Kalau hidup sekedar hidup babi di hutan juga hidup, kelau bekerja sekedar bekerja kera juga bekerja” (Buya Hamka).

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuk terbaik “Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia itu atas sebaik-baik pendirian” (at-Tin: 4). Penjelasan ayat ini kalau kita rujuk ke tafsir al-Azhar menegaskan bahwa diantara makhluk Allah di atas permukaan bumi ini manusia lah yang diciptakan Allah dalam sebaik-baik bentuk; bentuk lahir dan bentuk bathin, bentuk tubuh dan bentuk nyawa. (Baca: Manusia Bukan Hewan, Manusia Makhluk Unik. Lintasgayo.co).

Nah, manusia sebagai makhluk terbaik. Kemudian timbul pertanyaan, apa yang telah diperbuat sehingga memberikan manfaat pada orang lain, suatu perbuatan yang tak mengganggu orang baik itu dari segi tindakan maupun dari lisan sehingga menciptakan suasana sejuk dan damai. Apakah kita sudah berbuat baik dan memberikan manfaat pada orang lain? Atau malahan dengan perbuatan kita mengandung permusuhan dan kebencian antar sesama.

Di bawah ini ada satu kisah yang menarik bagaimana kita belajar memaknai hidup dan berbagi, dalam kisah ini ada sapi memberikan manfaat pada manusia tapi dia tidak mau menjadi kucing, kucing juga memberikan manfaat pada manusia tapi dia tidak mau menjadi tikus, tikus juga memberikan manfaat kepada manusia tapi dia tidak mau menjadi manusia, Lho kenapa bisa tikus tidak mau menjadi manusia?

Mari kita simak kisahnya bersama-sama dalam buku “Hidup jangan seperti babi dan kera ditulis oleh Abdillah Firmanzah Hasan”! Suatu hari, penduduk rimba berkumpul dalam sebuah perjamuan yang dipimpin oleh singa, si raja rimba.

Pertemua itu begitu ramai karena semua penduduk mulai dari hewan yang jinak hingga buas semuanya di undang untuk mengikuti acara yang diadakan setiap tahun itu.

Raja rimba senang dengan seremoni tersebut, karena ia dapat melihat kebahagiaan yang dirasakan oleh rakyatnya. Tak ada penduduknya yang bersedih hati dan bermuram durja, semuanya larut dalam kegembiraan. Mereka bernyanyi dan menari dengan riang. Tatkala raja rimba naik podium, sesaat rakyatnya terdiam untuk mendengarkan titah sang raja.

“Wahai rakyatku, apakah kalian semua yang hadir disini merasakan kebahagiaan?”
“Kami bahagia, wahai raja rimba. Tuan bisa melihat sendiri bagaimana kami riang bergembira pada malam ini. “Ujar seekor monyet yang diikuti anggukan semua yang hadir.

“Kami selalu gembira, wahai raja,” sahut burung rajawali. “Kami tidak pernah bersedih hati, wahai raja,” timpal seekor kijang. “Kami tidak pernah gelisah, wahai raja,” imbuh si kancil.

Raja rimba memang mengamati sejenak wajah-wajah berseri rakyatnya, namun ia belum yakin sehingga memutuskan untuk bertanya pada beberapa rakyatnya yang hadir.

“Wahai…., sapi, bagaimana kehidupanmu saat ini?”

Sapi menjawab, aku sangat gembira dan bersyukur diciptakan menjadi sapi, sehingga dapat membantu manusia menikmati susuku. Dagingku pun banyak mengandung gizi untuk dimakan. Aku senang menjadi sapi daripada menjadi kucing yang hidup dan tidur dikolong-kolong rumah.

Raja pun bartanya kepada kucing, “Bagaimana kehidupanmu wahai kucing.”
“Aku tidak pernah bersedih dan selalu senang diciptakan sebagai kucing, karena aku makan dengan menangkap tikus yang menjadi hama bagi sawah para petani.”
Tikus pun ditanya oleh raja, “Bagaimana denganmu wahai tikus?”

“Wahai raja aku bersyukur diciptakan Tuhan menjadi seekor tikus, karena dapat memakan sisa-sisa makanan manusia yang terbuang percuma. Aku lebih senang menjadi tikus dari pada manusia.”

Raja rimba heran dengan pernyataan si tikus, lalu ditanya lagi. “Mengapa begitu?”
Si tikus menjawab, wahai raja rimba, jika aku menjadi manusia tapi tidak memiliki amal kebajikan, maka tidaklah pantas aku disebut menjadi manusia, sebab manusia telah dianugerahi kesempurnaan akal, pikiran dan jiwa. Betapa banyak manusia yang serakah dan membuat kerusakan dimuka bumi? Betapa banyak manusia yang berbuat curang, jahil dan dosa sehingga membuat orang lain sengsara? Tidak raja, aku akan tetap menjadi tikus, sampai kapanpun.

Sapi memberikan manfaat pada manusia dengan susu serta dagingnya yang lezat, kucing memberikan manfaat pada manusia dengan memakan tikus agar sawah para petani aman dari hama, tikus memberikan manfat pada manusia dengan sisa-sisa makanan manusia yang dibuang secara percuma.

Manusia memberikan manfaat apa?
Itulah yang perlu kita renungkan dan pikirkan, bahwa kita hidup di dunia ini harus memberikan manfaat kepada orang lain dan itu merupakan prinsip dalam hidup “Hidup berbagi dan memberikan manfaat pada orang lain.” Dan orang yang baik itu ialah orang yang memberikan manfaat pada orang lain, dimanapun kita berada, dimanapun kita hadir kita harus memberikan ketenangan, kedamaian serta manfaat pada orang lain itu baru manusia yang istimewa yang mempunyai akal dan pikiran.

Kalau kita tidak memberikan manfaat pada orang lain, maka kita sama saja seperti babi dan kera. Bagaimana kehidupan babi dan kera, babi hidupnya hanya membuat kerusakan serta kera serakah, tamak dan mementingkan isi perutnya. Semoga kita bisa menjadi manusia istimewa yang memberikan manfaat pada orang lain, “Kalau hidup sekedar hidup babi di hutan juga hidup, kelau bekerja sekedar bekerja kera juga bekerja” (Buya Hamka).

*Kolumnis LintasGAYO.co

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.