Pohon Terbesar di Dunia Ada di Aceh

oleh

Aceh pantas dijadikan Mesium Pohon Kayu Alam karena hampir seluruh pohon tumbuh subur. Bahkan di hutan Bener Meriah dalam satu areal diperkirakan merupakan pohon jenis damar terbesar di dunia yang diameternya mencapai 3-5 meter.

Lokasi pohon-pohon damar raksasa tersebut diperkirakan mencapai 200-300 hektar. Sayangnya status hutannya adalah APL (Areal Penggunaan Lainnya) yang hanya dengan surat kepala desa hutan tersebut boleh ditebang.

Sekarang antara masyarakat yang ingin melestarikan dengan ilegal loger berpacu sama-sama ingin menguasai lokasi tersebut. Ilegal loger ingin menebang kayu tersebut untuk kepentingan sesaat, sedangkan masyarakat pelestari ingin tempat tersebut dilindungi untuk tujuan parawisata. Sebaiknya Pemda BM segera membuat regulasi khusus untuk daerah tersebut menjadi lindung mengingat keunikan kawasan tersebut yang tidak ada di belahan dunia manapun, kecuali di Bener Meriah.

Di Seattle, Washington State, USA pohon dengan diameter tidak lebih dari 2 meter dikunjungi oleh tidak kurang seribuan orang dari berbagai negara hanya untuk melihat pohon tersebut yang seolah merupakan pohon terbesar di dunia.

Di Suak, Aceh Selatan juga ada satu pohon perlak yang besar dengan diameter lebih dari dua meter, tetapi tidak banyak karena mungkin areal tersebut pernah dimasuki oleh HPH.

Bisa kita bayangkan, andai HPH tidak pernah masuk ke Aceh, pohon-pohonnya luar biasa besar. Pohon-pohon kayu mahal dan berkelas mungkin sudah habis ditebang, tetapi hutan kita masih banyak menyimpan pohon-pohon yang mahal seperti pohon nagasari yang banyak dicari oleh pengusaha China, yang di Pulau Jawa hanya tinggal satu batang di areal Komplek pemakaman Mbah Benowo, di Pemalang. Belum lagi tanaman obat seperti Tongkat Ali dan Bulak Angin.

Di samping pohon-pohon besar yang perlu kita lestarikan sebagai Mesium Pohon Alam di Bener Meriah tadi, juga perlu beberapa jenis pohon seperti Nagasari, Tongkat Ali, Bolak Angin dan tanaman obat lainnya dilestarikan pada satu tempat sebagai taman mini hutan Aceh.

(Fauzan Azima, Banda Aceh, 13 Agustus 2018)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.