Masih Adakah Minta Tanda Tangan Penceramah dan Imam Shalat Tarawih Bagi Kids Zaman Now?

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Bulan Ramadhan bisa dikatakan bulannya bagi anak-anak karena di bulan ini segala kegiatan erat kaitannya dengan anak-anak, mulai dari kegiatan MTQ tingkat kampung yang pesertanya dipenuhi dengan anak-anak, pesantren kilat dan segala makanan/kue disajikan dengan segala macam bentuknya yang membuat anak-anak tambah riang gembira. Dari semua kegiatan yang ada di bulan Ramadhan, ada satu kegiatan yang membuat penulis teringat pada masa kecil atau masa-masa sekolah MTs yaitu kegiatan meminta tanda tangan imam dan penceramah setelah shalat tarawih yang diberikan oleh pihak sekolah.

Usai ceramah maka anak-anak yang ada dalam meunasah menyerbu dua tokoh penting malam itu walaupun dipenuhi anak-anak di sekelilingnya dua tokoh tersebut membalas dengan senyuman sambil mengeluarkan tawa kecil melihat ulah-ulah anak-anak yang meminta tanda tangannya, tradisi ini merupakan pendidikan buat anak-anak agar giat pergi ke meunasah untuk melaksanakan shalat secara berjamaah.

Penulis tidak tahu apakah Kids zaman now ketika bulan Ramadhan masih melaksanakan tradisi meminta tanda tangan imam dan penceramah setelah shalat tarawih, mungkin tradisi ini masih ada disebagian tempat kalaupun tidak ada; ini adalah kemunduran dalam dunia pendidikan agama bagi anak-anak. Meunasah yang di isi dengan anak-anak maka generasi masa depan masih hidup dengan agama namun ketika meunasah kosong dengan anak-anak maka habis sudah generasi masa depan.

Dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah stimulus dan respon, tugas tanda tangan boleh jadi sebagai stimulus (rangsangan) bagi anak-anak sehingga meresponnya dengan pergi ke meunasah. Dengan tugas meminta tanda tangan maka setiap malam mau tidak mau harus pergi ke meunasah jika tidak pergi maka akan kosong disalah satu kolom dalam lembaran kertas, ketika dilatih setiap malam pergi ke meunasah akan menjadi kebiasaan bagi anak-anak untuk terus pergi ke meunasah; ketika tidak pergi maka akan merasakan kehilangan momen indahnya meminta tanda tangan dengan ramai-ramai setelah shalat tarawih.

Itu dimasa silam, tapi di zaman now ini seperti yang penulis katakan di atas; apakah tradisi meminta tanda tangan imam dan penceramah masih ada dikalangan kids zaman now. Alhamdulillah kalau masih ada tradisi tersebut, ini mengisyaratkan masih ada kepekaan para pendidik atau pihak sekolah terhadap pendidikan agama dan apabila tradisi ini sudah hilang maka perlu dipertanyakan kepada pihak sekolah.

Meminta tanda tangan merupakan pengalaman yang paling indah di masa kanak-kanak dan pengalaman tersebut terus dia ingat hingga dewasa, dari pengalaman ini ia banyak mendapatkan pengetahuan. Kalau kita renungi agak remeh memang tapi mempunyai makna yang mendalam seperti anak-anak sudah diajarkan menghadapi orang banyak, belum lagi mendengar nasihat-nasihat dari penceramah karena ingatan anak-anak itu cepat merekam apa yang dikatakan oleh orang lain.

Dari Pengalaman Melahirkan Pengetahuan

Untuk mendapatkan pengetahuan salah satunya ialah dari pengalaman atau dalam alirannya disebut dengan empirisme, bapak dari aliran empirisme ini adalah John Locke (1632-1704). Pemikir zaman modern ini mengemukakan teorinya yang terkenal dengan istilah “Tabula Rasa” yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu lantas ia memiliki pengetahuan.

Begitu pun dengan ayat-ayat al-Qur’an maupun hadis telah disebutkan bahwa manusia sejak lahirnya telah dibekali oleh Allah dengan adanya fitrah beragama, seperti disebutkan dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat 30 yang berbunyi “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Tetaplah pada fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah Allah; itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Nabi Muhammad juga bersabda: “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan percaya kepada Allah). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi. Dari ayat dan hadis ini, jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu telah membawa fitrah, lingkungan dan kehidupan sekitarnya lah yang membawa ia pada pendidikan agama yang baik. Kalau mendapatkan pendidikan agama dengan baik maka akan menjadikan anak tersebut taat beragama tapi sebaliknya sedari kecil tidak dibina dengan pendidikan agama maka kelak ketika sudah dewasa bisa jadi ia tidak kenal dengan agamanya sendiri.

Demikian catatan singkat ini dari penulis untuk mengenang kegiatan masa kecil pada bulan Ramadhan yaitu tradisi meminta tanda tangan imam dan penceramah setelah shalat tarawih, konsep ini menurut penulis merupakan metode pendidikan agama yang cocok bagi anak-anak dan tradisi ini sebaiknya terus dipertahankan, maka dari itu para pendidik dan pihak sekolah; jika tradisi ini sudah hilang perlu ditumbuhkan lagi karena dari pengalaman masa kecil inilah membawa banyak pengetahuan untuk masa depan kelak.

*Penulis, Kolumnis LintasGAYO.co

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.