Pengaruh Kesepian pada Individu yang Memiliki Hewan Peliharaan

oleh

Oleh : Rizki Fadilla*

Manusia sebagai makhluk hidup memiliki kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi. Selama masa hidup, menusia memiliki permasalahan yang terus berkembang seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri. Banyak hal yang dapat menimbulkan permasalahan lalu menimbulkan rasa kesepian dalam hidup manusia, mencakup semua bidang kehidupan, seperti ekonomi, sosial, kesehatan, pekerjaan, emosional, dan masih banyak lagi.

Kesepian merupakan fenomena yang sering terjadi pada manusia namun memiliki dampak buruk bagi kesejahteraan hidup. Banyak hal yang menyebabkan individu jatuh dalam kesepian. Salah satu penyebab kesepian adalah kondisi dimana harus tinggal berjauhan dari keluarga. Hal lain yang dirasa menjadi salah satu faktor penyebab kesepian adalah masalah perpindahan. Baron & Byrne (2005) mengatakan bahwa perpindahan ke lokasi baru dapat menimbulkan kesepian.

Menurut Baron & Byrne (2005), kesepian adalah suatu reaksi emosional dan kognitif yang memiliki hubungan lebih sedikit dan lebih tidak memuaskan daripada yang diinginkan orang tersebut. Kesepian dapat dirasakan oleh semua orang tanpa memandang batasan usia dan status ekonomi. Hal ini terbukti melalui penelitian di daerah yang memiliki tingkat perekonomian yang baik yaitu Amerika dan Inggris.

Lake (1980) membagi kesepian menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Keadaan yang membuat seseorang memutuskan hubungannya dengan orang-orang lainnya sehingga ia akan kehilangan hal-hal yang menunjukkan perasaan memiliki (belonging), 2) hilangnya kepercayaan diri dan kepercayaan pada orang, tidak dapat menerima dan memberikan perilaku yang istimewa (menentramkan) mengenai harga diri atau nilai diri, sehingga semua perilaku tidak berarti, contohnya seperti sulit tersenyum sehingga jika tersenyum terlihat terpaksa, 3) menjadi apatis, secara serius memutuskan bahwa tak seorangpun peduli sama sekali akan apa yang terjadi pada mereka dan tidak pernah ada. Hal ini seringkali menimbulkan perasaan ingin bunuh diri.

Masalah serta pergeseran dan perubahan fisik dan psikis dapat mengakibatkan timbulnya suatu krisis dan symptom- symptom psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, karena itu perlu usaha untuk bisa mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan sistem syaraf. Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketegangan diantaranya adalah dengan melakukan hobi atau rekreasi. Hobi atau rekreasi merupakan suatu kesibukan, dimana seseorang melakukan kegiatan yang membuat mereka merasa senang, serta sejenak melupakan beban mereka dan mengurangi ketegangan- ketegangan batin dan sistem syarafnya (Kartono, 2000). Salah satu hobi yang makin digemari oleh hampir seluruh kalangan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia adalah memelihara hewan.

Beberapa individu tinggal di tempat baru dengan membawa hewan peliharaan. Aktivitas memelihara hewan bukan hanya sekeder hobi yang tidak bermanfaat. Banyak dampak positif dari memelihara hewan seperti kesehatan fisiologis maupun psikologis. Lewis et al (2009) mengatakan bahwa memelihara anjing secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup dalam aspek fisik. Sedangkan memelihara kucing dapat meingkatkan kualitas sosial.

Setianingrum (2012), menyebutkan bahwa dengan melakukan aktivitas memelihara hewan, seseorang dapat mendapatkan tiga manfaat, yaitu:
1. Membantu untuk memulihkan kesehatan dengan cara menerapkan gaya hidup sehat, seperti mengajak jalan dan bermain hewan peliharaanya.

2. Membantu mengatasi stress dengan menganggap hewan sebagai hiburan dan teman bermain.

3. Bersosialisasi dengan lingkungan dan orang-orang baru seperti saat membawa hewan peliharaan berjalan- jalan.
Dukungan sosial (social support) erat kaitannya dengan kebutuh sosial (social need). Salah satu hirarki kebutuhan Maslow termasuk ke dalam bagian kebutuhan sosial, yaitu belonging and love. Belonging and love adalah kebutuhan menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta (Alwisol, 2009). Jika kebutuhan ini terlambat maka dapat menyebabkan kesepian, depresi, dan kecemasan.

Pet Athropomorphisme menjadi salah satu istilah yang mewakili kelekatan antara manusia dan hewan peliharaan. Pet Athropomorphisme di definisikan sebagai atribusi dari keadaan mental manusia (pikiran, perasaan, motivasi dan kepercayaan) pada hewan, sifat ini hampir dimiliki oleh semua pemilik hewan peliharaan (Serpell, 2003). Dalam penelitian Serpell (2003) yang berjudul In the company of animals dijelaskan bahwa kebanyakan pemilik hewan peliharaan percaya bahwa hewan peliharaan mereka benar-benar “cinta” atau “mengagumi” mereka, “rindu” ketika mereka pergi, merasa “gembira” atas kepulangan mereka, dan “cemburu” ketika mereka menunjukkan kasih sayang untuk hewan lain (Serpell, 2003). Persepsi mengenai hewan peliharaan oleh pemiliknya juga tergambar pada penelitian. Serpell (2003) mengatakan bahwa pemilik hewan peliharaan memberi makan hewan peliharaannya dengan makanan manusia, memberikan nama manusia, merayakan ulang tahun, membawa ke dokter spesialis saat sakit, bersedih saat hewan peliharaannya meninggal, dan menguburkannya pada pemakaman hewan peliharaan, menguburkannya di pemakaman hewan peliharaan dengan ritual yang biasa dilakukan pada pemakaman manusia (Serpell, 2003).

Pemilik hewan peliharaan tak jarang memperlakukan hewan peliharaannya secara istimewa, mulai dari pemberian makan, memandikan dengan shampo khusus hingga membawa hewan peliharaan mereka secara rutin ke dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan. Hasil survei terbaru oleh American Animal Hospital Association (AAHA) menyebutkan bahwa lebih dari 70% pemilik hewan peliharaan melihat hewan peliharaan mereka sebagai anak- anak, 48% secara emosional tergantung pada hewan peliharaan peliharaan mereka dan 83% akan mengambil resiko dalam hidup mereka demi hewan peliharaanya (Quinn, 2005).

Kedekatan, kehangatan, dan keterlibatan sosial yang terkandung dalam suatu bentuk hubungan akan membentuk suatu pola sistematik yang yang disebut dengan orientasi kelekatan (attachment). Orientasi kelekatan (attachment) yang terbentuk dari hubungan emosional antara pemilik hewan peliharaan dengan hewan peliharaannya disebut dengan istilah Pet Attachment (Kelekatan pada hewan peliharaan).

Karen (2010) juga menyebutkan bahwa kelekatan pada hewan peliharaan dapat dijelaskan dengan teori kelekatan, yang berarti kelekatan pada hewan peliharaan memiliki ikatan emosional antara hewan peliharaan dengan pemilik yang ditandai dengan adanya kecenderungan untuk mendapatkan atau menjaga keamanan. Hubungan antara hewan peliharaan dan pemiliknya ini merupakan suatu pola hubungan yang unik, sederhana, aman dan memiliki resiko yang kecil dalam hal penolakan. Dalam hubungan antara hewan peliharaan dan pemiliknya, hewan peliharaan dapat berperan sebagai sumber dukungan sosial bagi pemiliknya disaat dukungan dari sesama manusia berkurang.

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.