Oleh : Salvinda Syahara Dewi*
Kuterbangkan khayal ke langit
Dalam senyap kebisuan dihadapan dewi malam
Hari menangis seakan faham kegelisahan
Kupandangi rintikan terus berjatuhan
Terkadang terasa seperti percikan yang mengejutkan
Sekejab kututup katup pena di jari
Terlintas kerinduan kepada ratuku
Ratu yang kusebut ibu dalam sepertiga malamku
Alunan merdu suaranya terkenang paras purnama bulan
Ibu
Darimu kudapatkan sinar kekuatan dan filsafat kesabaran
Kuperoleh sinar terang dalam relung yang pekat
Dengan do’a dan taburan cinta
Mengeluarkanku dari warna yang begitu lebat
Ibu
Kakimu simbol kesucian dengan tahta surga cinta sejati
Kau mampu hapuskan kerikil pijakanku
Tawamu menjadi penyempurna kekayaan keheningan
Tangismu menjadi jarum batinku
Tetaplah bahagia ibu
Karena aku tak ingin ratu di kerajaan kecilku terkudeta. [SY]
*Salvinda Syahara Dewi, lahir di Takengon 1998, anak pertama dari empat bersaudara dari Ama (ayah) Alwinsyah dan Ine (ibu) Siti Sarah. Ia mempunyai hobi menulis dan bagian dari Komunitas Sastra Bukit Barisan (KSBB). Ia juga tercatat sebagai mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Jurusan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan. Puisi ini merupakan persembahan khususnya untuk keluarga PERMATA Ar-Raniry.