Letkol Inf Didit ; Sang Dandim 0106 Penikmat Kopi Gayo

oleh
Didit Hari Prasetyo Putro

GAYO identik dengan kopi terbaik di dunia, mendapatkan suguhan kopi tidaklah sulit, dengan harga terjangkau semua kalangan bisa menikmati kopi olahan mulai black coffee, espresso dan jenis kopi racikan lainnya di kedai-kedai hingga mobile cafe yang siap menerima kehadiran penikmat kopi.

Bukan masyarakat pribumi saja yang menikmatinya, melainkan juga para perantau, dari pedagang hingga pejabat yang mendapat tugas di daerah berhawa dingin ini.

Salah seorangnya adalah Komandan Kodim (Dandim) 0106/Aceh Tengah-Bener Meriah, Letkol Inf Didit Hari Prasetyo Putro, S.IP.

Kepada LintasGAYO.co, sosok tentara peramah dan murah senyum ini mengaku mulai jatuh hati pada kopi arabica Gayo. Bermula dari seorang pengopi fasif, ia mengaku kini sangat mencintai kopi Gayo.

 “Awalnya hanya sebagai kopi pasif. Saat pendidikan di Akademi Militer saya diharuskan meminum kopi, kata orang, kopi membuat tidak ngantuk, banyaknya tugas saat itu mengharuskan kami siswa Akmil harus begadang, mau tak mau saya harus minum kopi, tapi kopinya kopi sacetan,” aku Letkol Didit.

Sebelumnya Letkol Didit yang tak mengenal kopi secara khusus, namun sejak bertugas di Aceh yakni di Kabupaten Bireuen, ia pun mulai dikenalkan kopi espresso oleh rekan seangkatannya di Akmil.

“Waktu itu, saya kira prosesnya biasa saja, menjadikan 1 gelas espresso saya kira tidaklah rumit. Rekan saya bilang ini kopi dari Gayo, waktu itu saya belum pernah kemari, hanya dengar namanya saja,” ungkap Letkol Didit.

Sejak dikenalkan kopi espresso di Bireuen, Letkol Didit mengaku ada hal yang luar biasa yang ia rasakan saat itu. Tidak seperti meminum kopi sacetan. Saat meminum kopi sacetan, rasa kembung sudah pasti ia rasakan. Namun, berbeda saat ia meminum kopi arabica Gayo yang diolah menjadi espresso.

“Rasanya kok beda, kayak fresh dan nyaman gitu. Saya sampai 3 gelas mencobanya, khawatir juga sih, kalau tiba-tiba kembung, namun hingga paginya rasa kembung ternyata tidak ada, bahkan badan saya terasa semakin segar gitu,” katanya.

Mulai Bertugas di Gayo

Dipindahtugaskan ke Gayo sebagai Dandim 0106/AT-BM, 16 Juli 2016 silam, barulah Letkol Didit bisa langsung melihat perkebunan kopi arabica Gayo yang ditanam hampir diseluruh penjuru di daerah ini. Rasa ingin tahunya pun terhadap ilmi kopi semakin naik.

Anggapan selama ini bahwa meminum seteguk kopi berkualitas dikerjakan secara sederhana sirna setelah mengetahui bahwa prosesnya sangat panjang.

“Disini saya baru mengetahui bahwa untuk minum seteguk kopi enak, ternyata butuh proses panjang, dan saya pun mulai tertarik mempelajarinya,” kata Dandim.

Awal-awal bertugas, Letkol Didit menyempatkan diri berkeliling Takengon dan sekitarnya. Ia pun mulai kagum, melihat masyarakat Gayo sangat menghargai kopi, sampai-sampai ada mantra kopinya.

“Luar biasa sekali begitu saya mendengar pertama kali ada mantra kopi, bukti bahwa urang Gayo sangat menghargai kopi,” ujarnya.

Belajar Jadi Roaster

Ketertarikan dan kekaguman perwira menengah di jajaran Kodam Iskandar Muda ini terhadap Kopi Arabica Gayo, menjadikan keingintahuannya lebih mendalam terhadap ilmu pengolahan kopi. Letkol Didit pun sempat menjadi siswa saat pelatihan roaster kopi yang diselenggarakan salah satu koperasi terbesar di Takengon, Ketiara.

Selama belajar menjadi roaster, Letkol Didit mengaku bahwa ilmu kopi sangatlah dinamis. Berasal dari bukan penikmat kopi, kini ia mengaku menjadi salah seorang penikmati baru. Dasar inilah yang menjadikan ia ingin mempelajari ilmu tentang pengolahan kopi lebih dalam.

“Sebelumnya minum kopi hanya sekali dua kali dalam sehar, kini bisa berkali-kali, tentunya saya minum sesuai dengan standar kesehatan yang saya pelajari dari beberapa sumber,” terang Letkol didit.

Dari segi kesehatan, Letkol Didit mengatakan bahwa kopi jauh lebih sehat dari wine. Kopi bebas dari alkohol, sedangkan wine baru nikmat diminum ketika sudah di fermentasi dan mengandung alkohol.

Ditambahkan, karena sudah terlanjur jatuh hati pada kopi arabika Gayo dan sudah punya sedikit bekal tentang ilmunya, Letkol Didit mengaku dimanapun ia nantinya bertugas akan tetap membawa kopi Gayo.

“Mungkin ya sebagai bisnis kecil-kecilan, tentunya komunikasi dengan pelaku kopi disini harus tetap terjalin. Sekaligus sebagai bentuk promosi kopi Gayo ke masyarakat lokal lainnya di Indonesia,” ungkapnya.

Sejak bertugas di Gayo, Letkol Didit yang sering menerima perwira-perwira TNI yang berkunjung ke Takengon maupun Bener Meriah, pasti dirinya mengajak minum kopi terbaik.

“Rata-rata, pimpinan maupun rekan lainnya yang hadir kesini pasti saya ajak minum kopi, dan rata-rata dari mereka sangat mengangumi cita rasa terbaik kopi arabika Gayo,” tegas Letkol Didit.

Kemanunggalan Dalam Kopi Arabica Gayo

Sebagai seorang prajurit yang selalu mengusung kemanunggalan bersama rakyat, Letkol Didit melihat bahwa dalam kopi sudah ada kemanunggalan dalam diri urang Gayo.

Kenapa demikian? Ia berujar, kopi sebagai penghasilan utama sebagian besar bagi masyarakat Gayo, bisa mensejahterakan masyarakatnya. Ia pun melihat, kopi sudah berada dalam hatinya urang Gayo.

“Apabila masyarakatnya sejahtera, tentu akan tidak mudah terpengaruh dan mudah menerima paham-paham radikal. Dan itu yang saya lihat adanya kemanunggalan dalam diri urang Gayo dalam kopinya,” kata Letkol Didit.

Saran Bagi Kelangsungan Kopi Gayo

Komandan TNI yang lahir di Kalimantan ini berpesan kepada petani dan pelaku kopi di Gayo untuk tetap menjaga kelangsungannya. Ini dikarenakan, kini kopi arabica Gayo bukan hanya dikenal di dalam negeri, melainkan sudah mendunia dan menjadi bahasan di dunia international.

Ia pun menambahkan, bahwa Gayo yang merupakan surganya kopi dunia, harusnya diperlakukan secara khusus lagi. Dengan membuat pusat studi kopi beserta museumnya.

“Ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan kopi Gayo,” kata Letkol Didit.

Untuk mencapai hal itu, Letkol Didit juga memberi saran agar kopi dikelola secara lebih spesifik lagi, dan peran pemerintah tentunya sangat diharapkan oleh para petani dan pelaku kopi lainnya.

Letkol Didit merasa bersyukur pernah ditempatkan mengemban tugas negara di negeri yang kaya dan subur seperti tanoh Gayo ini.

“Orang di luar negeri sangat menghargai kopi Gayo, mereka rela membeli dengan harga tinggi. Untuk itu, urang Gayo harus lebih menghargai kopinya sendiri,” tandasnya. [Darmawan Masri/Khalis]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.