“Ada pribahasa moderen mengatakan, kalaupun nasi sudah menjadi bubur, jadikanlah bubur tersebut menjadi bubur yang spesial. Lalu, apa hubungannya dengan tulisan ini…?”
SEBELUM saya menulis pandangan saya terhadap Pagelaran Tari Saman Massal dengan melibatkan 10001 Penari yang akan digelar di Kab. Gayo Lues, Prov. Aceh pada 13 Agustus 2017 mendatang, saya ingin menyampaikan terlebih dahulu permintaan maaf khususnya dalam penulisan di opini ini. Ini hanya pemikiran pribadi saya dan saya menulis tanpa ada paksaan apapun dari pihak tertentu. Saya menulis ini karena saya merasa berkewajiban sebagai putra daerah untuk ikut menyertakan diri berperan serta bergabung dalam proses upaya kita bersama menuju Gayo Lues yang lebih baik.
Seperti yang sama-sama kita ketahui, selama ini Kab. Gayo Lues yang berjuluk Negeri Seribu Bukit kerap dikenal karena tiga hal yakni keindahan Gunung Leuser, Tari Saman dan kualitas tanaman ganjanya. Saya secara pribadi merasakan, selama hidup merantau di negeri orang sebagai mahasiswa, tiga hal tersebut selalu menjadi pertanyaan terdepan baik oleh orang di dalam maupun yang berasal dari luar negeri. Karena itu saya berfikir, pernyataan saya di atas mengenai Gayo Lues dikenal karena tiga faktod di atas adalah benar. Tentunya, kita sebagai masyarakatnya yang lahir dan besar di Gayo Lues, saya harus bersyukur atas anugerah kekayaan alam dan budaya yang telah dititipkan di negeri ini.
Terkait wacana Pagelaran Tari Saman Massal 10001 Penari, Pemerintah Gayo Lues sebagai penyelenggara hingga hari ini mendapat tanggapan pro dan kontra. Ada yang menilai bahwa acara tersebut ide yang baik sebagai upaya penguatan identitas Gayo Lues sekaligus sebagai catatan sejarah maha karya budaya lokal di masa depan. Namun ada juga yang menilai bahwa pagelaran tersebut sebagai pemborosan anggaran dan lebih baik mengalihkan dana tersebut untuk peningkatan mutu ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Dalam tulisan ini, saya tidak akan menyatakan secara pribadi mana yang benar dan mana yang salah. Melalui tulisan ini saya ingin menjabarkan pemikiran saya mengenai keuntungan dan kerugian bagi masyarakat Gayo Lues atas pagelaran tersebut. Selebihnya, saya persilahkan untuk pembaca membandingkan dan memberikan penilaian pribadi masing-masing tentang perlu atau tidaknya pagelaran tersebut.
KETIKA TARI SAMAN TERCATA DI BUKU UNESCO, “KEBANGGAAN ATAU HARUS MALU?”
Sebagai pemuda Gayo Lues, saya tentunya bangga namun juga malu ketika Tari Saman tercatat dalam buku sejarah UNESCO pada tahun 2011 silam. Kenapa bangga dan malu? Ya, bangga karena sekian dari banyaknya seni tradisional di dunia, Tari Saman menjadi salah satu tarian yang paling diperhatikan oleh dunia. Saman dianggap unik dengan gerakannya yang energik serta memiliki filosofi dan sejarah yang kuat. Tidak sedikit manusia di lapisan bumi ini yang tertarik belajar Saman. Saman juga banyak membawa pengaruh terhadap kestabilan sosial. Saman menjadi media perekat silaturahmi dan membawa aura perdamaian baik bagi masyarakat Gayo Lues itu sendiri maupun masyarakat luar.
Namun secara pribadi saya juga harus malu, kenapa malu? Karena, UNESCO tidak bisa menjamin kalau Gayo Lues mampu menjaga seni tradisionalnya sendiri. Oleh karena itu, UNESCO menilai, Tari Saman membutuhkan pelestarian secara global atau perlu dijaga oleh dunia. Karena itulah saya secara pribadi mengaku malu, sebab kekayaan milik diri kita sendiri juga harus dijaga oleh dunia. Sebab UNESCO pesimisi Gayo Lues tetap mampu menjaga sejarah hebatnya Saman di msaa yang akan datang mengingat derasnya perkembangan teknologi dan perubahan zaman saat ini.
ANGGARAN SAMAN MASSAL 10,8 MILYAR, KALAU ANGGARAN DAERAH MENCAPAI 1 TRIYLUN (1.000 MILYAR). ARTINYA SEBESAR 1 PERSEN LEBIH UNTUK SAMAN. WAJARKAH???
Terkait masalah pro dan kontra atas pelaksanaan Pagelaran Tari Saman 10001 Penari, saya menilai jika Saman 10001 ini dikatakan sebagai pemborosan juga setuju, tapi saya tidak setuju jika dikatakan bahwa pagelaran tersebut tidak membawa manfaat sama sekali. Semuanya tergantung dari sudut mana anda memandang kebijakan mengenai pagelaran ini. Kenapa? Berikut akan saya uraikan alasannya.
Baru-baru ini, sejumlah masyarakat juga mahasiswa melakukan aksi penolakan Saman 10001. Mereka menilai pagelaran ini sebagai pemborosan anggaran daerah. Saya menilai benar, tapi tidak sepenuhnya benar. Kenapa? Seperti yang saya tulis di atas, Gayo Lues banyak dikenal di luar daerah karena tigal hal, salah satunya adalah Tari Saman, meski tidak sedikit juga orang yang hanya mengenal Samannya tapi tidak mengenal daerah pemilik seni itu sendiri.
Atas dasar itu, jika melihat anggaran Gayo Lues yang mencapai 1 Triylun (1.000 Milyar), tidak salah rasanya jika Pemerintah mengucurkan dana sebesar 10,8 Milyar untuk seni kebanggannya yakni Tari Saman yang jika dihitung dari jumlah anggaran daerah berarti hanya sebesar 1 persen saja.
MANFAAT SERTA TUJUAN UNESCO DAN MURI TERNYATA BERBEDA
Terkait penolakan sejumlah pihak tentang ambisi Pemkab Gayo Lues untuk memecahkan rekor juga menurut saya bersifat rasional. Artinya, bisa benar, bisa tidak. Masing-masing masyarakat memiliki penilaian tersendiri. Dikatakan salah, karena Gayo Lues sudah pernah menggelar Saman Massal 5.001 pada tahun 2014, tapi juga bisa dikatakan benar mengingat menurunnya kualitas generasi sekarang dalam melestarikan Saman. Perlu diingat bahwa, antara MURI dan UNESCO adalah lembaga yang berbeda dengan tujuan yang berbeda pula. UNESCO berperan sebagai penguatan identitas, sedangkan MURI mencatat sejarah rekor. Bukan tidak mungkin, meski Gayo Lues sebagai pemiliki Tari Saman, tapi daerah lainlah yang memiliki rekor terbaik dalam melestarikan Saman. Dan perlu diingat, tinta Saman dalam buku UNESCO juga tidak permanen lho, bisa saja suatu hari ini nanti Tari Saman tidak lagi tercatat dalam buku pelestarian UNESCO jika pemilik Tari Saman itu sendiri yakni Gayo Lues kurang berperan dalam melestarikan Saman.
SELURUH MASYARAKAT GAYO LUES SANGAT PAHAM TENTANG TARI SAMAN, YAKIN?
Maaf, saya bukan merasa paling tau tentang Saman, saya juga buka sosok yang paling ahli dalam menarikan Saman, tapi mari kita buka kacamata. Silahkan anda jalan-jalan dan bergabung bersama pemuda-pemudi Gayo Lues. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui gerakannya saja, tapi tidak paham dengan filsafah dan filosofinya. Alhasil, ketika ada sekelompok yang salah dalam menarikan Saman, kita sendiri tidak mampu menjelaskan atau tidak tau cara cerdas untuk memperbaikinya.
Silahkan coba anda berikan beberapa pertanyaan yang sederhana saja, seperti mengapa Saman hanya boleh ditarikan oleh laki-laki?, Siapakah tokoh Saman?, Bagaimana awal mula terciptanya Saman?, Bagaimana awal mula Saman dikenal di tanah air? Apa tujuan Tari Saman?, Kenapa syair Tari Saman hanya boleh berbahasa Gayo?, kenapa penarinya harus berjumlah ganjil?, Apa peran penangkat, Pengapit, atau Penopang dalam menari Saman?, Bagaimana cara melestarikan Saman selain pegaralan Saman Sara Ingi atau Roa Ingi di Gayo Lues? Bagaimana memanfaatkan Tari Saman sebagai peningkatan ekonomi keluarga? dan pertanyaan lainnya. Silahkan, anda coba tanyakan sendiri kepada generasi sekarang, bagaimana jawabannya.
SOSIALISASI VISI DAN MISI PAGELARAN SAMAN OLEH PEMERINTAH MASIH KURANG EFEKTIF
Sejak awal saya mendengar adanya isu penolakan tentang pagelaran Tari Saman 10001 ini, saya sudah menilai hal yang sangat wajr dan dapat dimaklumi. Sebab, saya sendiri merasakan sosialisasi tentang akan dilaksanakannya pagelaran Saman 10001 ini masih kurang. Saya tidak tau persis, letak kesalahannya ada dimana, apakah akibat Pemerintah yang lalai, kurangnya koordinasi atau miss komunikasi yang terjadi antara Pengulu dan masyarakat. Padahal, setahu saya, pagelaran Tari Saman 10001 ini sudah didedung-dengungkan oleh pemerintah pasca digelarnya Saman Massal Jilid Pertama (5.001 Penari). Namun statmen pemerintah hanya dalam pemberitaan sekilas saja, artinya belum ada penyampaian secara rinci latar belakang atau landasan kenapa Saman 10001 ini harus digelar kembali kepada masyarakat.
KENAPA AKSI PENOLAKAN SAMAN 10001 DIGELAR BARU DIMULAI SEKARANG?
Beberapa sumber di sejumlah media, salah-satunya Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (PMK) Gayo Lues yakni Drs.H.Ilyas Chanto menyatakan, bahwa Pagelaran Saman 10001 ini sudah diwacanakan sejak tahun 2016 menjadi program pemerintah dan anggarannya dimasukkan ke dalam anggaran tahun 2017. Sumber tersebut menyatakan, semua anggaran alokasinya dari APBK Gayo Lues tahun 2017 atau tidak satu rupiahpun dari APBN. Anggaran itu sendiri juga sudah ada dalam APPBK Kampung dan ada di dalam ADK Kampung. Kalau memang benar seperti itu, kenapa masyarakat tidak menolak program tersebut sejak akan diwacanakan? Kenapa penolakannya baru terjadi sekarang? Kalaupun dibatalkan, kemungkinan jumlah kerugiannya juga pasti besar, mulai dari dan pencetakan baju penari, dana promosi, dana latihan, administrasi dan lain-lain. Ini hanya sebatas pemikiran saya, selebihnya saya kembalikan ke diri pembaca masing-masing.
HARUSNYA PAGELARAN SAMAN 10001 JADI LADANG EKONOMI MASYARAKAT UKM
Rasanya tidak berlebihan jika kita memvonis bahwa Pagelaran Saman Massal 10001 ini adalah pagelaran Tari Saman terbesar di jagat raya saat ini. Artinya, tidak sedikit wisatawan baik lokal maupun domestik yang akan berdatangan ke Gayo Lues. Tentunya, semuanya tidak terlepas dari kualitas promosinya sendiri. Memang, promosi biasanya dilakukan media-media baik cetak maupun online, tapi bukan berarti upaya promosi hanya sebatas itu. Dengan cara masyarakat mengabarkan ke keluarga masing-masing juga sudah menjadi upaya promosi yang baik.
Oia, pada kalimat pembuka di atas saya mulai dengan menulis “Ada pribahasa moderen mengatakan, kalaupun nasi sudah menjadi bubur, jadikanlah bubur tersebut menjadi bubur yang spesial. Lalu, apa hubungannya dengan tulisan ini…?” nah, sekarang saya akan menjelaskan maksudnya.
Kenapa saya mengistilahkan nasi sudah menjadi bubur, sebab saya menilai upaya protes atau penolakan Pagelaran Tari Saman menggunakan dana daerah sudah terlambat, sebab berdasarkan keterangan Kepala Dinas PKM, pagelaran Tari Saman 10001 sudah di anggarkan di tahun 2017. Saya sendiri berfikir, alangkah lebih baiknya, kita mulai mensosialisasikan bagaimana caranya mengambil keuntungan ekonomi dari pagelaran ini. Ya, minimal di lingkungan keluarga kita masing-masing.
Berkaca dari pegelaran Saman Massal tahun 2017 lalu, harusnya bisa menjadi pembelajaran yang baik buat persiapan masyarakat mengambil keuntungan ekonomi di Saman Massal tahun 2017 ini. Untuk pemuda misalnya, bisa mempromosikan paket wisata, homestay, pendampingan wisata, dan banyak lagi. Minimal 1 orang saja mendaftar, bukankah itu menjadi pendapatan bagi masyarakat? Sebab, tidak semua pengunjung menguasai daerah di Gayo Lues, begitu juga dengan tempat menginap, punya kendaraan dan lain-lain. Nah, di sini lah peran kita mengambil keuntungan atas pagelaran tersebut. Karena itu, di atas saya menulis kalau untung dan rugi pagelaran ini tergantung dari sudut mana anda memandangnya.
Mari kita manfaatkan pegaralan ini sebaik mungkin dalam hal peningkatan ekonomi pribadi. Mungkin banyak pengunjung yang datang ke Gayo Lues karena alasan ingin menyaksikan Saman, namun di luar itu, tidak ada salahnya masyarakat yang membuka paket wisata memperkenalkan objek wisata lain yang menarik di Gayo Lues. Tentunya, semakin lama wisatawan berada di Gayo Lues, semakin besar pula uang yang digelontorkan dan berputar di Gayo Lues. Saya yakin, dengan persiapan dan strategi yang baik, akan banyak masyarakat yang menerima manfaat atas pagelaran ini secara materi. Mulai dari pemilik warung, pemilik toko souvenir, pemilik usaha kecil dan menengah (UKM), ekonomi kreatif, pemilik jasa transportasi, penginapan dan banyak lagi.
Jangan sampai, pagelaran yang digealr oleh Pemerintah Gayo Lues malah dimanfaatkan oleh masyarakat luar. Masyarakat luar memanfaatkan pagelaran Saman 10001 dengan membuka usaha baik usaha dagang, usaha jasa, atau usaha transportasi, masyarakat Gayo Lues sendiri malah terlalu sibuk dengan menyaksikan acaranya. Akhirnya, masyarakat Gayo Lues yang punya acara, malah masyarakat lokal sendiri yang lebih banyak mengeluarkan uang untuk pedagang yang datang dari luar daerah. Konyol bukan?
MENOLAK DIGELAR ATAU TEKNIS PELAKSANAAN SAMAN 10001 YANG DIPERBAIKI?
Protes mengenai masalah teknis sebelumnya juga sudah pernah mencuat di sejumlah dinding akun facebook masyarakat Gayo Lues sebelum berkembang menjadi sebuah penolakan. Ada yang menyampaikan, baiknya Pagelaran Saman 10001 dibarengi dengan hiburan seni lainnya, agar masyarakat tidak merasa karena hanya menyaksikan aksi Samannya saja yang tidak lebih dari setengah jam.
Ada juga yang memprotes, dengan dana yang sebesar itu, harusnya panitia mampu mendesain agar acara Saman 10001 dibagi menjadi sebuah rangkaian. Artinya, hiburan tersebut bukan hanya satu hari saja, melainkan bisa diusahakan mencapai 4 hari. Misalnya, hari pertama di Gayo Lues ada seminar mengenai Saman untuk edukasi pendidikan bagi pengunjung, hari kedua ada lomba arung jeram, hari ketiga ada pacuan kuda, baru hari keempat digelar Saman 10001 sebagai puncak acara. Strategi itu sebagai upaya panitia memaksa secara tidak langsung agar wisataan bisa lebih lama berada di Gayo Lues. Saya secara pribadi, ide tersebut sangat brilian. Semoga saja, tulisan ini dibaca oleh panitia yang memiliki kewenangan untuk itu ya, semoga.
Sementara itu, ada juga pemilik akun facebook yang menulis bahwa anggaran pagelaran Saman 10001 harusnya tidak dibebankan kepada daerah. Tapi pemerintah harusnya bisa menggaet sponsor. Untuk hal ini saya sendiri pesimis. Bukan bermaksud mengatakan ide itu salah, tetapi coba kita mengingat kembali, sponsor yang rela memberikan dana milyaran rupiah tentu adalah sponsor yang berasal dari kalangan perusahaan besar. Nah, pertanyaannya, apa manfaat yang merek dapati secara bisnis dari pagelaran ini? Gayo Lues bukan daerah industri, Gayo Lues belum memiliki komoditas unggulan seperti Nagan Raya memiliki sawit atau Aceh Tengah memiliki lahan kopi yang luas. Lain lagi, Gayo Lues hanya memiliki jumlah masyarakat yang sedikit dibandingkan kota-kota yang lain.
BIAYA MENDATANGKAN MEDIA NASIONAL KE GAYO LUES MAHAL, LALU BAGAIMANA SOLUSINYA?
Saya juga pernah membaca statmen protes dari beberapa pemilik akun tentang kurangnya keseriusan Pemerintah mempromosikan acara Tari Saman Massal pahun tahun 2014 lalu. Indikatornya adalah, tidak ada media televisi nasional yang menyiarkan langsung acara tersebut. Mungkin pernyataan tersebut benar, tapi tidak sepenuhnya benar. Sebab, perlu kita ketahui, untuk mendatangkan media nasional seperti RCTI, SCTV, TRANS 7, dan lain-lain bisa dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan menciptakan hal-hal yang menarik yang membuat tim media nasional tersebut datang dengan sendirinya meliput ke daerah. Cara kedua, bisa melalui udangan liputan, tapi perlu diketahui, untuk mengundang media televisi nasional apalagi untuk menyiarkan secara langsung bukanlah hal yang murah. Anggaranya mencapai ratusan juta rupiah, dan itu dihitung per detik lho, duh!
Jadi jalan keluarnya bagaiamana?
Jalan satu-satunya adalah dengan menciptakan pagelaran yang berkualitas agar media nasional bersedia turun meliput kegiatan di daerah. Upaya media lokal baik di Gayo Lues maupun di Aceh juga memiliki peran yang sangat besar untuk menghadirkan media nasional berkunjung ke Gayo Lues, dengan pemberitaan yang intens dan penyajian yang menarik oleh media lokal, peluang media nasional untuk turun ke Gayo Lues akan semakin besar.
TERAKHIR, IZINKAN SAYA MENYAMPAIKAN SARAN
Di akhir tulisan ini, saya ingin memberikan saran kepada pemangku kebijakan di negeri ini. Saran saya ada tiga hal yakni :
- Panitia lebih memaksimalkan persiapan dalam hal teknis, sehingga jumlah pengunjung bisa lebih banyak dan bisa lebih lama berada di Gayo Lues yang akhirnya uang yang dikeluarkan oleh wisatawan juga lebih besar yang tentunya menjadi ladang bisnis bagi masyarakat lokal.
- Sosialisasi panitia baik ke dalam maupun luar lebih di tingkatkan. Fungsi ke dalam adalah, masyarakat lebih tau bagaimana cara memanfaatkan momen besar ini menjadi peluang bisnis yang berkelanjutan. Sedangan keluar, juga membawa manfaat untuk perekonomian masyarakat Gayo Lues kedepan. Misalnya, ketika menteri atau bahkan jika seandainya Presiden bisa turut hadir, Bupati selaku kepala daerah bisa mengambil kesempatan tersebut untuk memaparkan segala potensi dan kekurangan Kab. Gayo Lues. Tentu, dengan sentuhan pemerintah pusat sekaligus terjalinnya hubungan yang baik dengan pemerintah pusat akan berdampak besar bagi peningkatan mutu semua sektor di Gayo Lues, baik dalam hal kesehatan, pendidikan, pariwisata, dan ekonomi.
- Kedepan, saya berharap pemerintah Gayo Lues mencukupkan aksi pagelaran ini sampai di sini. Kedepan, pemerintah lebih efektif untuk membangun sebuah gedung yang berisikan edukasi Saman. Misalnya Galeri Saman, Museum Saman, Rumah Saman atau nama-nama lain yang menarik. Pemerintah harus kreatif menyatakan diri bahwa Gayo Lues sebagai Kota Saman atau negeri Saman. Dengan adanya gedung tersebut, tentunya upaya pelestarian mengenai sejarah Saman akan lebih baik begitu pula dalam hal ekonomi akan berjalan secara berkelanjutan.
Nah, dari tulisan ini, menurut teman-teman apakah Pagelaran Tari Saman Massal 10001 lebih banyak untungnya atau rugi, tetap dilanjutkan atau tidak? Silahkan kita nila di diri masing-masing, Salam!
Penulis Bernama Ali Muamar, SEI, M.Si merupakan salah satu Tokoh Pemuda asal Kab. Gayo Lues.