Distan Aceh Tengah Salurkan Saprodi Komoditi Cabe

oleh

Laporan : Fathan Muhammad Taufiq

TAKENGON-LintasGAYO.co : Meskipun sering mengalami fluktuasi harga yang sangat tajam, dan belakangan harganya mengalami penurunan drastis, namun pemerintah melalui Kementerian Pertanian tetap memprogramkan pengembangan komoditi Cabe sebagai salah satu komoditi yang masuk dalam kegiatan Upaya Khusus (Upsus) peningkatan produksi Pajale Babe (Padi, Jagung, Kedele, Bawang Merah dan Cabe).

Hal tersebut dilakukan karena cabe merupakan salah satu komoditi strategis yang dibutuhkan oleh masyarakat setiap saat dan kontinuitas produksinya harus tetap dijaga.

Yang terjadi selama ini, ketika terjadi penurunan harga cabe di pasaran seberti yang terjadi dalam dua bulan terakhir ini, akan muncul fenomena keengganan petani untuk kembali menanam komoditi ini. Akibatnya beberapa bulan berikutnya, akan terjadi kelangkaan pasokan di pasar yang berakibat melonjaknya harga komoditi ini.

Lonjakan harga seperti yang terjadi lima bulan yang lalu, akhirnya berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dalam negeri, karena naiknya harga cabe secara signifikan juga memberikan andil terjadinya inflasi. Itulah sebabnya Kementerian Pertanian terus berupaya agar kontinuitas produksi tetap terjaga dan harga tidak mengalami fluktuasi yang tajam.

Sementara itu pada petani yang tetap konsisten menanam komoditi ini, juga mengalami kendala yaitu menurunnya daya beli sarana produksi pertanian (saprodi), akibat hasil panen sebelumnya tidak mampu menutupi biaya produksi.  

Dalam kondisi seperti ini, sangat dibutuhkan campur tangan pemerintah dengan memberikan stimulant berupa bantuan sarana produksi kepada petani atau kelompok tani agar mereka tetap bisa melaksanakan aktifitas usaha tani cabe untuk menjaga stabilitas stok  di pasaran, sehingga tidak terjadi gejolak harga.

Kondisi demikian terjadi hampir di semua daerah, termasuk di Kabupaten Aceh Tengah yang selama ini memang sudah dikenal sebagai salah satu daerah sentra produksi cabe. Dari catatan statistik pertanian, telah terjadi penurunan lauas tanam komoditi cabe dalam sebulan terakhir ini, bahkan penurunan ini mencapai 80 persen dari bulan sebelumnya.

Jika Kondisi demikian dibiarkan berlarut, maka tiga atau empat bulan kedepan, diprediksi akan terjada kelangkaan produk cabe di pasaran yang berdampak terjadinya lonjakan harga.

Salurkan Bantuan Saprodi

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Dinas Pertanian sebagai instansi yang bertanggung jawab atas kontinuitas produksi komoditi pertanian termasuk cabe, selama 2 hari ini ( 10-11/7/2017) telah menyalurkan bantuan sarana produksi pertanian berupa bibit, pupuk dan obat-obatan kepada para petani cabe yang ada di wilayah kabupaten Aceh Tengah.

Bantuan saprodi yang berasal dari kegiatan Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Komoditi Hortikultura Cabe yang bersumber dari APBN ini diperuntukkan bagi 22 kelompok tani yang tersebar pada 9 kecamatan di wilayah kabupaten Aceh Tengah.

Ketika menyerahkan bantuan saprodi tersebut kepada kelompok tani di Balai Benih Induk (BBI) Pepalang, Pegasing kemarin, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, drh Rahmandi, M Si menjelaskan bahwa bantuan saprodi ini ditujukan kepada kelompok tani yang selama ini sudah melaksanakan usaha tani cabe tapi mengalami kesulitan modal untuk membeli sarana produksi pertanian yang mereka butuhkan untuk penanaman berikutnya.

“Bantuan ini merupakan stimulant dari pemerintah yang bertujuan untuk meringankan beban para petani yang mengalami kesulitan modal dalam menjalankan usaha tani cabe, kami berharap bantuan ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan dapat memberikan nilai tambah bagi petani,” ungkap Rahmandi.

Sementara itu Kasi Produksi Hortikultura, Sajadah, STP selaku penanggung jawab bantuan menjeaskan bahwa bantuan saprodi ini diperuntukkan untuk pengemangan komoditi cabe seluas 38 Hektar yang tersebar pada 9 kecamatan yaitu  Lut Tawar, Bebesen, Silih Nara, Rusip Antara, Linge, Bies, Celala, Ketol dan Pegasing.

Lebih lanjut Sajadah merincikan bahwa bantuan saprodi yang diserahkan kepada 22 kelompok tani ini berupa Benih Cabe sebanyak 684 sachet, mulsa plastik 608 gulung, pupuk NPK 15.200 kg, pupuk organik padat 114 ton, pupuk organik cair 228 liter, bio fungisida 2.280 kg, pestisida nabati 76 liter, power spayer (mesin penyemprot) 38 unit dan hand sprayer elektrik 38 unit.

Meskipun bantuan saprodi telah diserahkan, namun Sajadah menghimbau kepada kelompok tani penerima bantuan agar dapat melakukan penanaman secara bertingkat atau berselang waktu antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi over product pada saat panen nanti yang berakibat turunnya harga komoditi ini.

“Pengalaman dalam beberapa bulan terkahir ini bisa kita jadikan pelajaran untuk melaksanakan kegiatan usaha tani cabe kedepan, saya berharap penanaman dilakukan secara bertingkat atau berselang waktu antara satu kelompok dengan lainnya, ini untuk menghindari kelebihan produksi pada saat panen nanti, karena kalau produksi berlebih, otomatis harga akan turun dan petani akan merugi,” pinta Sajadah. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.