Pameran Batu Nisan Aceh Sukses, Selanjutnya Berlangsung di Kabupaten Kota

oleh
Foto: Serambi Indonesia
Foto: Serambi Indonesia

Banda Aceh-LintasGayo.co: Pameran bertema ”Mengenal Batu Nisan Aceh – Sebagai Warisan Budaya Islam di Asia Tenggara”, di Museum Aceh, telah usai. Pameran ini berlangsung di ruang pameran kontemporer halaman museum Aceh 9-16 Mei 2017.

Pengurus Musium Aceh Almuniza mengaku minat masyarakat pada pameran batu nisan Aceh sangat tinggi, sehingga tahun 2018 nanti, Museum Aceh akan mengusulkan untuk menggelar pameran bertema serupa, sifatnya keliling ke semua kabupaten/kota Aceh.

“Pameran pertama batu nisan Aceh adalah langkah awal Museum Aceh berkolaborasi dengan lembaga non pemerintah dan ke depan akan terus menjalankan kerjasama ini. Bagaimanapun tanpa dukungan dan partisipasi publik Museum Aceh tidak ada apa-apanya,” kata Almuniza.

Untuk itu, atas nama Museum Aceh, Almuniza menyampaikan terima kasih kepada Mapesa, terutama kepada Tqk Taqiyuddin Muhammad, dr Husaini Ibrahim, Deddy Satria, dan seluruh panitia penyelenggara pameran batu nisan pertama di Aceh.

“Saudara Thayeb Loh Angen yang terutama terima kasih telah mengeratkan menjadi penyambung antara Museum Aceh dan lembaga non pemerintah,” kata Almuniza Kamal.

Sementara, Ketua Mapesa, Mizuar Mahdi, mengatakan, pada hari terakhir pameran tersebut, sekira sepuluh orang anggota Mapesa kesulitan memandu pengunjung yang datang karena sesak.

“Begitu besarnya penasaran pengunjung tentang pengetahuan yang disajikan dari tiap informasi pada nisan yang dipamerkan,” kata Mizuar Mahdi.

Sementara salah seorang pencetus pameran tersebut, aktivis di PuKAT (Pusat Kebudayaan Aceh Turki) Thayeb Loh Angen, mengatakan, dirinya bangga Museum Aceh dan Mapesa berhasil bekerjasama menyukseskan pameran batu nisan Aceh yang pertama di dunia.

“Ini adalah kali kedua saya menyaksikan kerjasama yang baik antara aktivis kebudayaan dan instansi pemerintah. Museum Aceh dan Mapesa hebat. Sebelum ini, kerjasama yang baik antara instansi pemerintah dengan seniman, saya saksikan di Piasan Seni pertama tahun 2012, yang saya juga salah seorang pencetusnya,” kata Thayeb Loh Angen yang merupakan aktivis kebudayaan yang pada 2010 bersama rekan-rekan di LBS mengajukan tari Saman didaftarkan di UNESCO.(js)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.