Danau Lut Tawar Luput Dari Pantauan Pemeritah Pusat?

oleh
Underwater Clean Up di danau Lut Tawar oleh Gayo Diving Club (GDC). (LGco_Munawardi)
Pante Menye Bintang. dari udara. (LGco_Khalis)

*Catatan Feri Yanto

Danau Lut Tawar (DLT) adalah danau kebanggaan masyarakat Gayo, danau yang membentang dengan luas 5.742 hektar pada ketinggian 1200 Mdpl yang berada di bagian timur kota Takengon ini  kondisinya semakin hari semakin memprihatinkan yang perlu perhatian dan langkah-langkah yang dilakukan sebagai upaya revitalisasi, tapi sayangnya semua pihak masih belum menganggap keberlangsungan danau ini penting dan perlu dengan segara melakukan sesuatu untuk mempertahankan eksistensi danau yang menjadi salah satu ikon dataran tinggi Gayo khususnya Aceh Tengah.

Padahal, tidak semua daerah di Indonesia memiliki danau dan kalaupun ada dari 840 danau di seluruh Indonesia belum tentu memiliki keindahan dan panorama alam yang mengelilinginya setara dengan Danau Lut Tawar,  terlebih DLT yang berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser tentunya membuat danau ini menjadi lebih istimewa, namun tetap saja perlakuan terhadap DLT ini tidak kunjung istimewa.

Selama ini semua pihak seperti tutup mata terhadap keberadaan DLT yang bila dikelola dengan baik dan dengan pendekatan holistik maka akan memberikan dampak yang besar baik secara ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Justru yang terjadi selama ini adalah terjadinya pembiaran atas perlakuan secara sepihak oleh masyarakat maupun koorporasi yang melakukan pengrusakan terhadap DLT yang semakin hari terus mengalami degradasi dan berjalan sangat cepat.

Secara kasat mata kita dapat melihat kondisi gunung yang mengelilingi Danau Lut Tawar terlihat gundul dan perlu dilakukan penghijauan dengan cepat, apabila tidak maka DLT sudah siap tertimbun dengan tanah longsoran yang masuk kedalam danau seperti yang terjadi beberpa waktu lalu, longsor di pinggiran Danau Lut Tawar tepatnya di daerah Utung-Utung yang juga merenggut nyawa seorang yang tidak berdosa, tentu hal seperti ini tidak kita inginkan terulang lagi.

Tidak masuknya DLT kedalam 15 danau prioritas nasional apakah karena luput dari pantauan pemerintah pusat, atau ini merupakan sebagai bukti ketidak sungguhan pemerintah Aceh Tengah dan provinsi Aceh dalam menyelamatkan Danau Lut Tawar untuk mengawal dan mengusulkan penyelematan DLT sehingga DLT tidak masuk dalam 15 danau yang jadi prioritas Nasional untuk diselamatkan, padahal DLT adalah danau yang juga mengalami kondisi yang kritis, terlihat dari berbagai persoalan yng dihadapi Danau Lut Tawar, seperti masalah sampah yang bersumber dari limbah masyarakat yang tidak terkendali masuk kedalam Danau Lut Tawar, selalin itu ekosistem danau dan spesies endemik Danau Lut Tawar yang terancam keberadaanya, juga debit air yang masuk kedalam danau semain hari semakin menurun.

Populasi Kijing Taiwan (Memin Kul) disertai sampah di dasar perairan danau Lut Tawar. (Foto : Muna)

Padahal, DLT yang letaknya masuk kedalam Kawasan Ekosistem Leuser tentunya akan sangat cepat disambut oleh pemerintah pusat untuk di prioritaskan, selain itu juga DLT merupkan sumber air bagi masyarakat yang ada di Kabupaten Bireun dan Lhokseumawe, sehingga masalah Danau Lut Tawar bukan hanya masalah satu kabupaten saja yaitu kabupaten Aceh Tengah, namun masalah juga bagi beberpa kabupaten yang berada di bagian hilir atau lintasan sungai peusangan yang hulunya merupakan Danau Lut Tawar.

Bukan hanya itu, Danau Lut Tawar juga merupakan sumber energi yang akan menggerakkan turbin PLTA melalui aliran sungai (kreung) Peusangan yang akan menghasilkan energi listrik 88.0 MW, untuk itu semestinya Danau Lut Tawar seharusnya menjadi perioritas Nasional seperti yang disampaikan oleh mentri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bapenas Brodjonegoro, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019), untuk ketahanaan Air, aspek eksistensi dan pengelolaan danau merupakan salah satu priritas yang perioritas pemerintah  (Merdeka.com 13/05/2017).

Untuk itu, seyogyanya pemerintah daerah baik kabupaten Aceh Tengah maupun Provinsi Aceh mesti lebih jeli melihat peluang dan terus melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat sehingga DLT menjadi perioritas nasional dengan begitu tentu program-program yang akan dilakukan untuk penyelamatan Danau Lut Tawar dapat dibiayai melalui APBN.

Dalam hal ini juga, diharapkan perwakilan masyarakat Gayo baik anggota DPRA maupun DPR-RI untuk pro aktif dalam memperjuangkan nasip Danau Lut Tawar sebagai aset daerah yang harus dijaga dan menjadi warisan secara turun-temurun kepada generasi masyarakat Gayo sebagai kekayaan alam yang dari dalamnya memeberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, dan juga pada penggiat-penggiat lingkungan dan masyarakat untuk terus melakukan upaya-upaya dan aksi nyata dalam menjaga dan melestarikan Danau Lut Tawar, semoga Danau Lut Tawar tidak bernasip sama dengan danau Poyang yang berada di Cina, dimana Danau tinggalah nama menjadi padang rumput yang tandus.

*Penulis adalah Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon, Wartawan Lintas Gayo dan Pengurus Forum Penyelamatan Danau Lut Tawar (FPDLT)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.