Irfan, Sahabat Berbagi ‘Susah hingga Cecah’

oleh

Catatan Wahyunarrahman

SAYA salah seorang anggota klub trail Tragong Takengon, punya catatan khusus bersama Irfan, korban meninggal dunia saat longsor di Utung-Utung Danau Lut Tawar Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah yang terjadi pada Sabtu 22 April 2017 lalu.

Irfan bergabung dengan Tragong Takengon pada akhir tahun 2016 lalu. Masih baru, dia sedang menjalani proses adaptasi dalam bergaul bersama kami yang umumnya suka bercanda atau berberakah (Gayo-red).

Proses ini tidak sulit bagi Irfan yang ternyata telah dikenal sebagai figur yang menyenangkan, suka menolong, setia dan ramah.

Saya sangat ingat, seminggu sebelum Irfan meninggal dunia, kami bersama bapak Kapolres Aceh Tengah berkunjung ke Kutacane Aceh Tenggara untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan banjir bandang dan sekaligus mengikuti acara Trail Adventure KAE4.

Pada tanggal 15 April 2017 lalu ketika di gunung Leuser, saya tidak mampu melanjutkan perjalanan karena paha saya terjepit oleh stang sepeda motor saya. Saat itu, kawan-kawan lain melanjutkan adventure melalui single track curam dan saat itu saya tau saya tidak mampu melanjutkan perjalanan. Saya memutuskan balik kanan atau kembali ke basecamp.

Disinilah saya menilai Irfan adalah pribadi yang setia kawan, dia menemani saya turun gunung melewati hutan belantara masuk ke perkebunan dan ketika saya kehabisan BBM, Irgan mendorong motor trail saya dengan kakinya hingga ke perkampungan terdekat.

Sesampainya di basecamp kami makan malam bersama dengan bapak Kapolres Aceh Tengah AKBP Eko Wahyudi SIK, dan itulah satu moment kenangan indah bersama Irfan.

Kami semua melepaskan penat setelah seharian penuh berpetuang. Irfan tampak sangat bahagia dan bercanda lepas. keesokan harinya pada tanggal 16 April 2017, saat itu kami menginap di rumah serinen, saya ingat malam itu Irfan sempat membantu rekan-rekan memasak di dapur. Turut merajang bawang, mengaduk bumbu asam jing yang bahannya sebagian kami bawa dari Takengon.

Irfan menjadi koki masakan kami malam itu, dan kesimpulannya dia jago masak masakan khas Gayo.

Saya ingat saat itu saya tidak kebagian cecah terong angur karena sudah diperebutkan kawan yang lain, tapi Irfan datang ke meja saya dan memberikan sebagian cecahnya ke piring saya.

Nah tikik kin abang, ne nong ni dele tu oyane (ini sebagian untuk abang, saya kebanyakan),” kata Irfan. Padahal saya tau, yang dia ambil hanya sedikit dan Irfan mau berbagi cecah dengan saya. Sangat terharu dan menyakini jiwa sosialnya sangat luar biasa.

Keesokan harinya saat penutupan acara Trail, Irfan mendapatkan doorprize berupa google glass (kacamata) khusus trail. Dia kelihatan sangat senang, karena itu merupakan Trail Adventure pertama yang dia ikuti di luar Aceh Tengah.

Setelah kami pulang, teringat kami makan bersama di Desa Ketambe Aceh Tenggara, tiada henti-hentinya Irfan menunjukkan ekspresi kebahagiannya. Kami tidak memiliki firasat apa-apa saat itu dan hanya berpikiran positif. Karena memang mungkin dia belum mendapatkan kebahagiaan semacam itu sebelumnya.

Setelah kami sampai di Takengon tidak ada lagi komunikasi sampai pada hari Kamis 20 April 2017. Irfan menghubungi saya yang bekerja di Bank Mandiri. Dia meminta bantuan bahwasanya telah salah mentransfer uang ke orang lain sebesar Rp. 3.000.000,- dari Rek Bank BNI ke rekening Bank Mandiri.

Dia memintakan tolong agar dapat di proses pengembalian dananya tersebut.

Secara hukum perbankan tidak boleh dan tidak berhak mengembalikan dana tersebut kecuali dari pemilik rekening. Pada saat itu saya sarankan untuk melapor ke pihak berwajib perihal kesalahan transfer tersebut dan dimintakan surat permohonan pemblokiran dari pihak kepolisian hingga pemilik rekening Bank Mandiri tersebut dapat dihubungi.

Setelah itu, saya tidak mengetahui kelanjutan proses pengembalian dana tersebut.

Jum’at pagi, 21 April 2017 saya bertemu lagi dengan Irfan untuk suatu urusan kantor. Senyum khasnya itu rupanya yang terakhir untuk saya.

Sore harinya, rekan-rekan trail berjumpa dengan Irfan, dan saat itu dia menyampaikan kata pamitan. Hanya memang pamitannya tidak terduga, rekan-rekan trail mengajaknya untuk naik gunung pada hari Sabtu, 22 April 2017, namun dia menolaknya.

Kira-kira percakapannya seperti ini, “tah kite lang nge trail” seperti ditirukan Wahyu Melala. Saat itu Irfan menjawab “lang aku nekik, kadang ione nye aku”.

Shalat jenazah Irfan

Tidak ada yang menafsirkan bahasa Irfan tersebut adalah kalimat pamit sampai kabar musibah itu datang, Irfan dinyatakan hilang setelah longsor. Tim Tragong turut aktif berupaya mencari Irfan membantu mempermudah pencarian para penyelam dengan menarik pohon tumbang keluar dari Danau Lut Tawar.

Kami seakan tidak percaya sahabat kami Irfan telah pergi selamanya, hingga jasadnya ditemukan kami tidak yakin.

Saat ini yang dapat kami lakukan adalah berdo’a agar seluruh amal ibadah Irfan diterima Allah SWT, diampuni segala dosa dan untuk keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Amin. [Kh]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.