ACEH BESAR-LintasGAYO.co: Aqidah dalam Islam merupakan pondasi dasar dan induk dari keyakinan Islam. Akidah Islam juga sebagai pondasi dan pegangan hidup pribadi seorang mukmin. Semakin kuat dan kokoh terhadap pondasi dan dasar tersebut, maka semakin berkualitas pula pribadi seorang mukmin menjadi pemuda generasi pemimpin masa depan.
Namun sebaliknya, kerusakan akidah merupakan sumber penyebab kerusakan dan malapetaka terhadap akhlak yang buruk, etika yang lemah dan krisis sosial yang melanda para generasi muda saat ini. Untuk membendung dan melenyapkan kerusakan-kerusakan di bagian tersebut, maka generasi muda haruslah dimulai dari pembenahan kembali terhadap Akidah yang benar dengan memahami landasan dasar akidah Islam yang benar dan kuat.
Menyikapi pendangkalan dan kesesatan dalam beraqidah, kaderisasi Pemuda Dewan Dakwah Aceh (PDDA) menyelenggarakan Kajian Rutin Pemuda (KARIM) yang bertemakan “Aqidah Islam dan Urgensinya Dalam Konsep Dakwah”, Sabtu, 22 April 2017 di markas Dewan Dakwah Islamiah Aceh, Rumpet, Aceh Besar.
Kajian Rutin Pemuda (KARIM) ini diisi oleh Ketua Dewan Dakwah Aceh, DR. Tgk Hasanuddin Yusuf Adan MCl, MA. Dalam materinya beliau menyampaikan bahwa pendidikan aqidah sangat penting bagi para pemuda.
“Pemuda sebagai aset generasi penerus bangsa wajib memiliki pondasi agama yang kuat dan kokoh. Karena aqidah yang kuat akan mempengaruhi kepemimpinan suatu negara dan daerah yang berefek langsung terhadap perkembangan dakwah Islam,” katanya.
Aqidah Islam yang kokoh juga akan mendukung lahirnya generasi Islam yang memiliki akhlak dan kepribadian yang baik guna menjadi generasi yang memiliki ruh Islam serta menjadi pemimpin yang mendorong penguatan dakwah Islamiah dan pro terhadap syariah.
Senada dengan itu, Ketua Kaderisasi PDDA, Taufiqurrahman, ST mengatakan bahwa kajian aqidah Islam sangat penting untuk generasi muda. Aqidah merupakan pondasi awal dalam bergerak, khususnya untuk dakwah Islam.
“Generasi muda sangat berperan membawa perubahan dimasa depan. Harapannya akan lahir generasi yang kokoh dalam pemikiran dan pergerakan sehingga terhindar dari sifat munafik, pragmatis dan apatis terhadap lingkungan sekitar,” demikian Taufiqurrahman.
(Rilis)