Ateisme

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Zaman bisa saja berubah asalkan aqidah jangan sampai goyah, sekali tauhid Monotheisme tetap Monotheisme, NO Ateisme.”

MEKKAH, kota yang  pernah melewati masa Jahiliyyah, masa ini adalah masa kegelapan pada kehidupan manusia, manusia terpuruk dengan kesyirikan dan dibelenggu oleh jalan-jalan iblis yang membuat manusia berada dalam kegelapan. Oleh karena itu Allah swt mengutus Nabi Muhammad saw untuk membebaskan manusia dari belenggu kesyirikan. (Baca: Untuk Apa Nabi di Utus ?).

Dengan hadirnya Nabi Muhammad saw, beliau mengajak untuk tidak mempersekutukan Allah dengan apapun karena Allah adalah “Ahad” dan tidak ada yang bisa menyerupai Allah. Nabi Muhammad memantapkan terlebih dahulu tauhid didalam hati masyarakat Mekkah ketika itu, karena ketika tauhid kuat maka tidak mudah untuk digoyah dan jika tauhid masih labil begitu mudahnya tauhid seseorang itu bisa berubah dari monotheisme bisa saja berubah ke animisme, polithisme atau bisa saja ke arah ateisme.

Tauhid adalah dasar bagi pemahaman agama Islam bagi umat Islam itu sendiri  karena tauhid merupakan keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya dalam zat,  sifat atau perbuatan-perbuatan-Nya. Jika seseorang tidak memahami tauhid yang sebenarnya, ia mudah goyah tidak mempercayai adanya Tuhan, oleh karena itu bagi umat Islam mempelajari ilmu Tauhid, ilmu Ushuluddin atau ilmu Kalam adalah ilmu yang harus dipelajari dan dipahami secara universal.

Model Pemikiran tentang Ketuhanan

Dalam pemikiran Islam khususnya dalam pembahasan Filsafat Ketuhanan ada beberapa model pemikiran tentang ketuhanan, beberapa model pemikiran ketuhanan tersebut ialah: Pertama, model pemikiran ketuhanan patristik Timur dan Barat. Kedua, Model pemikiran ketuhanan para mistikus. Ketiga, Model pemikiran ketuhanan Ateis dan yang keempat Model pemikiran ketuhanan Modernis. (Baca juga: Belajar Filsafat itu Ngeri-Ngeri Sedap).

Dari keempat model pemikiran ketuhanan diatas yang menjadi pokok tulisan  kali ini ialah membahas masalah ateisme, mempelajari kajian ateisme merupakan suatu kajian yang menantang bagi pemikiran karena disini logika alam pikiran kita bermain dan tentunya harus dilandasi tauhid yang kuat, jika tidak boleh jadi kita bisa terjerumus kelembah pemikiran ateis seperti para tokoh-tokoh ateisme yang mencetuskan  aliran-aliran dalam ateis seperti Auguste Comte dengan aliran positivismenya, David Hume dengan aliran Empirismenya, Ludwig Andreas Feuerbach dan Karl Marx dengan pahamnya Materialisme dan dari Paham Ateisme aliran Humanisme dan Eksistensialisme Friedrich Nietzsche dan J.P Sartre.

Ateisme menurut bahasa adalah “menyimpang” dan “meninggalkan sesuatu”. Adapun menurut agama adalah menyimpang dari agama yang benar.  Ateisme ini terbagi  menjadi beberapa bagian, yaitu: bisa jadi ateisme itu terlahir dari cara-cara syirik dengan memberikan sifat ketuhanan kepada Allah atau melibatkan tuhan-tuhan lain kedalam ketuhanan Allah atau bisa juga dengan mengingkari keberadaan Allah. Sumber: Majalah Islam Internasional Qiblati.

Sedangkan dalam istilah filsafat, ateisme ini merupakan salah satu paham aliran yang menolak adanya eksistensi Tuhan. Dengan bahasa yang lebih ringan yang sering kita dengar sehari-hari bahwa ateisme ini adalah orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Nah, pertanyaanya ialah kenapa bisa sebahagian orang yang telah lahir kedunia ini mengingkari Maha Pencipta yang telah menciptakan manusia itu sendiri. Menurut Arqom Kuswanjono menunjukan beberapa alasan orang yang mempunyai paham ateisme, yaitu: a). Naturalisme, paham yang menganggap bahwa dunia empiris ini merupakan keseluruhan realita.  Adanya alam tidak membutuhkan adanya bantuan dari luar. Semua kejadian di alam berada dalam siklus yang terus berjalan, sehingga tidak membutuhkan adanya kehadiran pihak lain untuk memahami alam, naturalisme bertentangan dengan supranaturalisme. b). Kejahatan dan penderitaan. Jika Tuhan betul-betul Maha Kasih tentunya akan menghapus kejahatan. Apabila Ia Maha Kuasa pasti akan menghapus kejahatan ini. Kenyataannya kejahatan ini tetap ada, oleh karenanya Tuhan tidak dapat bersifat Maha Kuasa dan Maha Kasih. c). Otonomi Manusia. Manakala Tuhan ada maka manusia secara otomatis tidak memberi kebebasan. Padahal kenyataannya manusia bebas. Jadi, Tuhan tidak ada. d). Kepercayaan kepada Tuhan hanya merupakan hasil dari pikiran, harapan (wishful thinking) dan kebiasaan masayarakat.

Era modern ini manusia telah beralih dari spiritualitas ke pragmatis dengan kehidupan hedonisme yang menyayat hati, kehidupan mewah dan cinta dunia sedikit demi sedikit mengikis tauhid sehingga lebih mempercayai kehidupan hedonis dan pragmatis. Agama yang turun dari samawi yaitu agama Islam mungkin saja berubah dari Monotheisme ke Ateisme dengan sikap hidup yang hedonisme dan pragmatisme.

Tantangan kehidupan manusia modern adalah masalah keyakinan/aqidah, oleh karena itu kita sebagai umat Islam jangan sampai goyah tauhid itu kearah yang salah. Zaman bisa saja berubah asalkan aqidah jangan sampai goyah, Sekali Tauhid Monotheisme tetap Monotheisme. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca yang budiman.[]

*Penulis: Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.