Sulitnya Mencari Pemanen Kopi Gayo

oleh
Wisatawan ngutip kopi Gayo. (foto : Hadi)
Wisatawan ngutip kopi Gayo. (foto : Hadi)

NGUTIP, mengutip (memetik, panen) kopi adalah pekerjaan penting dalam proses usaha tani kopi. Memerlukan manajemen yang baik dalam rangka mengoptimalkan produktivitas.

Kegagalan dalam menjalankan tahapan mengutip akan berakibat pada penurunan produksi dikarenakan kerontokan buah kopi yang sudah dalam kondisi siap panen.

Permasalahan tenaga kerja pengutip (pemanen) kerap dialami oleh pemilik kebun kopi di Gayo, Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Hal ini sebagai mana diungkapkan oleh Cek Syarim salah serang pemilik kebun kopi di daerah Rembele Kabupaten Bener Meriah.

Penuturan Cek Syarim, persoalan muncul ketika di daerah ini terjadi panen kopi secara serentak, sementara tenaga kerja yang ada di lokasi setempat sangat terbatas.

Kopi yang sudah memasuki usia panen ditandai dengan berubahnya warna kulit dari hijau menjadi merah, pada saat tersebut kopi harus segera dikutip dalam jangka waktu paling lama 3 hari. Setelah tiga hari kopi akan berubah warna menjadi merah gelap dan menjadi kering lalu rontok.

Cek Syarim

Senada diungkapkan Kasmarianto, salah satu petani di Pepalang Kecamatan Pegasing Aceh Tengah.

Menurut Anto panggilan akrab Kasmarianto, jika musim panen terjadi secara serentak, kesulitan mendapatkan pekerja untuk ngutip juga mereka alami.

Anto melanjutkan perlu strategi untuk mengantisipasi kesulitan tukang kutip, salah satu cara yang biasanya dilakukan adalah dengan cara mendatangkan pekerja dari luar.

Cara seperti ini terkadang juga tidak efektif dikarenakan perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mobilisasi pekerja dan terkadang juga perlu untuk menyediakan penginapan.

Menurut pengakuan pemilik kebun yang dikonfirmasi di beberapa lokasi berbeda, kemampuan mengutip rata-rata perhari oleh tukang kutip itu berkisar antara 4 (empat) sampai dengan 5 (lima) kaleng perhari. Dengan upah per kalengnya yaitu sebesar Rp. 20.000 sampai Rp. 25.000.

Sulitnya mendapatkan pekerja untuk mengutip kopi ini, menurut Cek Syarim telah berdampak pada berkurangnya keseriusan dari pemilik kebun untuk mengurus lahan secara rutin. Hal tersebut akhirnya berdampak pada menurunnya tingkat produksi.

Idealnya kopi yang di rawat secara rutin bisa menghasilkan buah kopi merah dalam waktu sekali kutip 500 kaleng. Atau setara dengan 1 ton biji kopi kering. Maka jika dalam satu tahun ada dua kali musim panen maka produksi kopi yang dihasilkan bisa mencapai 2 ton/ha/tahun biji kopi hijau yang sudah kering. Sementara kebun yang tidak di rawat secara rutin produksi kopi yang dihasilkan hanya 600 kg hingga 700 kg biji kopi hijau.

Untuk itu solusi terhadap permasalahan tukang kutip yang kerap menjadi permasalahan para petani/pemilik kebun kopi perlu untuk dipikirkan solusinya bersama oleh para pelaku usaha kopi. (Hadi Syahrizal)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.