IKAT Aceh Gelar Seminar Pendidikan

oleh

Banda Aceh-LintasGayo.co: Alumni Timur Tengah (IKAT) menggelar seminar pendidikan. Seminar yang menghadirkan pemateri nasional dan ulama Aceh, sebagai bentuk evaluasi, menyangkut sejauh mana kiprah IKAT selama ini.

Ketua Aceh, Muhammad Fadhil Rahmi, Lc mengatakan, banyaknya hal yang telah dilakukan IKAT, namun belum nampak perjalanan yang dilakukan dengan terukur. Karenanya butuh evaluasi menyeluruh.

Dikatakan, selama ini banyak hal telah dilakukan. Baik pengabdian sosial, dakwah dan bahkan menjadi mitra pemerintah dalam beberapa kegiatan, akan tetapi tentu itu semua belum tertakar dengan jelas tentang format bentuk kontribusi para alumni Timur Tengah.

“Belum ada road map pengabdian yang tepat sasaran dan terukur,”ujar Fadhil saat memberikan sambutan pada seminar yang digelar, di Aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Minggu 5 Februari 2017.

Ia mengharapkan betul sinergi dari semua pihak. Baik secara moril maupun materil, untuk melaksanakan kegiatan ini dengan tujuan penanaman nilai agama secara subtansial kepada masyarakat. Terutama kepada masyarakat-masyarakat awam dan terpelajar.

”Dengan adanya diselenggarakan kegiatan seminar itu, dapat mengukur sejauh mana peran dan konstribusi alumni IKAT Aceh dalam mengevaluasi semua,” ujarnya.

Seminar yang mengangkat tema Menakar Kiprah Alumni Timur Tengah tersebut diisi oleh tiga pemateri, yakni Dr Muchlis M. Hanafi, MA (Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kementerian Agama), Tgk H Muhammad Yusuf Abdul Wahab (Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunib-Bireuen dan Ketua I HUDA) dan DR Ajidar Matsyah, Lc. MA.  (Dosen UIN Ar-Raniry).

Dr Ajidar Matsyah, dalam materinya menyampaukan, alumni timur tengah ada di berbagai lini dan sudah ada sejak dulu. Untuk itu, alumni perlu merperbanyak kiprah di berbagai sisi, apalagi di bagian dakwah, karena memang ini sudah menjadi domainnya.

Ia juga mengharapkan dan menekankan bahwa alumni timur tengah harus benar-benar mendalami dan menjiwai keagamaan secara mendalam. Karenanya hal tersebut merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim, khususnya IKAT.

Tgk H Muhammad Yusuf atau yang sering dipanggil To Sop mengemukakan bahwa setiap manusia ummat wahidah. Dimana manusia mempunyai 2 kelemahan. Salah satunya, lemah dalam mengorganisir menjadi kekuatan kolektif, serta mudah dan gampang dipengaruhi oleh orang lain.

“Di era global erat kaitannya dengan era neokolonialisasi, dimana mengeksploitasi yang lemah. Kita jangan seperti domba yang ada di kandang macan. Kita bertarung sesama kita, padahal kalah menang tetap akan dimangsa macan,” ungkap To Sop dengan senyum khasnya.

Apa saja yang membuat kita bisa menyatu? tambahnya, yang pertama Jangan menang dengan saudara sendiri tapi kalah di depan orang lain alias jago kandang. Kedua, membuat perencanaan, jika kita tidak merencanakan kita akan direncanakan.

Dikatakan, sebagai penuntut ilmu, manusia menjadikannya sebagai jalan dan jembatan bagi dirinya sendiri. Namun ada sebagian menempatkannya dengan ketidak adilan “Ilmu bukan sumber kegaduhan dan kesombongan. Tapi ilmu sumber kedamaian. jangan menjadi manusia yang eklusif .”

Sedangkan Mukhlis Hanafi memaparkan bahwa Azhar itu merupakan metode. Bukan sekedar institusi, masyikhah bukan sekedar kantor administrasi, namun menjaga keseimbangan.

Seminar ini sekaligus peluncuran agenda prioritas IKAT 2017.  Agenda utamanya adalah, ToT Tahsin, pelatihan mawaris, sosialisasi pendidikan Timur Tengah dan kaligrafi.(Junaidi | aZa)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.