Radio Rimba Raya, Penting tapi Ditinggalkan

oleh

Laporan : Muhammad Rizayani*

RADIO Rimba Raya (RRR) adalah satu-satunya radio yang menyiarkan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada disaat-saat genting Agresi Meliter Belanda. Tanggal 19 Desember 1948 disaat ibukota negara Republik Indonesia Yogyakarta dikuasai oleh Belanda.

Waktu itu, radio Belanda yang bernama Hilversum secara lantang mengatakan bahwa Republik Indonesia sudah hancur dan sebagian dunia mempercayai berita itu.

Gubernur Militer Aceh, Langkat dari Tanah Karo, ketika mendengar berita tersebut segera membentuk Sidang Dewan Pertahanan Daerah, dari hasil Sidang tersebut keputusan yang diambil antara lain pada tanggal 20 Desember 1948, radio yang kemudian dinamakan Radio Rimba Raya harus segera mengudara.

Di saat suasana genting tersebut, tepatnya pada tanggal 20 Desember 1948 malam hari, RRR mengudara menembus angkasa memberitahukan kepada dunia bahwa Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila masih ada.

Tanah Aceh, daerah modal Republik Indonesia, dalam menghadapi segala peristiwa yang terjadi mempersiapkan diri mendatangkan sebuah pemancar yang kuat dari luar negeri.

Namun, sangat disayangkan monumen yang sangat berjasa untuk Kemerdekaan Indonesia tidaklah terawat dengan baik. Jum’at 28 Februari 2017, penulis bersama dengan seorang dosen Universitas Syiah Kuala yaitu Dr. Muttaqin Mansur, S.H,. M.H menelusuri tempat keberadaan monumen sejarah tersebut tepatnya berada di desa Ronga-Ronga.

Bangunan yang tidak terawat dan mulai ditumbuhi semak belukar menutupi areal masuk menuju monumen sejarah ini.

Penulis mengharapkan, diperlukan perhatian dari pemerintah untuk selalu melestarikan monumen yang pernah berjasa untuk kemerdekaan Indonesia agar tetap terjaga dan tidak dimakan usia untuk diwariskan pengetahuan untuk anak bangsa kelak.[]

*Alumni PSP Perikanan Unsyiah dan Ketua Asrama Mahasiswa Pidie

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.