Putra Gayo Darmawan, SH,M. Hum Raih Gelar Doktor di USU

oleh
Darmawan saat mempertahankan desertasi

RABU, 21 Desember 2016, resmi bertambah satu orang lagi putra Gayo yang menyandang gelar Doktor.

Bertempat di ruang IMT-GT Lantai II Gedung BPA –USU Jln. Dr . T. Mansur No. 9 Medan, Darmawan, SH, M.Hum, putra Gayo yang merupakan dosen pengajar hukum perdata di Universitas Syiah Kuala berhasil mempertahankan desertasinya yang berjudul “Penyelesaian Pembagian Harta Bersama Dalam Hal Terjadinya Perceraian Pada Masyarakat Gayo di Kabupaten Aceh Tengah” dalam sebuah sidang terbuka di depan dewan penguji yang dipimpin sendiri oleh Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum.

Dalam sidang terbuka yang dimulai pukul 9.00 WIB, Darmawan di depan orang tua, anak istri, kerabat dan kolega berhasil menjawab semua pertanyaan dewan penguji dengan mantap.

Salah satu jawaban paling menarik yang disampaikan oleh Darmawan adalah ketika Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum mempertanyakan keberanian Darmawan membuat istilah “Harta kekayaan dalam perkawinan”, sementara istilah itu tidak dikenal dalam sistem hukum Indonesia.

Dengan penuh percaya diri Darmawan menguraikan bahwa hal itu mengacu adat Gayo dimana orang yang menikah membawa tiga macam harta dengan asal-usul yang berbeda yaitu Harta teniron, Harta bawaan dan Harta poh roh yang pembagiannya tergantung pada bentuk perkawinan, angkap atau juwelen. Sementara dalam hukum perkawinan Indonesia selama ini hanya dikenal harta poh roh. Jawaban Darmawan diterima dengan baik oleh dewan penguji.

Pada akhir sidang, dewan penguji memutuskan untuk menyatakan bahwa Darmawan berhasil lulus mempertahankan desertasinya dengan hasil sangat memuaskan.

Selepas sidang, kepada LG.Co, Darmawan mengatakan bahwa dirinya adalah orang keempat yang berhasil lulus di angkatannya yang sama-sama mendaftar S3 pada tahun 2012. Jadi dia menempuh pendidikan S3 ini dari awal sampai lulus selama 4 tahun 2 bulan. Kelebihan waktu dua bulan inilah yang membuatnya gagal meraih hasil Cum Laude, padahal dari semua peserta S3 di angkatannya, Darmawan yang meraih IPK 3,9 adalah peraih nilai tertinggi.

Selanjutnya ketika ditanyakan, kenapa dirinya memilih tema ini sebagai bahan desertasi, Darmawan menyatakan bahwa ini adalah salah satu usahanya untuk mengangkat martabat hukum adat Gayo serta membangkitkan rasa percaya diri orang Gayo secara umum. Sebab menurut Darmawan saat ini ada indikasi orang Gayo mulai malu menjadi Gayo bahkan gengsi berbahasa Gayo dan ini sangat mengkhawatirkan karena ada ada indikasi bahwa jika suatu bahasa digunakan oleh masyarakat dengan jumlah penduduk kurang dari 1 juta ada indikasi bahasa tersebut akan hilang.

Darmawan berharap ini tidak terjadi, karena sebenarnya dalam sistem perundangan terkait adat, Gayo sudah lebih maju dibandingkan Aceh. Karena melalui Qanun no 10 2002 Hukum adat Gayo sudah berani kita formalkan sementara di daerah lain. Lembaga Sarak Opat sudah diakui sebagai suatu lembaga penyelesai permasalahan sosial dalam masyarakat Gayo.

Desertasi yang dipertahankan oleh Darmawan pada hari ini adalah sebuah upaya untuk memperkuat ‘Isi’ dari lembaga Sarak Opat di Gayo. Dan bukan kebetulan, pada hari yang sama di UIN Ar-Ranirry Banda Aceh, seorang Putra Gayo lain juga sedang mempertahankan desertasi mengenai Sarak Opat juga. Tapi berbeda dengan Darmawan, yang di UIN membahas tentang lembaganya.

Jadi pada hari yang bersamaan ada dua putra Gayo yang mempertahankan desertasi Doktor terkain dengan Sarak Opat, di Banda Aceh membahas lembaganya dan di Medan membahas isinya.

Ini dapat kita lihat sebagai pertanda bahwa Gayo sudah berada pada jalur yang benar untuk meraih kembali jati dirinya yang asli.

Dan ini tentu saja harus menjadi motivasi dan tantangan bagi generasi muda Gayo untuk terus bersemangat menggali kembali nilai-nilai adat Gayo dan jati diri asli Gayo dan sekaligus juga sebagai penyemangat untuk meraih pencapaian tinggi di bidang akademis. Bayangkan Darmawan yang sudah berusia 54 tahun saja masih mau bersusah payah menempuh pendidikan di usia yang terbilang senja, karena semangat untuk memajukan Gayo. Bagaimana dengan para akademisi yang lebih muda. Bukankah seharusnya terpacu oleh apa yang sudah diraih oleh Dr. Darmawan, SH,M.Hum?[]

(Win Wan Nur)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.