Catatan Muhammad Nasril*
Ribuan masyarakat Kota Subulussalam yang ikut hadir ke lapangan Beringin terhipnotis dengan penampilan Teater tentang Potret Guru pada masa dulu, sekarang dan harapan dimasa yang akan datang oleh siawa SMA Unggul Subulussalam di panggung utama tempat dilaksanakan HUT PGRI ke 71 dan HGN Provinsi Aceh, Sabtu (3/12) Malam.
Hampir semua yang hadir menunduk, saat diperankan bagaimana kondisi guru hari ini, dimana anak anak didik tidak lagi mengenal apalagi menghormati guru, guru yang tidak diketahui, akhlak anak didik meraja lela. Para guru tidak bisa berbuat banyak, mereka hanya bisa mengajar dan terus mengajar.
Dalam Teater tersebut juga diperankan kondisi miris seorang guru, kondisi dimana pahlawan tanda jasa betul-betul tidak ada jasa “Masih maukah kalian menjadi guru” tanya pembaca sinopsis itu.
Tersentak Ribuan peserta yang hadir, sebagian mengusap air mata, bahkan ada yang terisak. “Sedih pak, tidak Tahan saya pak,” ujar salah seorang warga.
Tiba-tiba penonton teater berubah menjadi semangat, merinding mendengarnya, pada saat seorang sang Siswa memerankan tentang seorang guru yang tetap semangat, ia tidak peduli badai atau ombak, ia tetap bangga menjadi guru.
Guru adalah pekerjaan mulia, ia Ibarat sinar dalam ke gelatin, ia ibarat air di padang pair, ia terus menyinari, ia menyejukkan, ia berjuang dari mempekenalkan haruf A sampai Z. Guru tetap guru, ia tidak pernah menjadi Mantan guru, ia akan Bangga me lihat anak didiknya sukses, seperti hari ini, semua yang sukses di negara ini tidak telepas dari jasa guru
“Aku tetap akan menjadi guru,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah dari ribuan pengunjung.
Terlihat dibarisan depan, Kadis Pendidikan Aceh, Kakanwil Kemenag Aceh, Wakil Wali Kota Subulussalam, Kakankemenag dan Kadis Pendidikan Subulussalam mengusap mata mereka. Kemudian mereka menuju ke panggung utama “penghormatan kepada guru.” []
