PENAS XV, Peluang Promosi Komoditi Pertanian di Gayo

oleh

Catatan : Fathan Muhammad Taufiq*

Logo Penas XV 2017 AcehTahun 2017 yang akan datang, Pemerintah dan masyarakat Provinsi Aceh akan menggelar hajatan “akbar” bagi petani dan nelayan seluruh Indonesia melalui even Pekan Nasional (PENAS) Petani Nelayan Ke XV yang akan digelar dari tanggal 6 – 11 Mei 2017. Dalam even yang digelar 3 tahun sekali itu, Aceh mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah, setelah diputuskan dalam Rembug Nasional Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) yang bertepatan dengan pelaksanaan PENAS ke XIV di Kabupaten Malang, Jawa Timur tanggal 7 – 14 Juni 2014 yang lalu. Beberapa kabupaten dan kota dalam wilayah provinsi Aceh seperti Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tengah dan Bener Meriah akan terlibat langsung dalam gelaran tersebut, baik sebagai lokasi kegiatan maupun sebagai destinasi kunjungan bagi peserta Penas. Peserta, pengunjung maupun peninjau dalam acara tersebut, diperkirakan lebih dari 50 ribu orang yang terdiri dari perwakilan petani dan nelayan dari seluruh Indonesia, pelaku usaha dan bisnis pertanian dari dalam dan luar negeri, serta peinjau dari 5 negara di kawasan ASEAN.

Secara ekonomis, even akbar yang akan dihadiri oleh puluhan ribu peserta dan pengunjung itu tentu akan memberi dampak positif bagi tuan rumah. Selain perputaran uang dalam jumlah besar, beberapa potensi ekonomi Aceh juga akan ikut merasakan dampaknya. Rumah-rumah penduduk yang kemudian dijadikan home stay bagi para peserta, tentu akan mendatangkan pendapatan tambahan bagi masyarakat, misalnya satu rumah bisa menampung 10 orang pesrta dan setiap peserta membayar 50 rupiah per hari, maka selama sepekan (7 hari), pemilik rumah akan memperoleh pendapatan tidak kurang dari 3,5 juta rupiah, sebuah pendapatan yang tergolong cukup tinggi.

Dari pengalaman pelaksanaan Penas ke XIV di kabupaten Malang pada tahun 2014 yang lalu, perputaran uang selama pelaksanaan Penas tercatat hampir mencapai 350 Milyar rupiah, itupun baru sebatas dari jasa penginapan, konsumsi dan souvenir dan oleh-oleh. Sementara transaksi bisnis pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan yang kemudian terjadi antara petani nelayan dan pelaku usaha di kabupaten Malang dengan pelaku usaha dan bisnis yang datang dalam even Penas tersebut, jumlahnya bisa mencapai triliyunan rupiah. Peluang itu juga dapat direbut oleh para petani nelayan dan pelaku usaha di Aceh, karena Aceh juga dikenal memilki potensi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan yang memang layak “dijual”. Berbagai komoditi seperti Kopi, Pala, Lada, Pinang, Nilam, Udang, Bandeng, Kakap, Kerapu, Tongkol dan berbagai komoditi hortikultura lainnya, merupakan komoditi andalan Aceh yang dapat dipromosikan dan dicarikan akses pemasarannya melalui even tersebut.

Khusus untuk wilayah Dataran Tinggi Gayo yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah, dalam even ini telah ditetapkan sebagai obyek kunjungan bagi para peserta maupun peninjau yang akan melihat langsung potensi pertanian di daerah ini sekaligus menikmati wisata alam dan wisata agro yang ada di kedua kabupaten ini. Kedatangan puluhan ribu peserta Penas ini tentu saja menjadi peluang bagi masyarakat di daerah ini untuk “menangguk” keuntungan finansial dari tamu-tamu dari seluruh Indonesia yang akan singgah ke daerah ini. Peluang tersebut bisa diperoleh dari jasa penginapan, rumah makan, pengelola lokasi wisata, kuliner rakyat, souvenir dan oleh-oleh khas Gayo. Kehadiran puluhan ribu orang tersebut juga akan berdampak pada perputaran uang dalam jumlah besar di daerah ini meski hanya dalam waktu singkat.

Bayangkan saja jika seorang peserta menghabiskan uang mereka rata-rata Rp 500.000,- saja di daerah ini, maka 50 ribu peserta penas yang mengunjungi daerah ini akan membawa dampak perputaran uang tidak kurang dari 25.000.000.000,- (dua puluh lima milyar rupiah). Jika keuntungan bersih yang diterima masyarakat dari perputaran uang tersebut rata-rata 20 persen saja, berarti aka nada Gayo sekitar 5 milyar rupiah hanya dalam 2 hari. Tentu ini sebuah peluang ekonomi yang sangat signifikan untuk mendongkrak pendapatan masyarakat.

Tidak hanya itu saja, rangkaian kegiatan Penas yang diisi dengan berbagai pertemuan formal maupun non formal, juga memberi peluang terjadinya transaksi bisnis antara petani maupun pelaku usaha di derah ini dengan pelaku bisnis yang datang dari luar daerah maupun luar negeri. Keunggulan komoditi pertanian utama di Dataran Tinggi Gayo seperti Kopi Arabika, Jeruk Keprok Gayo, Alpukad, Nenas, Markisa, Kentang, Cabe, Tomat dan berbagai komoditi lainnya, merupakan komoditi yang dapat “dijual” dengan memanfaatkan momentum tersebut. Ini akan menjadi “jalan” bagi produk-produk unggulan daerah yang selama ini agak kesulitan untuk mendapatkan akses pasar. Begitu juga dengan obyek-obyek wisata alam seperti Danau Laut Tawar, agrowisata Pantan Terong, bebberapa obyek wisata di Bener Meriah juga secara otomatis akan terpromosikan melalui even ini. Demikian juga dengan souvenir khas Gayo berupa kerajinan kerawang dan kerajinan lainnya serta kuliner spesifik Gayo juga akan dikenal oleh para pengunjung dari seluruh pelosok negeri bahkan manca negara. Tentunya ini akan berdampak poisitif agai perekonomian daerah pada masa yang akan datang.

Namun demikian peluang tersebut bisa saja akan terbuang sia-sia jika kita tidak mampu mengantisipasinya sejak awal. Masih ada waktu beberapa bulan sampai dengan tanggal pelaksanaan Penas ke XV tersebut pada bulan Mei 2017, waktu yang tersisa tersebut harus benar-benar mampu dimanfaatkan oleh para petani dan pelaku usaha di Dataran Tinggi Gayo jika ingin bisa merebut peluang tersebut, karena even seperti hanya akan bisa terulang setelah puluhan tahun yang akan datang. Menyiapkan produk-produk pertanian yang memnuhi standar kualitas, adalah sebuah kaharusan yang mestinya sudah dimulai sejak beberapa bulan sebelum ini, sehingga ketika para peserta maupun pelaku usaha bidang pertanian itu hadir di daerah ini, sudah banyak produk yang bisa ditawarkan kepada mereka.

Namun sayangnya sosialisasi Penas ini oleh pihak-pihak terkait kepada masyarakat, khususnya para petani dan pelaku usaha di bidang pertanian masih sangat minim. Bahkan pemerintah kabupaten yang dalam hal ini diwakili oleh stake holders terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, belum pernah sekalipun melakukan public hearring terkait dengan pelaksanaan Penas ke XV ini, padahal waktu terus berjalan. Lemahnya koordinasi dan sinergi antar stake holder, mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Wajar kalau sampai saat inipun banyak sekali masyarakat di daerah ini yang belum tau sama sekali bahwa daerah mereka akan menjadi tuan rumah even akbar itu, sehingga belum ada langkah antisipatif apapun yang dilakukan. Kalau kondisi demikian dibiarkan berlarut, bukan tidak mungkin, ketika puluhan ribu peserta Penas kemudian “menyerbu” Dataran Tinggi Gayo, masyarakat dan juga para pelaku usaha hanya bisa jadi penonton, tanpa mampu memafaatkan peluang berharga tersebut.

Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga tulisan ini mampu menggugah para pihak untuk segera bergerak dan bertindak melakukan langkah-langkah kongkrit, sehingga momentum langka yang sangat berharga ini ini benar-benar mampu memberi manfaat bagi masyarakat. Gayo, karena momentum ini tidak mungkin akan datang lagi 5, 10, bahkan 20 tahun lagi. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.