Jurnalis itu…..? Ini Kata Hasanuddin Darjo

oleh
Hasanuddin Darjo mengamati tabloid LintasGAYO. (foto Diana Seprika)
Hasanuddin Darjo bersama peserta pelatihan jurnalistik siswa Bener Meriah, Sabtu 19 Nopember 2016
Hasanuddin Darjo bersama peserta pelatihan jurnalistik siswa Bener Meriah, Sabtu 19 Nopember 2016. (foto : Diana Seprika)

KEPALA Dinas Pendidikan Aceh, Hasanuddin Darjo bukan saja sebagai birokrat ulung, tapi juga motivator handal.

Kemampuan memotivasi ini ditunjukkan saat menghadiri Pelatihan Jurnalistik siswa SMA sederajat di Bener Meriah yang digelar atas kerjasama Disdik Aceh dan PWI Aceh di Mess Pemkab setempat, Sabtu 19 Nopember 2016.

Dihadapan para peserta, Plt Bupati Bener Meriah ini memaparkan bahwa ilmu jurnalistik itu sama dengan peradaban Islam seiring dengan turunnya Wahyu pertama, Iqra’ sebagai perintah pertama dari Allah SWT.

Sementara Nabi Muhammad SAW tidak bisa tulis baca. Lalu dicarilah penulis yang menuliskan Wahyu yang diterima Nabi SAW dan menginformasikannya kepada orang lain.

“Jadi menulis informasi adalah ibadah,” simpul Darjo.

Pentingnya menulis, Darjo juga mengutip pernyataan filsuf sosial Tiongkok, Konfusius yang menyatakan “tulisan yang buram lebih baik dari ingatan yang kuat”.

Hasanuddin Darjo mengamati tabloid LintasGAYO. (foto Diana Seprika)
Hasanuddin Darjo mengamati tabloid LintasGAYO. (foto Diana Seprika)

“Wartawan dan penulis adalah salahsatu profesi yang paling berkelas, walau sosoknya kelihatan biasa-biasa saja,” kata Darjo.

Jurnalis dimata Darjo adalah orang yang banyak tau, banyak menganalisis, luas wawasan, petualang, idealisme tinggi.

Lain itu juga sosok pemberani, sederhana, tidak cengeng, jujur karena menulis dan mengatakan apa adanya.

“Jurnalis itu bukan pengadu domba. Filternya tinggi, tau informasi mana yang boleh disebarluaskan, orang yang bersungguh-sungguh, heroik, inteligen, serta alibinya kuat, bisa menyajikan tulisan seolah-olah dia ada di tempat kejadian,” papar Darjo.

Mengutip sunnah Nabi SAW saat menjawab pertanyaan sahabatnya, “siapakah orang miskin? Dijawab Rasulullah adalah orang yang tidak punya teman. Dan yang paling miskin adalah yang kehilangan teman”.

“Wartawan dan penulis itu banyak temannya,” simpul putra Jorang Aceh Tenggara ini.

Sebagai jurnalis, kata dia, harus profesional dan diperlukan kesungguhan. Terkadang harus bermuhasabah, upaya evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya.

“Timbangan jurnalis adalah hati nurani, jadi asuhlah hati nurani, dan perlu kesabaran,” ujar Hasanuddin Darjo.

Masa depan seorang jurnalis juga cerah, di Indonesia ada Harmoko yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan saat Soeharto berkuasa. Sosok presiden Amerika Abraham Lincoln juga seorang wartawan yang mulanya justru tidak bisa tulis baca yang berprofesi penjual koran.

Diakhir motivasinya yang kerap disambut tepuk tangan para siswa, Hasanuddin Darjo yakin akan muncul wartawan dan penulis hebat dari Bener Meriah yang dimatanya sebagai daerah paling penting di Aceh karena berapa aspek, baik sosial maupun kekayaan potensi alamnya.

Dalam dunia jurnalistik, Drs. Hasanuddin Darjo, MM rupanya bukan orang baru, dia pernah menjadi wartawan di Aceh Tenggara dan belajar menulis di tahun 1976-1978. Selama 2 tahun dia belajar dengan mengirimkan surat pakai prangko ke Pematang Siantar Sumatera Utara. [Khalis]

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.