Perumnas Antara; Dusun Kecil ‘Pencetak’ Anggota Paskibra Aceh Tengah

oleh

Catatan : Fathan Muhammad Taufiq *)

Sebagian anggota Paskibra Aceh Tengah 2016(1)

Menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera  (Paskibra), mungkin mejadi impian dan obsesi bagi setiap remaja, khususnya mereka yang duduk di bangku SLTA, karena menjadi anggota paskibra tentu sebuah kebanggaan dan “gengsi’ tersendiri bagi mereka. Namun untuk bisa masuk sebagai petugas pengibar bendera pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, tentu bukan hal yang mudah. Ada criteria khusus yang harus dipenuhi oleh para remaja tersebut. Bukan sekedar memiliki fisik yang kuat, tapi harus mempunyai kecerdasan intelektual dan emosional serta disiplin yang tinggi. Itulah sebabnya meski ada ratusan bahkan ribuan siswa siswi SLTA di suatu daerah, hanya sekitar 70 an orang saja yang bisa lolos seleksi untuk menjalankan tugas egara tersebut.

Begitu juga yang terjadi di Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah, sudah sejak bulan April lalu dilakukan seleksi Paskibra untuk acara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 71 taanggal 17 Agustus 2016 di daerah ini. Dari ratusan siswa siswi SLTA yang mengikuti seleksi tingkat kabupaten, akhirnya terpilih 70 anggota paskibra yang terdiri dari siswa siswi pilihan yang sudah lolos seleksi yang sangat ketat. Mereka inilah yang akhirnya tampil bertugas mengibarkan duplikat bendera pusaka pada tanggal 17 Agustus 2016 yang lalu di lapangan Setdakab. Aceh Tengah. Karena mereka memang remaja-remaja pilihan yang sudah digembleng selama kurang lebih tiga bulan, sehingga merekapun bisa tampil nyaris sempurna dalam menjalankan tugas mereka.

Bicara tentang paskibra di kabupaten Aceh Tengah, ada sebuah dusun kecil di daerah ini yang dalam tiga tahun terakhir sudah “melahirkan” beberapa orang anggota paskibra, sebuah catatan prestasi yang mungkin tidak dimiliki oleh dusun atau desa lainnya di Dataran Tinggi Gayo. Ini. Dusun kecil ini bernama Dusun Perumnas Antara yang berada di Desa/Kampung Pinangan Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah. Dusun yang dihuni oleh sekitar 84 kepala keluarga atau sekitar 425 jiwa dengan latar belakang etnis beragam ini memang terlihat “istimewa” dalam urusan paskibra di kabupaten berhawa sejuk ini. Betapa tidak, tahun 2016 ini saja, dusun Perumnas Antara mampu “melahirkan” 4 orang anggota paskibra.

A. Paskibra Aceh Tengah 2016 dalam acara resepsi HUT RI ke 71(1)

Dari 70 anggota paskibra Kabupaten Aceh Tengah tahun 2016 ini, tentu bukan sebuah kebetulan jika 4 diantaranya memang berasal dari dusun kecil ini. Uniknya lagi keempat anggota paskibra yang berasal dari dusun ini, berangkat dari empat keluarga dengan status sosial dan ekonomi berbeda, karena warga dusun ini memang memiliki berbagai profesi baik formal maupun informal.

Nadila, remaja 15 tahun yang saat ini tercatat sebagai siswi kelas 2 SMA Negeri Takengon  ini lolos sebagai anggota paskibra, bukan karena status sosial orang tuanya, tapi benar-benar karena kemampuannya. Putri kedua dari pasangan AKP Suwarno dan Marhamah, S Pd ini memang sudah mengenal disiplin sejak kecil, dari ayahnya yang seorang perwira menengah Polri yang saat ini menjabat sebagai Kasat Binmas di Polres 107 Aceh Tengah, gadis belia ini banyak belajar disiplin dari ayahnya, itulah sebabnya kemudian dia lolos sebagai anggota paskibra tahun ini. Dukungan ibunya yang berprofesi sebagai guru SMP ini juga jadi factor penunjang prestasi gadis berdarah Gayo-Jawa ini. Sudah sejak delapan tahun yang lalu Nadila bersama keluarganya tinggal di dusun Perumnas Antara.

Ada lagi Rifa, dara manis berusia 16 tahun siswi SMA Negeri 1 Takengon  ini adalah putri kedua dari pasangan guru yang juga bertempat tiggal di dusun Perumnas Antara. Sang ayah, Salihin, S Pd adalah Guru pada Madrasah Tsanawiyah di Takengon, sementara ibunya, Siti Zubaedah, S Pd tercatat sebagai salah seorang tenaga pendidik di Madrasah Aliyah Negeri 1 Takengon. Berangkat dari lingkungan dusun yang sangat kental dengan kebersamaan warganya, akhirnya Rifa lolos sebagai salah satu anggota paskibra di Aceh Tengah tahun ini.

Kondisi ekonomi orang tua yang  kurang baik bukanlah halangan bagi Andika untuk menunjukkan prestasinya. Remaja berkulit agak gelap yang saat ini menjadi siswa kelas 2 di MAN 1 Takengon, dengan segala keterbatasan ekonomi orang tuanya, ternyata telah mampu menunjukkan prestasi membanggakan dengan lolosnya dia sebagai salah seoarang anggota paskibra tahun ini. Kedua orang tua Andika sudah menjadi warga dusun Perumnas Antara sejak tahun 2000 yang lalu, keluarga mereka terpaksa pindah ke dusun ini akibat ekses dari konflik yang terjadi pada waktu itu di kampung asalnya di Bener Meriah. Ayahnya, Sugiman, hanyalah seorang buruh bangunan, sementara ibunya Zainab, membantu suaminya dalam menjari nafkah dengan menjadi buruh cuci pakaian, namun keterbatasan itu bukan menjadi penghalang bagi Andika untuk meraih yang terbaik.

Satu lagi,anggota paskibra tahun 2016 yang juga berasal dari dusun Perumnas Antara adalah Fernanda. Remaja 16 tahun siswa MAN 1 Takengon ini lolos sebagai anggota paskibra setelah menyisihkan puluhan rekannya dalam seleksi paskibra tahun ini. Meski ayahnya, Suratman hanyalah seorang Tukang Becak dan ibunya, Sartina hanya seorang ibu rumah tangga yang terkadang juga menjadi tukang seterika pakaian di rumah orang, namun tidak mengurangi tekad remaja ini untuk berprestasi. Agak berbeda dengan ketiga teman paskibra yang berasal dari dusun yang sama, Fernanda dan keluarganya sudah lebih 20 tahun tinggal di dusun ini, bahkan dia juga lahir di sini.

Meloloskan” empat anggota paskibra pada tahun ini, tentu menjadi catatan kebanggaan bagi warga dusun Perumnas Antara. Satu hal yang mungkin menjadi salah satu pemicu prestasi bagi putra putri dari dusun ini adalah kekompakan warga yang selalu terlihat dalam keseharian mereka, sifat gotong royong dan kepedulian antar sesama warga terlihat begitu kental dalam kehidupan di dusun ini. Begitu juga ketika ada warga yang menunjukkan prestasinya, semua warga disini juga langsung memberikan apresiasi.

Tak hanya pada tahun ini saja dusun Perumnas Antara “unjuk gigi” dalam kancah paskibra  Aceh Tengah, tahun 2015 yang lalu, dua “wakil” dari dusun kecil ini juga tampil sebagai anggota paskibra. Yasir, anak yatim yang sudah ditinggal oleh ayahnya, Suryadi beberapa tahun yang lalu, tak mau larut dalam kesedihan. Hanya tinggal bersama Elizar, ibunya yang bekerja sebagai petugas kebersihan honorer serta seorang adiknya yang masih kecil, Yasir justru terpacu untuk membahagiakan orang tuanya dengan menunjukkan prestasi terbaiknya. Didukung oleh fisik yang bagus, akhirnya tahun lalu dia juga lolos sebagai salah seorang pasukan pengibar bendera dalam peringatan HUT RI ke 70 di Kabupaten Aceh Tengah.

Yasir tidak sendiri, tetangganya yang hanya terpaut beberapa meter dari rumahnya juga ikut “menemani” dia dalam paskibra. Rizki Fajar atau yang akrab dipanggil Kiki ini juga lolos bersama Yasir tahun lalu. Gadis yang tahun ini berusia 17 tahun dan baru menamatkan pendidikan SMA dan sekarang kuliah di Pekan Baru ini, memang tidak tinggal bersama orang tuanya. Selama menempuh pendidikan SMA, dia tinggal bersama pamannya, Sabariman di dusun Perumnas Antara sejak tiga tahun yang lalu.

Bukan hanya putra-putri dari warga Perumnas Antara saja yang berhasil unjuk prestasi di ajang paskibra, putra sang Kepala Dusun, Arba Kobat, S Pi yang bernama Mafazan, dua tahun lalu, tepatnya tahun 2014, juga sudah menorehkan prestasinya di ajang paskibra. Mafazan, putra kedua dari pasangan Arba Kobat dan Aufa, SE yang waktu itu tercatat sebagai siswa MAN 1 Takengon malah tampil sebagai satu-satunya putra dusun Perumnas  Antara yang mampu menembus seleksi paskibra tahun 2014. Keberhasilan Mafazan ini pula yang kemudian memacu semangat putra putri dari dusun ini untuk menunjukkan prestasi yang sama.

rps20160822_155839_931

Meloloskan tujuh anggota paskibra berasal dari dusun yang sama dalam tiga tahun terkahir, tentu sebuah catatan prestasi luar biasa. Ini tentu tidak terlepas dari sumber daya manusia yang mendiami dusun kecil ini. Meski berangkat dari profesi yang beragam, namun semua warga di dusun ini sangat peduli dengan pendidikan putra putri mereka, itu mungkin “nilai plus” inilah yang membuat dusun ini menjadi unik dan berbeda. Melihat fenomena ini, tidak berlebihan rasanya kalau dusun Perumnas Antara ini dijululuki “gudang”nya paskibraka yang sudak banyak “mencetak” para anggota paskibraka di kabupaten Aceh Tengah.

Dusun Perumnas Antara memang hanya sebuah dusun kecil yang berada di pinggiran kota Takengon, tapi dengan keragaman etnis dan profesi warganya, ternyata telah mampu membuat dusun ini cukup dikenal. Bukan hanya di bidang paskibra saja, tapi juga di bidang lainnya. Banyak pura putri dari dusun ini yang mampu menorehkan prestasi mulai dari tingkat kabupaten, provinsi bahkan nasional. Warga dari etnis Gayo, Aceh, Jawa, Batak dan etnis lainnya mampu berbaur dengan baik di dusun ini, kekompakan dan kebersamaan yang selama ini telah terjalin dengan baik dibawah kepemimpinan Kepala Dusun Arba Kobat, terus terpelihara sampai saat ini. Itulah sebabnya, memasuki dusun ini terasa ada kedamaian disana, dan berawal dari kedamaian itu, lahirlah prestasi yang membanggakan.[]

*warga Takengon

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.