Cerita Wilin, Beru Gayo Peraih Beasiswa Magister di Australia

oleh

IMG-20160811-WA0000

TEPAT pada tanggal 11 Juni 2016, Wilin Julian Sari pertama kali menginjakkan kaki di Australia. “Sungguh suatu hal yang sangat berkesan bagi diri saya sendiri bisa sampai di Negara Kangguru ini”, ucap wilin Wilin Julian Sari  alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau mengawali perbincangan beberapa waktu lalu.

Wilin. Beru Gayo ini mendapat kesempatan untuk melanjutkan Pendidikan Strata II (S-II) di Australia melalui beasiswa Australia Awards Scholarships, tepatnya di kampus La Trobe University, Melbourne, Australia.

IMG-20160730-WA0009Mahasiswa Gayo yang mengambil jurusan Master of Chemical Sciences ini menceritakan banyak hal terkait aktivitas pendidikan di Negeri Kangguru tersebut, terlebih mengenai kesan pertama saat memasuki kuliah perdananya, pada Senin, 25 Juli 2016.

“Kesan pertama masuk kuliah disini itu, rasanya excited banget, bisa ketemu dengan berbagai orang dengan latar belakang yang berbeda, cara ngomong yang berbeda, karakter yang berbeda, kebiasaan yang juga sangat berbeda, dengan perbedaan tersebut kita juga bisa belajar banyak hal, berteman dengan berbagai macam karakter dari berbagai belahan dunia, seperti Arab, China, India, Jepang, Thailand dan juga orang Australia sendiri,” kata Wilin.

Dengan bersahabat dengan mereka, lanjutnya, bisa memperbaiki bahasa Inggris kita menjadi lebih baik lagi, “kita juga akan lebih sadar akan pentingnya penggunaan teknologi dalam belajar, saling menghormati antar agama, suku dan ras menjadi lebih nyata.” ucap putri dari Ibu Ichfa yang saat ini tercatat sebagai Guru di TK Bhayangkari Takengon.

Diceritakan Wilin bahwa rasa excited yang luar biasa ini juga tidak terlepas dari perjuangannya bisa lulus di salah satu kampus ternama di Australia.

“Rasa excited ini terjadi juga karena bentuk kesabaran saya dalam mengikuti seluruh rangkaian proses yang sangat panjang, mulai dari proses pendaftaran, proses penyeleksian berkas, tahap uji kesehatan, intelektual dan masih banyak lagi proses lainnya sampai pada pengumuman kelulusan di La trobe University, Australia ini, dan hal yang paling di tunggu-tunggu dari semua proses yaitu bisa ikut kuliah perdana, sungguh sangat bersyukur bisa melewati semua proses ini dengan baik dan lancar”, beber Wilin.

Untuk proses belajar di kampus barunya tersebut, dia merasakan sama seperti kampus-kampus lain di Indonesia, yaitu menggunakan slide dan powerpoint, “bedanya disini mahasiswa harus merekam seluruh penjelasan dosen agar bisa jadi tambahan untuk bisa faham akan semua materi yang di berikan, apalagi saya ambil jurusan kimia, jadi harus tahu inti pembahasannya, terlebih kalau ada rumus-rumus kimia, itu harus over-protektif dalam menanggapinya. Untuk proses perkuliahan sendiri di sini untuk 1 mata kuliah menghabiskan waktu 1 jam”, ungkap Wilin.

Wanita yang berasal dari Takengon, tepatnya di rumah kediaman orangtuanya di jalan Mude Geline, Bebesen ini mengatakan bahwa telah banyak tempat yang dikunjungi selama di Australia, diantaranya Queen Victoria Night Market, Waterfront city Dockland, Brighton Beach, Melbourne, Sea Life, Melbourne criker Ground, Parliament of Victoria.

IMG-20160730-WA0010

Selain mengunjungi tempat-tempat wisata, Wilin Julian Sari, baru-baru ini juga mendapat kunjungan dari anak Gayo yang kuliah di Australia. “Selama di Australia sudah dikunjungi beberapa kerabat dari Takengon juga, diantaranya ada Melisa (Imel) anak dari pemilik toko Nagoya di Takengon yang kuliah di University of Sidney, ada Nikmah cut Ramadana, orang Takengon yang kuliah di James Cock University dan ada juga Mustaqim anak Gayo penerima Beasiswa LPDP yang melanjutkan kuliah di sini”, ungkap Wilin.

Anak dari Alm. Yon Eri Kusma yang menetap di Clune Street, Kingsbury 3083, Melbourne ini juga mengatakan sangat rindu dengan dataran Tinggi Tanoh Gayo yang memiliki keindahan wisata yang tiada tara, khususnya rindu Danau Lut Tawar.

Selain rindu wisata alam Wilin juga rindu wisata kuliner di Gayo. “Suka sedih kalau bicara soal makanan Gayo, soalnya di Australia enggak ada makanan seenak seperti di Gayo, rindu memuncak saat menjalani bulan puasa di Australia beberapa saat lalu, biasanya kalau di Takengon, sore-sore sudah berburu Ta’jil di Pasar Inpres Takengon, tapi di Australia enggak ada makanan seenak makanan di Takengon, apalagi mie ayam dan bakso”, ungkap Wilin alumni SMAN 1 Bebesen ini mengakhiri ceritanya. (Diana Seprika)

IMG-20160811-WA0005

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.