Pesan orangtuaku “Tutupi Kekuranganmu Dengan Kelebihanmu”

oleh
Nur Wahyu Afriana di panggung juara PON Riau 2012 silam. (Kha A Zaghlul)

[Features]

Oleh Fitra Fitrady

Tahun 2007 aku mendapatkan informasi dari teman-teman bahwa telah dibuka pendaftaran Rekruitmen Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) melalui internet, dan kucoba untuk mengikutinya siapa tahu lulus. Lumayan dapat pekerjaan walaupun statusnya kontrak. Itu yang terbayang dalam benakku saat itu. Setelah mengikuti beberapa tahap-tahap mulai dari ujian berkas/administrasi sampai ujian tulisan, Alhamdulillah lulus seleksi tersebut dan menyandang status pegawai kontrak sebagai THL-TBPP. Aku mengikuti pembekalan / pelatihan dasar untuk menjadi seorang penyuluh pertanian.

Dalam perjalanan sewaktu mengikuti pelatihan tersebut, aku membayangkan bahwa untuk menjadi seorang Penyuluh Pertanian itu terkesan harus “pinter ngomong” di depan petani sebagai audiens (pendengar)/ Sedangkan diriku memiliki kekurangan yaitu bibir sumbing. Kekurangan itu bukan cacat dari lahir namun waktu kecil pernah jatuh sehingga dilakukan operasi bibir.

Aku merasa takut, minder dan berpikir tidak layak saya menjadi seorang penyuluh. Dulu saat aku pertama kali masuk Sekolah Dasar, dimana banyak teman-teman sekelas selalu mengejekku karena kekuranganku itu dan pulang sekolah sampai di rumah selalu menangis. Kuberitahukan kepada orang tua bahwa aku tidak mau lagi pergi sekolah, karena tidak tahan diejek terus.

Namun begitulah orang tua, diriku selalu diberi semangat untuk tetap pergi sekolah. Satu hal pesan orang tuaku yang selalu dingat sampai sekarang yaitu “janganlah engkau kecewa atau membenci akan kekuranganmu itu, namun berusahalah untuk menutupi kekuranganmu itu dengan kelebihanmu”.

Dengan pesan itulah aku tetap bertekad untuk tidak “minder” lagi sampai sekarang, sebab diriku yakin Tuhan Yang Maha Esa menciptakan siapapun, apapun itu tidak akan dinilai rendah dan dibalik itu semua pasti ada hikmahnya. Sejak  saat itulah aku tidak merasa takut dan minder lagi sebab aku belajar dengan sungguh-sungguh dan akhirnya di sekolah diriku selalu mendapat rangking di kelas. Aku menyadari bahwa pesan orang tuaku itu benar, maka sejak itulah banyak teman-temanku tidak lagi mengejek dan menganggap remeh terhadap aku, karena menganggap saya ini pintar.

Pada tahun 2009, aku mengikuti seleksi jalur umum Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Alhamdulillah lulus dan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di tempatku berdomisili  Kabupaten Aceh Tengah. Setahun kemudian, aku resmi menjadi Penyuluh Pertanian di lingkup Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Tengah. Sebagai seorang penyuluh pertanian itu memang benar notabene-nya harus “pinter ngomong” namun aku bertekad walaupun memiliki kekurangan ini, bagaimana cara upaya aku untuk menutupi dengan kelebihan yang aku miliki.

Dimulai dari menghilangkan rasa minder dalam diri sendiri, dan membekali ilmu pengetahuan untuk dapat memberikan penyuluhan kepada para petani/masyarakat di wilayah binaan. Dan mencoba untuk dapat berbaur dengan petani, dengan mendengarkan keluh kesah para petani tersebut dan yang penting adalah bagaimana cara aku untuk bisa benar-benar dekat dan keberadaan aku sebagai penyuluh dapat diterima oleh masyarakat.

Alhasil, saat ini aku bangga menjadi seorang Penyuluh Pertanian dan aku berharap dengan niat yang ikhlas dapat membantu memberikan segala informasi baik itu teknik, cara, teknologi di bidang pertanian agar kegiatan usahatani masyarakat setempat dapat berjalan dengan baik dan lancar, sehingga petani dapat meningkatkan hasil produksi usaha taninya serta dapat mensejahterakan keluarganya. Bahwa aku beranggapan kalau orang yang tidak jelas berbicara itu juga bisa menjadi seorang penyuluh asalkan niatnya tulus dan tekad yang bulat dengan cara bagaimana menutupi kekurangannya itu dengan kelebihannya yang dimiliki. [SY].

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.