Ume Berume Tgk H M Ali Djadun dan Tgk Abubakar Bangkit

oleh

Catatan Ali Abubakar Aman Nabila

imagesTengku Muhammad Ali Djadun, ulama kharismatik yang tutup usia di Takengon, Senin 1 Agustus 2016 meninggalkan duka mendalam lapisan masyarakat Gayo.

Banyak pelajaran yang ditinggalkan, salahsatunya dalam urusan ume berume (besanan).

Beliau dikaruniai 7 (tujuh) putera dan puteri. Ketujuhnya sudah menikah dan memiliki putera dan puteri juga.

Uniknya, untuk urusan jodoh anak-anaknya, ulama kharismatik ini memilih besan (ume) sebagian besar adalah dari kalangan orang yang sangat ia kenal atau teman-temannya sendiri. Sebagai contoh, tokoh yang dikenal paham betul dengan adat Gayo ini, memilih dua menantu (kile)nya dari keluarga Tgk. Abubakar Bangkit (alm) yaitu Al Yasa Abubakar (untuk anak ketiga) dan M. Nasir  (untuk anak kelima).

Tgk. Abubakar Bangkit adalah teman seperjuangan Tengku Ali Djadun dalam bidang pendidikan. Keduanya dikenal sangat dekat karena memiliki prinsip yang sama, berani dan tegas.

Kiprah dalam Persyarikatan Muhammadiyah Aceh Tengah (termasuk Bener Meriah sekarang) menyatukan keduanya dalam banyak diskusi dan kegiatan.

Kedua ulama ini semakin akrab tidak hanya karena intensitas keterlibatan keduanya yang semakin besar tetapi juga karena kedua keluarga besar juga kemudian saling menjalin silaturrahim (tik turun).

Kondisi seperti menunjukkan bahwa jauh sebelum  menikah, ume berume sudah saling kenal; tidak hanya sekedar mengenal baik karakter calon kile atau pemen, tetapi juga seluruh bagian dari keluarga besar masing-masing pihak.  Pada gilirannya,  ketika kedua pejuang pendidikan ini menyatukan anak mereka dalam sebuah perkawinan, tidak ada yang dimulai dari nol. Masing-masing sudah saling mengenal bahkan sangat akrab.

Penyesuaian diri sebagai satu syarat perkawinan yang langgeng sangat mudah dilakukan. Jadi, peri mestike Gayo, iengon sareh ipanang nyata, gere narutu gere konottu, si agih-agihe terlaksana dengan amat baik. Tengku Ali Djadun, memaknai substansi yang dikandung istilah dalam pepatah Gayo yang sering disampaikan ketika melengkan mungerje dengan lebih bijak.

Berkebetulen pepien lo ku kudukni

Ara anak buah ni kamini

Berdediang katan pematang, tersesino we ku para buang

tercecengang ku dudukni tenge

Mungenali belang si gere ilen berpancang

Mungenali uten si gere ilen bertene

Rupenne i kampung ini ara belang si gere ilen berpancang, ara uten si gere ilen bertene.

Melengkan ini menunjukkan bahwa yang berperan aktif dalam mencari jodoh adalah calon pengantin sendiri, dan orangtua mengikut.

Sementara Tengku Muhammad Ali Djadun mempraktikkan jika orangtua lebih berperan aktif, lebih mengamalkan hadis memilih jodoh yang diungkapkan Rasul dengan amat apiknya. Nabi saw. bersabda: Seseorang itu dinikahi karena empat hal, (1) karena hartanya, (2) karena keturunannya, (3) karena kecantikannya dan (4) karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.