Jakarta-LintasGayo.co : Penutur bahasa Gayo mulai meninggalkan bahasa Gayo. Sementara itu, bahasa Gayo kurang dipelajari dan diajarkan ke generasi muda. Kekhawatiran ini mendorong dr. H. Hasanuddin Alim, SP PD untuk menyusun Kamus Gayo.
“Alhamdulillah, sudah ada lima jilid Kamus Gayo yang saya susun. Selain berisi daftar kata, kamus ini juga berisi istilah senjata yang dipakai orang Gayo, gunung-gunung terkenal di Gayo, alat makan, alat kendaraan, alat berutem, bumbu dapur, jenis penyakit, bagian pohon, istilah perkawinan, permainan anak-anak, nama-nama tempat seputar Danau Laut Tawar, dan masih banyak lagi, ” kata dr. H. Hasanuddin Alim, SP PD di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan alumni SMA Negeri 1 Takengon (1963) itu, penyusunan Kamus Gayo tersebut bertujuan untuk menguatkan dokumentasi tentang Gayo.
“Dokumentasi kita (Gayo) masih lemah. Apa pun yang menyangkut Gayo lebih banyak dituturkan secara lisan. Akibatnya, literatur tentang Gayo sangat terbatas,” sebutnya.
Di samping itu, orang Gayo sendiri jarang yang mau menulis. Kegiatan menulis belum menjadi kebutuhan bagi masyarakat Gayo.
“Kita masih berkutat di ekonomi, makanya jarang yang menulis. Buku-buku Gayo ini baru dirasakan manfaatnya dan akan dicari sepuluh tahun mendantang. Karenanya, penguatan dokumentasi ini harus dikuatkan dari sekarang,” tegas dr. Hasanuddin.
Dalam penyusunan kamus ini, kisah dr. Hasanuddin yang sehari-hari bekerja di Rumah Sakit Sartika Pulomas Jakarta Timur, harus total.
“Lebih susah menyusun kamus ini daripada mendiagnosis penyakit pasien. Harus benar-benar fokus, mencari waktu yang pas. Kalau tidak, tidak maksimal,” sebutnya, sambil menambahkan, “Pemilihan warna cover kamus ini merupakan warna kesukaan istri saya (merah, kuning, biru, hijau, dan biru gelap).”
Dilanjutkan dr. Hasanuddin, saat ini, suami almarhumah Hj. Maisuria BA yang berpulang ke rahmatullah tanggal 14 September 2012 itu, sedang menyusun buku lagu-lagu Gayo (AF).
