[Resensi Buku] Jelajah Eropa dalam 138 Halaman

oleh

Oleh Murizal Hamzah

51827247813-juli_13_resensi_buku

Judul: 10 Hari Menjelajah Eropa#Travel Diary Ipak Gayo
Penulis : Qien Mattane Lao
Editor:  Liza Irman
Tebal: 138 Halaman
Penerbit: Mahara Publishing, Tangerang

Di  dalam taman ini terdapat jembatan yang di bawahnya ada kolam ikan. Ikan yang dipelihara di kolam itu adalah ikan koi yang gemuk-gemuk. Kebanyakan berwarna merah. Terus di depan jembatan itu ada bangku dan meja yang di atasnya ada bunga-bunga khas Belanda.

Sepenggal alinia di atas ini adalah cuplikan dari catatan harian perjalanan 10 hari menjelajah ke Eropa. Tulisan yang detil yang membawa pembaca hadir di Eropa ditulis oleh penulis cilik.  Tidak berlebihan buku yang ditulis oleh  Qien Mattane Lao menjadi salah satu buku perjalanan anak yang layak dibaca oleh calon turis ke Eropa.

Qien menulis buku setebal 138 halaman ini dalam usia 9 tahun. ini salah satu kehebatan penulis bocah yang sudah mahir bahasa Inggris. Catatan perjalanan tur ke 9 negara di Eropa pada tahun 2014 ditulis dalam bahasa yang runut dengan gaya khas bahasa anak–anak.  Dalam buku berkertas ringan ini, penulis yang berstatus pelajar SD mengulaskan pengalamannya bersama orangtua keliling Eropa. Semua dibahas secara renyah dalam 22 bab.  Sebelum buku ini dibukukan,  laporan perjalanan yang basah ini dimuat bersambung di website lintasgayo serta kompasiana. Atas permintaan pembaca, kisah anak-anak keliling Eropa dibukukan serta beredar pada awal Juli lalu.

Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Mahara Tangerang sangat menawan dibolak-balik. Pasalnya, beginilah cara anak memandang Eropa yang selama ini didengar atau dinonton di televisi atau medsos.  Perjalanan bersejarah dimulai pada 19 Mei 2014 yang diawali terbang dari Bali ke Jakarta. dan layar tur pun dibentangkan selebar-lebarnya.  Hal-hal yang menarik bagi anak-anak yang disaksikan selama perjalanan dituangkan dalam lembaran kertas  yang menambah wawasan pembaca dari usia anak hingga dewasa.

Membaca keseluruhan isi buku ini, pembaca mengetahui bahwa kawasan wisata di Eropa termasuk hotel rawan kemalingan.  Jadi janga berpikir, di luar negeri tidak ada maling atau jebakan ala preman. Suatu ketika ketika sarapan pagi di sebuah hotel, Qien menulis duka rombongan tur yang kehilangan tas yang digantung di kursi. Ternyata setelah ditelusuri patut diduga pelaku maling itu adalah sosok yang memakai cadar. Ghalibnya, sebelumnya penulis melihat ada tamu bercadar di restoran. Tidak salah lagi, penulis cilik ini jeli mengamati  lingkungan lalu menuangkan yang dilihat dan dirasakan dalam coretan khas bocah plus puluhan foto-foto tempat wisata.

Jadi negara mana saja yang dikunjungi dan dikupas secara apik dalam buku ini? Apa saja kisah kocak yang dialaminya? Jawabannya tersaji di buku bersampul penulis di depan kincir angin.  buku ini menjadi  inspirasi bagi penulis cilik lain untuk mendokumentasikan pengalamannya dalam sebuah buku. Jangan kalah dengan orang dewasa ya.[]

(netralitas.com)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.