Terem

oleh

Catatan : Khalisuddin

Khalis okTEREM (mendehem) adalah suara yang keluar dari kerongkongan dengan tidak membuka mulut. Bagi masyarakat Gayo terem kerap diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bermakna teguran langsung secara halus terhadap perbuatan atau perkataan yang tidak sesuai pada tempatnya.

Seseorang yang mendengar rekannya sedang berbicara sesuatu, namun tidak tepat atau tidak perlu didengar orang lain maka sebagai bentuk teguran halus akan mendehem (nerem) agar pembicaraan itu diakhiri.

Biasanya terem ini dilakoni oleh orang terpandang dalam keluarga atau masyarakat. Jadi terem ini bermakna perintah atau permintaan agar pembicaraan atau perbuatan yang sedang berlangsung segera dihentikan.

Sayangnya, generasi Gayo sekarang ini kebanyakan sudah tidak faham dengan isyarat ini. Sudah beberapa kali mendapat terem, tetap saja tidak mengerti situasi dan kondisi.

Terem juga sebagai bentuk isyarat kehadiran seseorang dalam suatu majlis atau forum. Biasanya untuk memberitahukan kehadiran seseorang yang dihormati. Namun bisa juga untuk kehadiran seseorang yang sedang dibicarakan perilaku buruknya.

Mendehem ini juga kerap menjadi biang keributan saat yang merasa di terem tidak terima.

Ada yang unik dengan terem ini, karena juga sebagai bentuk pemberitahuan khusus jika Begen (WC) sedang ada orang. Seseorang yang ada dalam Begen akan mendehem (menerem) jika ada yang mendorong pintu atau berupaya masuk ke dalam Begen yang sedang dipakai.

Kata terem juga dijadikan salahsatu peri mestike, “ike bengis enti pe jem-jem, ike temuni enti pe terem-terem” yang bermakna “kalau marah jangan senyum-senyum, kalau bersembunyi jangan mendehem-dehem”.[]

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.