Harga Anjlok, Tomat di Takengon Berlabuh ke Tempat Sampah

oleh

Tomat Menumpuk di Tempat SampahJelang hari raya Idul Fitri 1437 H, dimana banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga para petani, mulai tapi nasib miris terjadi pada para petani Tomat yang ada di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah dan bener Meriah. Komoditi hortikultura yang selama ini menjadi andalan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup mereka, justru tidak mampu menolong mereka, pada saat kebutuhan mereka engalami peningkatan.

Dalam beberapa hari terakhir ini, harga tomat di pasar lokal Takengon, Aceh Tengah maupun di tingkat petani, terus mengalami penurunan drastis, bahkan nayaris terjun bebas. Kalau pada bulan yang lalu, harga tomat di pasar Paya Ilang, yang merupakan sentra transaksi hasil pertanian di dataran tinggi Gayo, masih bertahan pada kisaran Rp 6.000,- sampai Rp 7.000,- per kilogramnya, dan harga di tingkat petani mencapai 4.000 sampai 5.000 rupiah per kilogramnya, tapi dalam sepekan terakhir, harga komoditi pertanian yang menjadi salah satu andalan petani hortikultura di Gayo ini mengalami jungkir balik harga, di tingkat pasar saja harga tomat hanya berkisar 800 rupiah per kilogram, sementara di tingkat petani hanya dihargai 500 rupiah per kilogramnya, itupun cukup sulit untuk mencari pedagang yang mau membeli.

Akibat jatuhnya harga tomat ke titik terendah dalam empat tahun terakhir kini banyak petani yang membiarkan buah tomat yang mereka budidayakan dengan susah panyah itu, jatuh dan membusuk di kebun. Karena kalaupun dibawa ke pasar, harganya sangat rendah dan jarang sekali pedagang pengumpul yang mau menampungnya. Tentu saja dengan kondisi seperti ini, para petani mengalami kerugian yang cukup besar, karena biaya produksi untuk usaha tani tomat tergolong tinggi dan perawatan serta pemeliharaannya pun cukup rumit dan membutuhkan ketelatenan.

Ada sebuah pemandangan yang membuat penulis merasa treyuh, ketika tanpa sengaja melintas di seputaran pasar Paya Ilang tadi malam Minggu (26/6/2016) sekitar jam 21.00 WIB. Saat itu para petugas kebersihan dari Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) Kabupaten Aceh Tengah sedang menumpulkan sampah untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir sampah.

Penulis dapat melihat ada tumpukan buah tomat segar yang menggunung di samping kontainer sampah, mungkin kalo dimasukkan ke mobil pick up, bisa penuh 2 sampai 3 mobil, bahkan lebih. Penulis menduga, buah tomat yang sebagian besar masih dalam kondisi bagus itu sengaja dibuang oleh petani yang kecewa buah tomatnya tidak ada yang membeli setelah dibawa ke pasar. Kejadian yang nyaris sama, juga pernah terjadi sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, pada saat harga tomat anjlok, para petani dengan sengaja membuang puluhan ton buah tomat segar ke sungai, parit-parit bahkan sepanjang jalan, mungkin itu mereka lakukan sebagai bentuk protes entah kepada siapa yang menyebabkan keberuntungan tidak berpihak kepada mereka.

Penasaran dengan apa yang penulis lihat semalam, pagi ini sengaja penulis melakukan investigasi ke pasar Paya Ilang, Takengon. Tidak banyak pedagang yang menjajakan tomat, begitu juga di tempat penampungan tomat oleh pedagang pengepul juga tidak terlihat aktifitas packing tomat untuk dikirim ke luar daerah seperti biasanya.

Miris sekali, ditingkat pedagang pengecer saja, harga tomat hanya ditawarkan 1.000 rupiah per kilogramnya, itu sudah tomat pilihan, bahkan kalau mengambil 2 kilogram, cukup membayar 1.500 rupiah saja. Itu artinya, harga di tingkat petani sudah pasti jauh di bawahnya, paling tinggi 500 rupiah per kilogram, tentu dengan harga tersebut, untuk bisa pulang modal saja sulit, apalagi berharap untung.

Sementara itu beberapa pedagang pengumpul yang biasanya membeli tomat dari petani kemudian mengirimnya ke luar daerah juga terlihat lesu tanpa gairah, menurut mereka, dalam beberapa hari belakangan ini, nyaris tidak ada permintaan tomat dari luar daerah, baik dari Banda Aceh maupun Medan yang selama ini menjadi pangsa pasar tomat dari dataran tinggi Gayo. Ketika penulis menanyakan sebabnya, para pedagang itu hanya menggeleng,

“Kami tidak tau penyebabnya, yang jelas pedagang di Medan dan Banda Aceh, sudah beberapa hari ini tidak pernah minta kiriman tomat, kata mereka stok masih banyak dan permintaan pasar kurang,” ungkap seorang pedagang pengumpul.

Tentu ini menjadi sebuah permasalahan urgen yang harus segera dicarikan jalan keluarnya oleh para pihak terkait, karena jika fenomena ini terus berlanjut tanpa solusi, bukan tidak mungkin para petani di daerah ini akan jera untuk menanam tomat lagi. Dan ketika terjadi kelangkaan, harga akan kemabli melonjak, tapi bukan petani Gayo yang menikmati lonjakan harga tersebut, karena jika stok di pasar lokal kosong, otomatis akan masuk tomat dari luar daerah., tentunya lonjakan harga yang akan terjadi, hanya akan dinikmati oleh petani dari luar daerah.

Tapi kemungkinan itu segera tertepis saat penulis kemudian melanjutkan investigasi ke salah satu lahan tomat petani di kawasan kecamatan Pegasing. Meski terlihat kesal dan membiarkan buah tomatnya berjatuhan di kebunnya, namun Darman, nama petani tomat yang penulis temui tadi pagi, menyatakan tetap akan menanam tomat,

“Nanam tomat itu sudah jadi pekerjaan rutin saya, ya meski sekarang harganya anjlok, tapi saya tetap akan menanamnya lagi pada musim yang akan datang, kan tidak selamanya harga tomat seperti ini, lebih sering saya dapat harga dan hanya sekali-sekali saja harganya jatuh seperti ini,” ungkap Darman optimis.

Dan sikap otimis Darman itu mungkin mewakili ratusan petani tomat di Gayo, meski saat ini mereka diguncang dengan anjloknya harga tomat, tapi mereka tetap akan terus membudidayakan tanaman tersebut, sebuah sikap konsisten yang perlu diapresiasi.

Namun meski terlihat optimis, Darman tetap berharap pihak terkait bisa mencarikan solusi jangka pendek yang bisa mengatasi kerugian petani,

“Maunya bapak-bapak pemerintah bisa membantu mencarikan jalan keluar buat kami, ini kan sudah mau lebaran, kebutuhan kamipun semakin meningkat, sementara hasil pertanian kami tidal laku di pasaran,” harap Darman di akhir perbincangan. Bertani tomat di Gayo pada saat seperti ini, benar-benar sebuah dilema yang perlu pemikiran kita semua untuk memberi solusi terbaik.

(Fathan Muhammad Taufiq | DM)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.