Ramadhan dan Mersah (5)

oleh

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA

jAMHURISemua orang tau bahkan menjadi kesepakatan kalau adanya teknologi memberi pengaruh kedalam system kehidupan masyarakat tidak terkecuali pengaruh itu terjadi pada fungsi mersah. Kalau pada masa-masa sebelum adanya teknologi (seperti TV) sebagaimana disebutkan dalam tulisan sebelumnya masyarakat menjadikan mersah sebagai tempat berkumpul setelah melaksanakan shalat isya, tarawih, witir dan juga mendengarkan ceramah tentang agama dan mersah dijadikan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi, tempat bercerita dan saling bertukar pengetahuan, tapi kemudian keadaan seperti ini mulai berubah sedikit demi sedikit dimana masyarakat (utamanya) mereka yang muda tidak tidak lagi menjadikan fungsi mersah sebagaimana sebelumnya, setelah shalat mereka mulai keluar dari mersah satu persatu untuk menonton TV.

Ketika TV belum banyak di rumah-rumah masyarakat pemilik TV masih bisa mengontrol kapan orang bisa menonton, pertimbangan pendidikan (hari-hari sekolah) dijadikan alasan sehingga mereka yang menontoh hanya boleh pada malam minggu, pertimbangan ibadah di bulan ramadhan memberi kesempatan kepada mereka yang ingin menonton bisa memenuhi keinginannya setelah pelaksanaan shalat tarawih. Ini logika awal yang dapat dijadikan sebagai alasan bahwa teknologi TV menjadi penyebab berkurangnya volume generasi muda berada di mersah pada bulan ramadhan. Pelaksanaan shalat tarawih masih berjalan sebagaimana biasanya, tidak ada jamaah yang berkurang karena kesadaran ibadah dalam masyarakat masih tertanam, pemilik TV juga masih mementingkan ibadah di mersah sehingga [ada waktu itu tidak ada TV yang menyala. Yang berpengaruh adalah waktu untuk memulai tadarus sudah menjadi lama dan kebiasaan bertukar informasi tidak ada lagi.

Fenomena lain yang menyebabkan berkurangnya jamaah di mersah adalah karena masyarakat sudah mulai manyak mendapatkan informasi, kalau sebelumnya masyarakat hanya mendapat informasi dari Tengku yang ada di kampong kini informasi tandingan sudah mereka dapat dari media TV. Terkadang informasi yang didapat dari media juga tidak kalahnya bagusnya dari apa yang diterima dari Tengku bahkan lebih baik dan lebih luas, hanya saja informasi yang didapat tersebut diselingi dengan hiburan (entertiment) sehinga kesan hiburannya lebih banyak dibanding pesan dakwahnya.

Berbeda antara dakwah yang disampaikan oleh Tengku dengan media tradisional dengan dakwah modren yang sampaikan dengan menggunakan media elektronik, perbedaan bukan hanya pada media yang digunakan tetapi juga orientasi pemikiran yang dikemas dalam dakwah tersebut. Dakwah yang disampaikan di mersah dengan metode tradisional mengemas isi ceramah para Tengku untuk menumbuhkan rasa takut dalam diri ummat sehingga diharapkan dengan rasa takut yang dimiliki ummat mereka menjadi rajin dan mau beribadah, karena kalau mereka tidak melakukan ibadah atau berbuat baik mereka akan mendapatkan kesengsaraan di dunia dan juga di akhirat akan mendapatkan azab dan siksaan dari Allah. Sedang dakwah yang disampaikan melalui media modern mengemas isi dakwah dengan hiburan dengan tujuan utamanya adalah semua pemirsa suka menonton dan akan menonton lagi, dan isi yang dikemas juga tidak berhubungan dengan ketakutan akan azab Allah tetapi mereka yang mengerjakan amal baik di dunia akan mendapatkan kesenangan di akhirat dan semua orang bisa dan sanggup melakukan kebaikan dan tidak harus melakukan kejahatan. Orientasi hiburan dan kebaikan itulah kemasan yang didapati pemirsa ketika menonton dakwa melalui media modern atau TV.

Para penceramah Mersah terus berupaya menarik jamaah untuk mendatangi tempat ibadah dengan merubah metode atau retorika berdakwah dari metoden mengajari kepada metode mengajak walau materinya masih mengandung pesan menakutkan akan datangnya siksaan menjadi retorika dan gaya humor. Sehingga bermunculan penceramah-penceramah yang menyelipkan cerita lucu kedalam ceramah mereka, dan siapa yang palng lucu itulah yang menjadi penceramah idola masyarakat. Metode yang digunakan oleh penceramah mersah ini banyak yang berhasil, banyak kegiatan-kegiatan keislaman yang diadakan di mersah atau tempat lain dihadiri oleh jamaah yang banyak, bahkan sebagian jamaah sebelum menghadiri acara terlebih dahulu bertanya siapa yang akan memberikan ceramah.

Dari dua bentuk dakwah mersah dan TV sebagaimana telah disebtkan kita bisa bandingkan tingkat kepatuhan jamaah terhadap apa yang disampaikan oleh penceramah, pertama jamaah yang telah mantap dengan ceramah mersah, dan kedua generasi yang merambah masuk kedalam ceramah elektronik. Mereka yang telah mantap dalam ceramah mersah menganggap peringatan dan pembelajaran dari penceramah mersah lebih baik karena disamping mendegarkan materi pembelajaran dari penceramah, jamaah dapat mengenal langsung Tengku dan dapat menjadikannya sebagai uswah dan panutan dalam menata kehidupan di dunia ini. Penceramah mersah besar besama masyarakat dan dibesarkan oleh jamaah mereka sehingga charisma seorang Tengku itu Nampak. Sedangkan penceramah TV juga memiliki ilmu yang banyak baik yang berhubungan dengan kehidupan dunia dan kehidupam ahirat kelak, namun jamaah hanya mendengar pesan yang disampai tetapi ditak melihat sikap dam prilaku dari seorang penceramah. Mereka dibesarkan oleh media dan biasanya juga dijatuhkan oleh media, kepatuhan ummat hanya berbentuk ucapan dan tidak melahirkan sikap, karena sikap lebih banyak ditampilkan dengan kehidupan materialis melalui hiburan.

Tidak bisa dinafikan kalau perkembangan teknologi TV semakin hari semakin pesat, banyak perhatian masyarakat yang tertuju kepadanya, teknologi menyediakan apa yang diinginkan oleh masyarakat terlebih yang bersifat hiburan, hal ini membuat banyak orang lalai dan meninggalkan mersah yang sebelumnya dijadikan tempat ibadah sekaligus tempat bersilaturrahmi.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.