Listrik di Kutereje ‘Pertik’ Berkedip-Kedip

oleh

Catatan: Mahbub Fauzie*

Kondisi Listrik di Kutereje PertikYang sering menjadi keluhan warga terkait listrik adalah adanya kejadian ‘listrik padam’. Seketika hal itu terjadi, segala macam reaksi dan komentar warga muncul. Baik dengan menggerutu, sumpah serapah ataupun caci maki yang tentu saja ditujukan kepada ‘empunya’ listrik, yaitu PLN.

Reaksi dan komentar itu bisa dimaklumi, walau terkadang juga agak keterlaluan. Namun, tentu saja kita juga harus menyadari, terkait dengan mati atau padamnya listerik bisa terjadi oleh berbagai sebab. Bukan semata kesengajaan PLN.

Maka tidaklah adil kalau kita selalu menyalahkan PLN.  Kejadian mati atau padam listrik bisa karena ada perbaikan jaringan, tiang roboh, tanah longsor, atau hal-hal lainnya. Maka, dalam hal itu kita musti mafhum dan maklum.

Begitupun, sebagai konsumen kita juga punya hak dalam hal bagaimana PLN memberikan pelayanan terbaik bagi kepuasan pelanggan listerik. Baik dalam skala kebutuhan rumah tangga, perusahaan, maupun fasilitas umum seperti sarana ibadah semisal masjid dan menasah yang memanfaatkan jasa pel-listrik-an.

Alkisah, sehubungan dengan fenomena keluhan akan listrik, di Kampung Kute Reje ‘Pertik’ Kecamatan Linge ada cerita sebagai berikut:

Akibat arus listrik yang kurang daya-nya, kondisi lampu listrik di Kampung Kutereje Kemukiman Wihni Dusun Jamat Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah tidak bercahaya terang.

“Kami minta pihak terkait melalui bapak-bapak agar bisa memberikan solusi agar lampu di kampung kami ini terang benderang,” ujar Mahraja Mukim Wihni Dusun Jamat dalam kesempatan saat giliran kami ber-safari ramadhan tingkat kecamatan di kampung tersebut, Kamis (9/6) lalu.

“Keadaan seperti ini sejak aliran listrik masuk ke kampung kami. Sudah sering kami usulkan tapi sampai hari ini tetap seperti ini. Sekali lagi kami minta tolong kepada bapak-bapak menyampaikan aspirasi kami. Terangkan cahaya lampu di Pertik (Kutereje, pen) ini!” Pinta Mahraja.

Memang, pada waktu kami berada di kampung Kutereje, cahaya lampu di sana rata-rata redup. Saya kurang begitu paham dengan istilah yang ada di dunia perlisterikan. Apakah itu karena kurang watt atau ampere. Tapi yang jelas, cahaya setiap lampu listerik di sana rata-rata kurang terang, dan banyak yang hanya ‘berkedip-kedip’ seperti malam itu saat kami berjamaah shalat isya, tarawih dan witir di menasah kampung itu.

“Akibat cahaya tak terang dan kegelapan, kami pada malam-malam ramadhan tak nyaman bertadarusan membaca Al-Qur’an,” demikian pak mukim menambahkan.

Untuk solusi agar lampu listerik bisa bercahaya terang di kampung pedalaman itu, para tokoh masyarakat memohon pihak terkait memberikan perhatian. Misalnya PLN memasang beberapa unit trafo lagi di wilayah tersebut. Atau cara lainnya yang tentu saja pihak PLN lebih mengetahuinya. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.