Perlunya Refreshing Bagi Penyuluh Pertanian

oleh

Oleh : Fathan Muhammad Taufiq *)

Refreshing penyuluh di SingapuraMelakukan pekerjaan rutin dalam waktu lama dan terus menerus tentu dapat menimbulkan kejenuhan, kebosanan bahkan stress. Setiap orang pada semua profesi pasti pernah mengalaminya, baik karyawan swasta, pegawai negeri, buruh pabrik, supir angkutan, petani, nelayan dan sebagainya. Dalam kondisi tertentu, para pekerja akan mengalami titik jenuh dan membutuhkan penyegaran, agar dapat kembali beraktifitas dengan lebih produktif, karena siapapun tidak akan dapat bekerja optimal dalam kondisi jenuh, lelah dan membosankan.

Kondisi demikian juga dialami oleh teman-teman kita yang berfrofesi sebagai penyuluh pertanian. Melintasi jalan yang sama setiap hari dengan berbagai tantangan alam, membina dan memberika penyuluhan kepada petani, membuat programa penyuluhan, membuat laporan kegiatan, mengikuti pertemuan-pertemuan dengan berbagai pihak terkait, lama kelamaan juga akan menimbulkan kejenuhan yang cenderung mengakibatkan penurunan produktifitas dan kreatifitas penyuluh itu sendiri, karena pada hakekatnya mereka juga manusia biasa yang butuh penyegaran dan pergantian suasana secara berkala.

Salah satu upaya untuk menghilangkan kejenuhan tersebut adalah melalui penyegaran atau refreshing secara berkala bagia semua penyuluh pertanian. Tidak perlu dengan agenda khusus dan memngeluarkan biaya besar, refreshing bagi para penyuluh dapat dilakukan dengan memanfaatkan momen-momen tertentu dimana para penyuluh akan melupakan sesaat aktifitas rutin mereka. Sesekali boleh juga acara refreshing diagendakan secara khusus dalam bentuk paket touring dan wisata ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri. Secara psikologis, kegiatan refreshing, akan membuat para penyuluh merasa nyaman dalam bekerja, meningkatkan spirit dan etos kerja dan tentu saja dapat bekerja dengan optimal setelah jiwa mereka kembali “fresh”.

Menyadari hal tersebut, penulis yang selama ini berkecimpung dalam lingkup penyuluh pertanian di Kabupaten Aceh Tengah mecoba langgkah-langkah efektif dan efisiendengan memfasilitasi para penyuluh agar secara bergantian atau sesekali secara bersama-bersama mendapatkan penyegaran atau “ganti suasana”. Ada beberapa agenda yang telah penulis lakukan bersama dengan teman-teman lainnya di Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan untuk memberikan kesempatan bagi para penyuluh untuk menikmati suasana lain yang bereda dengan kesibukan sehari-hari mereka, dan ini terbukti efektif untuk meningkatkan kinerja para penyuluh tersebut.

1. Study banding dan wisata belajar penyuluh ke luar negeri atau luar daerah.

Kegiatan ini pernah kami lakukan pada tahun 2011 yang lalu, dimana sekitar 40 orang penyuluh di kabupaten Aceh Tengah, dikoordinir oleh Ir. Husaini A Jalil (mantan sekretaris Badan Penyuluhan, sekarang menjabat sebagai Kabag. Perekonomian Setdakab. Aceh Tengah) “dibawa” melancong ke tiga negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura dan Thailand. Tidak anggaran khusus dari pemerintah kabupaten, karena biya “jalan-jalan” para penyuluh itu dtanggung sendiri oleh mereka, hanya saja yang membuat para penyuluh merasa tidak terbebani, karena biaya tour tersebut dicicil oleh para penyuluh setiap bulan selama satu tahun dengan menyisihkan sebagian dari Biaya Operasional Penyuluh (BOP).

Dalam kegiatan ini, selain memang diagendakan sebagai wana refreshing bagi para penyuluh, Husaini juga punya “agenda tersembunyi” yaitu menambah wawasan para penyuluh serta mampu mengadopsi teknologi pertanian yang ada di tiga negara tetangga tersebut untuk diterapkan dalam aktifitas kepenyuluhan mereka. Hasilnya terbukti sangat efektif, semangat kerja para penyuluh semakin meningkat sekembalinya mereka dari kegiatan tour tersebut. Meningkatnya spirit kerja para penyuluh, tentu saja akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan mereka kepada para petani binaan mereka, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian yang dihasilkan oleh para petani, itu juga berarti peningkatan kesejahteraan para petani.

Kegiatan serupa tapi dengan level dalam negeri juga terus di upayakan, seperti yang baru-baru ini dilakoni oleh beberapa penyuluh dan petani dari kecamatan Celala, Silih Nara dan Rusip Antara. Meski juga tanpa anggaran dari pemerintah, secara swadaya 30an penyuluh dan petani Gayo itu menyempatkan diri untuk refreshing sambil menimba ilmu dan pengalaman ke daerah Tanah Karo (Kabanjahe dan Berastagi), Sumatera Utara yang selama ini dikenal sudah cukup maju di bidang pertanian. Tak sekedar belajar tentang teknologi budidaya maupun teknis usaha tani disana, mereka juga menyempatkan diri untuk sekedar “cuci mata” menikmati keindahan Danau Toba.

Beberapa tahun yang lalu, penulis sendiri juga pernah mengajak 30 penyuluh dan petani Gayo untuk wisata belajar ke daerah Alahan Panjang, Solok, Sumatera Barat, hanya dengan sedikit “subsidi” dari anggaran daerah, kami sempat menikmati keindahan pemandangan wialayah pegunungan sambil belajar di daerah sentra produksi penghasil utama sayur-sayuran dan hortikultura di Sumatera Barat itu selama enam hari. Banyak yang bisa dipetik disana, mulai dari teknik budidaya, pemasaran sampai pengelolaan kelompok tani dengan manajemen modern.

Kegiatan study banding bagi penyuluh juga melibatkan pihak ketiga, meskipun tidak secara khusus mengagendakan kunjungan wisata belajar itu bagi penyuluh, namun ada beberapa penyuluh pertanian kita yang terikut disana. Seperti yang dilakukan oleh salah satu eksportir kopi kita KBQ Baburrayan beberapa bulan yang lalu, ada beberapa orang penyuluh kita yang “diselipkan” oleh pak Rizwan Hussein, sang ketua KBQ Baburrayan untuk ikut dalam rombongan seratus petani kopi Gayo “jalan-jalan” ke beberapa tempat di pulau Jawa, seperti Klaten, Yogyakarta dan Semarang. Banyak pengalaman dan pengetahuan baru yang mereka petik dari kunjungan yang dibiayai sepenuhnya oleh pengusaha dan eksportir kopi Gayo tersebut.

Tak selamanya kegiatan study banding membutuhkan biaya besar dan harus ditanggung oleh pemerintah, dengan kebersamaan para penyuluh, semua dapat terlaksana, dan sesuai dengan temanya yaitu study banding, maka tak sekedar refreshing yang didapatkan oleh para penyuluh, tapi juga pengalaman, pengetahuan dan wawasan baru bagi mereka.

2. Mengikut sertakan penyuluh dalam Diklat di luar daerah.

Sebagai instansi daerah yang terafiliasi dengan beberapa kemeterian seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan serta Kemenerian Kelautan dan Perikanan, Badan Penyuluhan Kabupaten Aceh Tengah akhirnya juga terikat kerjasama sama dengan beragai Balai Diklat yang berada dibawah ketiga kementerian tersebut.

Balai-balai Diklat tersebut secara berkala, kemudian juga memberikan kesempatan kepada para penyuluh kita untuk mengikuti berbagai kegiatan diklat di luar daerah. Kegiatan diklat tentu saja merupakan agenda pembelajaran bagi para penyuluh, tapi mengikuti kegiatan diklat di luar daerah juga bisa menjadi wahana refreshing bagi para penyuluh. Meski jadwal diklat rata-rata padat, tetap saja masih ada waktu bagi para peserta diklat untuk menikmati keindahan panorama atau pemandangan baru yang tidak pernah ditemui di daerah asalnya, ini juga bisa menjadi sarana penyegaran bagi penyuluh untuk melupakan sejenak kegiatan rutin mereka.

Contohnya saja, ketika penulis dalam kapasitas sebagai Kasubbid. Pelatihan, mengirimkan beberapa penyuluh untuk mengikuti Diklat di PPMKP Ciawi, para penyuluh yang menjadi peserta diklat tidak melulu belajar di kelas, tapi juga dapat sambil menikmati keindahan wilayah Puncak atau mengunjungi Taman Safari dan bisa mampir sebentar untuk sekedar melihat-lihat berbagai obyek wisata di ibukota.

Begitu juga ketika kami mengirimkan para penyuluh untuk menimba ilmu peternakan di BBPP Batu, Jawa Timur, selain akan menambah ilmu dan wawasan para penyuluh tentang ilmu peternakan secara komprehensih, para penyuluh juga akan punya kesempatan refreshing dengan mengunjungi berbagai obyek wisata agro yang banyak bertebaran didaerah tersebut seperti Prigen, Selecta dan sebagainya.

Balai Penlatihan Pertanian (Bapeltan) Jambi, termasuk balai diklat Kementerian Pertanian yang sering memberi kesempatan kepada penyuluh-penyuluh kita untuk mengikuti berbagai kegiatan diklat disana. Meski tujuan para penyuluh itu kesana adalah untuk menimba ilmu, tapi tetap saja kesempatan mengikuti diklat di kota Jambi bisa jadi wahana refreshing bagi mereka. Beberapa obyek wisata di Jambi, bisa jadi alternatif bagi para penyuluh untuk melupakan sejenak kejenuhan mereka.

Pengaturan pengiriman penyuluh untuk mengikuti diklat di luar daerah, membuat hampir semua penyuluh punya kesempatan yang sama untuk refreshing sambil mengikuti pembelajaran.

Begitu juga para penyuluh kehutanan yang berkesempatan mengikuti diklat di Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar. Selain untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka di bidang kehutanan, mereka juga punya kesempatan untuk refreshing dengan mengunjungi obyek-obyek wisata di seputaran Petang Siantar maupun Parapat yang letaknya tidak begitu jauh dari balai diklat tersebut.

Istilahnya “sambil menyelam minum air”, sambil menambah pengetahuan dan ketaerampilan mereka, para penyuluh juga bisa memanfaatkan momentum diklat tersebut sebagai sarana untuk penyegaran. Apalagi para penyuluh juga tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun, karena semua biaya sudah ditanggaung oleh balai diklat yang bersangkutan. Refreshing penyuluh model begini, tentu saja tidak akan membebani anggaran daerah, yng diperlukan hanyalah menjaga hubungan baik dengan balai penyenlenggara diklat tersebut agar peluang bagi para penyuluh kita untuk mengikuti berbagai diklat selalu terbuka. Jalinan komunikasi dan koordinasi tentu menjadi hal yang niscaya harus dilakukan oleh instansi pengelola penyuluhan di daerah ini.

3. Mengikut sertakan penyuluh dalam event-event nasional maupun regional.

Kementerian Pertanian memiliki agenda nasional maupun regional tahunan maupun tiga tahunan yang dalam pelaksanaannya juga melibatkan para penyuluh pertanian seperti kegiatan Hari Krida Pertanian yang dlakasanakan setiap tanggal 21 Juni, atua kegiatan Pekan Nasional (Penas) Petani Nelayan yang digelar setiap tiga tahun sekali. Kegiatan tersebut boleh dibilang sebagai “hajatan”nya para penyuluh pertanian, karena dalam even tersebut, para penyuluh diberi kesempatan untuk berperan sebagai peserta aktif. Dlama beragai event Penas dalam beberapa tahun terakhir seperti yang dilaksanakan di Kutai Kartanegara, Palembang dan Malang, ada beberapa penyuluh yang kami kirimkan untuk mengiti even tersebut, tentu karena keterbatasan anggaran, tidak semua penyuluh bisa diikut sertakan. Namun bagi peserta, tentu even tersebut juga bisa jadi wahana refreshing yang sangat efektif, karena selain bisa menjalin komunikasi dengan sekan-rekan seprofesi dari seluruh Indonesia, mereka juga dapat melihat langsung berbagai hal baru yang tidak mereka temui di daerah asal mereka.

Untuk even regional seperti Hari Krida Pertanian, kesempatan untuk mengikutsertakan semua penyuluh agak lebih terbuka, karena pelaksanaannya hanya di tingkat provinsi dan anggaran yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar, cukup menyediakan transportasi dan akomodasi, maka para penyuluh sudah bisa mengikuti even tahunan tersebut. Berbagai agenda dalam even regional tersebut tentu bisa menjadi “hiburan” bagi para penyuluh untuk sedikit menghilangkan kejenuhan mereka.

Jambore Perhiptani (Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia) Aceh yang akan digelar di Subulussalam pada bulan Mei mendatang, juga bisa jadi wahana refreshing bagi para penyuluh kita. Direncanakan, semua penyuluh pertanian yang ada di kabupaten Aceh Tengahakan diikut sertakan dlam kegiatan out bound yang diperuntukkan khusus bagi para penyuluh itu. Berkumpul dengan semua penyuluh dari seluruh pelocok Aceh, tentu akan memberi penyegaran baru bagi para penyuluh kita.

4. Field trip penyuluh ke destinasi wisata lokal

Ada satu lagi wahana refreshing bagi penyuluh yang tergolong “murah meriah” yaitu kegiatan field trip (kunjungan lapangan) ke obyek wisata lokal, yaitu mengunjungi obyek-obyek wisata dalam daerah. Meski kesannya hanya sekedar “main-main” atau “jalan-jalan”, namun cara ini juga efektif untuk mengusir kejenuhan para penyuluh.

Makan-makan bersama di pinggiran Danau Laut Tawar dengan iringan musik keyboard, bisa jadi sarana menghilangkan kejenuhan bagi para penyuluh. Secara berkala kami juga sering melakukan kegiatan tersebut, misalnya pada akhir tahun. Tidak perlu membebani anggaran pemerintah, karena biasanya biaya yang dikeluarkan juga ditanggung bersama secara “tek-tekan” atau dalam istilah Gayo “eteng-eteng yak”, makan dan bernyanyi bersama, bisa jadi “pengobat” kejenuhan, selain bisa untuk sarana menjalin kebersamaan dan persaudaraan antar sesama penyuluh.

Ada lagi cara refreshing penyuluh dengan biaya murah, seperti yang dilakukan oleh para penyuluh dari kecamatan Linge, Celala, Rusip Antara dan Bebesen beberapa hari yang lalu. Layaknya para penunggang “moge” (motor gede), para penyuluh itu melakukan konvoi dengan kendaraan dinas roda dua mereka. Tidak jauh-jauh, cukup mengunjugi kebun durian di Timang Gajah. Usai “pesta durian”, laskar penyuluh yang di “komandoi” oleh Safrin Zailani itu melanjutkan touringnya ke kawasan wisata air terjun Reje Ilang yang berada tak jauh dari tempat mereka pesta durian. Guyuran air pegunungan yang mengucur deras lewat air terjun itu, cukup membuat otak para penyuluh itu kembali fresh. Raut kegembiraan mengiringi kebersamaan mereka untuk kembali menunjukkan kiprah sebagai pembina dan penyuluh bagi petani.

Sebagai manusia biasa, para penyuluh juga butuh penyegaran, tidak melulu dituntut untuk menjalankan aktifitas rutin mereka, tapi mereka juga butuh wahana untuk menghilangkan kejenuhan mereka. Dan empat cara refreshing bagi penyuluh yang sudah kami coba terapkan di Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan tersebut, terbukti mampu meingkatkan spirit dan etos kerja mereka di lapangan. Ini dapat terlihat jelas dari capaian upaya khusus percepatan swasembada padi, jagung dan kedele (Upsus Pajale), dimana dengan motivasi dan bimbingan para penyuluh, petani kita sudah mempu meningkatkan produktivitas hasil pertanian mereka khususnya padi dan kedele. Dan melalui kegiatan refreshing yang kami lakukan secara berkala dengan memanfaatkan momen-momen “hemat biaya” tersebut, para penyuluh terlihat siap untuk mensukseskan program Kementerian Pertanian yang pada tahun 2016 ini mentargetkan peningkatan produktivitas tujuh komoditas pertanian unggulan melalui upsus Pajale Babe Dagu (Upaya khusus peningkatan swasembada padi, jagung, kedela, bawang merah, cabe, daging dan gula).

Sesuatu yang selama ini terkadang dianggap remeh dan tidak penting, seperti kegiatan refreshing bagi para penyuluh ini, ternyata punya dampak yang cukup signifikan dalam meningkatkan kinerja para penyuluh pertanian. Agaknya pemerintah kabupaten sudah harus memikirkan untuk menyediakan sedikit anggaran untuk meningkatkan semangat dan kinerja para penyuluh ini melalui kagiatan study banding, magang atau field trip bagi para penyuluh, sesuatu yang selama ini nyaris tidak tersentuh oleh anggaran pemerintah kabupaten.

*) Praktisi dan Pemerhati Bidang Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Aceh Tengah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.