Pembuktian Teori Relativitas Einstein; Pekerja Gayo Terlibat

oleh
Spektograf dan Interferometer yang didirikan di poros kutub di Belang Kolak dibuat oleh tukang etnis Cina, buruh Gayo dan dioperasikan oleh Prof. H.D. Curtis. (foto : articles.adsabs.harvard.edu)

Oleh : Win Wan Nur*

Spektograf dan Interferometer yang didirikan di poros kutub di Belang Kolak dibuat oleh tukang etnis Cina, buruh Gayo dan dioperasikan oleh Prof. H.D. Curtis. (foto : articles.adsabs.harvard.edu)
Spektograf dan Interferometer yang didirikan di poros kutub di Belang Kolak dibuat oleh tukang etnis Cina, buruh Gayo dan dioperasikan oleh Prof. H.D. Curtis. (foto : articles.adsabs.harvard.edu)

Lanjutan dari : – Selain Jerman, Tim Amerika juga ke Gayo dalam Pembuktian Teori Einstein tahun 1929

BERBEDA dengan Tim Jerman yang diketuai oleh Erwin Finlay-Freundlich yang buku laporannya melulu berisi data-data teknis ‘Astro Fisika’ yang sulit dimengerti oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan teknis.

Laporan dari Tim Amerika dari Swarthmore College yang menamai Ekspedisinya sebagai  “The Rubel Eclipse Expedition by Swarthmore College”. Selain laporan teknis juga berisi cerita tentang kondisi alam dan masyarakat tempat di mana mereka melakukan ekspedisi ini.

Dari laporan tim Amerika  sebagaimana dimuat di jurnal ilmiah ‘Popular Astronomy’  milik SAO/NASA Astrophysics Data System (ADS) yang dipublikasikan di website milik Universitas Harvard ini dapat dibaca kalau cara pandang masyarakat barat terhadap kita di negeri jajahan masih sangat berbeda dengan cara pandang para turis asing yang datang sekarang. Saat itu sikap pandang remeh dan merasa diri lebih tinggi masih sangat kentara. Sebagai contoh, sebagaimana semua literatur barat pada masa itu, masih belum menyebut Islam sebagai agama. Mereka masih menyebut penganut Islam sebagai Mohamedan, yang bisa diterjemahkan kurang lebih sebagai ‘Sekte Muhammad’ atau ‘ Muhammadiyah’. Dan begitulah Prof. John A. Miller dan Prof. Ross W. Mariot menyebut agama orang Gayo.

Masih menurut mereka di dalam laporan ini, orang Gayo adalah masyarakat yang paling damai dan tenang di seluruh Aceh, meski mereka tidak selalu cinta damai tapi bisa gila juga ketika berperang.

Dalam laporan tim ini, Takengen disebut sebagai ‘ Village’ yang artinya kampung. Saat itu katanya ada 400 serdadu pribumi Hindia yang tinggal di Takengen. Pejabat  orang kulit putih yang tinggal di Takengen waktu itu, hanya seorang kapten Belanda, dua orang Letnan seorang dokter.  Tapi ada belasan orang Belanda pemilik kebun di sekeliling kampung ini. Mereka menanam Teh, Kopi dan Kentang. Saat itu baru dibuka perusahaan terpentin (pinus) tapi masih dalam tahap coba-coba.

Di Takengen mereka menginap di rumah resmi pemerintah yang digambarkan cukup besar dengan arsitektur barat dengan pensiunan tentara pribumi hindia yang bertindak sebagai pelayan dan koki bagi mereka.

Waktu itu kata mereka ada 5 keluarga eropa kulit putih yang tinggal di Takengen, ditambah dengan kira-kira sejumlah itu pula yang tinggal di wilayah perkebunan kopi dan teh.  Dan meskipun jumlahnya kecil, mereka memiliki Club House. Selama mereka melakukan proyeknya, Tim Amerika dan tim ekspedisi Jerman yang dipimpin Erwin Finlay-Freundlich menjadi anggota tetap klub tersebut.

Selama di Takengen, mereka juga berkeliling ke kampung-kampung sekitar, seperti Bale, Kemili, Asir-Asir dan Kebayakan.

Di sini diceritakan kalau camp tim Jerman berjarak kira-kira 1 kilometer dari tempat mereka menginap di Belang Kolak (jadi ada kemungkinan Tim Jerman yang datang terlebih dahulu memang memilih Buntul Kubu sebagai tempat eksplorasinya).

Di sini juga diceritakan, ketika mereka mulai membangun tempat eksplorasinya. Tempat eksplorasi mereka selalu dikunjungi banyak orang yang tertarik oleh kegiatan mereka. Dan tingkat sosial dan pendidikan orang yang datang itu sangat bervariasi. Di laporan ini dikatakan, mulai dari Tuan Eropa yang bergaya feodal sampai pawang Harimau lokal yang berasal dari jantung rimba Sumatera.

Tim dari Amerika ini menyanjung tinggi bagaimana besarnya perhatian, dukungan dan dedikasi pemerintah Belanda dan Hindia Belanda serta perusahaan pengiriman ‘The Rotterdamsche Lloyd dan ‘Nederland SS Line’ terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. ‘The Rotterdamsche Lloyd dan ‘Nederland SS Line’mengangkut semua peralatan yang diperlukan untuk ekspedisi ini pulang pergi ke Amerika secara GRATIS dan memberikan potongan separuh harga untuk biaya pelayaran seluruh anggota tim. Hebatnya, tak ada satupun perlatan yang cacat apalagi hilang ketika sampai di Takengen. Mereka juga benar-benar dijaga dan dilindungi selama melakukan ekspedisi, tiket kereta api dan penginapan semuanya GRATIS.  Fasilitas yang sama juga didapatkan Tim dari Jerman.

Pemerintah Hindia Belanda pula yang menyediakan tempat, memberi saran di mana sebaiknya memasang peralatan serta menyediakan segala kebutuhan untuk mendirikan Kamera yang sangat besar yang dibutuhkan untuk melakukan pemotretan.

Di Takengen mereka diurusi oleh Letnan Kerrekamp yang ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda untuk membantu mereka. Letnan Kerrekamp inilah yang membantu mereka mulai dari mencarikan tukang sampai mendapatkan kru lokal. Kemudian ada Letnan De Lange yang setiap hari mengunjungi  Kamp mereka, membayari semua kebutuhan mereka dan juga membantu menerjemahkan ketika ada kendala komunikasi dengan pekerja.

Dan pada waktu itu di Takengen juga hadir editor dari surat kabar Deli Courant bernama Dr. J van der Laanyang pernah tinggal lama di Amerika.  Sepertinya waktu itu Deli Courant menjadi media resmi yang terus memberitakan setiap perkembangan kegiatan pembuktian Teori Relativitas Einstein di Takengen ini.

Dalam melakukan kegiatan ini mereka saling bantu dengan tim Jerman, saling berbagi data teknis dan juga peralatan. Sebelumnya mereka juga sudah pernah melakukan ekspedisi yang berdekatan di Bengkulu pada tahun 1926, artinya tiga tahun sebelumnya.

Untuk membangun Tower Kamera mereka, tim dari Amerika ini menyewa seorang Tukang beretnis Cina dengan mandor seorang pensiunan tentara bernama Tuela (kemungkinan orang Ambon) dengan para pekerja pribumi Gayo.  Ini menarik untuk ditelusuri, barangkali ada masyarakat Gayo hari ini yang pernah mendengar cerita dari awan-awan dulu yang pernah bekerja memasang tower ini.[bersambung]

Baca juga : Gayo, Tempat Dimana Teori Relativitas Einstein Menemukan Pembuktiannya

*Pemerhati sejarah Gayo

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.