Aroma of Heaven; Kopi Sumatra adalah Gayo, Kopi adalah Identitas Gayo

oleh
Win Wan Nur dan Budi Kurniawan (kanan)
Win Wan Nur dan Budi Kurniawan (kanan)
Win Wan Nur dan Budi Kurniawan (kanan)

RUMAH Sanur Bali melakukan pemutaran film  ‘Aroma of Heaven’, Kamis 28 Januari 2016, sebuah film bergenre dokumenter yang memaparkan tentang Kopi Indonesia yang kualitasnya diakui dunia. Di hadapan ratusan penonton baik lokal maupun manca negara.

Aroma of Heaven adalah film produksi pertama dari PFN (Produksi Film Negara), sebuah BUMN yang yang berkiprah di bidang perfilman. Setelah tertidur selama sepuluh tahun tanpa memproduksi film apapun. Selfie

Sebagaimana di film Filosofi Kopi, Aroma of Heaven juga menempatkan Gayo di tempat yang sangat terhormat dalam peta perkopian Indonesia. Tapi di film Filosofi Kopi yang bergenre fiksi , meski Kopi Gayo disanjung setinggi langit tapi dalam film tersebut Gayo tidak menjadi fokus utama atau dibahas secara khusus.Sementara di  ‘Aroma of Heaven’, Gayo adalah bahasan utama.

Film yang disutradarai oleh Budi Kurniawan ini dibuka dengan adegan Tamar, seorang perempuan cantik warga negara Belanda yang masih memiliki darah Madura yang bercerita tentang Kopi di Jawa  dalam bahasa Belanda.  Agak aneh karena film tentang kopi Indonesia yang  sangat kental dengan nuansa patriotis ini kok malah menampilkan cewek Belanda.

Pada sesi tanya jawab, Budi Kurniawan menjelaskan bahwa itu untuk menunjukkan bahwa Belanda lah yang membawa kopi ke Indonesia. Tapi setelah itu mereka tidak banyak memberi ke Indonesia, dan orang Indonesia sendiri yang kemudian mengembangkan kopi dan menciptakan ritual terkait kopi.

Setelah Tamar selesai bercerita. Antropolog Pujo Semedi Hargo Yuwono menjelaskan sejarah Kopi, tentang bagaimana Jawa lah yang membuat komoditas kopi mendunia dan bagaimana kolonial mengkonstruksi selera orang Indonesia terhadap Kopi. Dimana kopi-kopi dengan kualitas terbaik diekspor untuk dikonsumsi orang eropa sementara produsennya sendiri hanya menikmati kopi-kopi sisa yang berkualitas buruk. Bahkan itupun masih dicampur dengan jagung.

Di adegan berbeda Mahdi Usati seorang Cupper dari Gayo mengatakan dalam bahasa Gayo “ Kite mujuel awal, mubeli Bede”.

Lalu muncul gambar Toni Wahid seorang penikmat Kopi pendiri Cikopi.com  yang menceritakan pengalamannya ketika dia di San Fransisco Amerika.  Di kedai kopi yang dia masuki saat itu sedang memperkenalkan dengan bangga bahwa pada hari itu mereka menyuguhkan kopi istimewa, Kopi Gayo dari Sumatra.

Masih menurut Tony di Amerika, semua Espresso pasti menggunakan Kopi Gayo.  Ini yang membuatnya merenung, betapa kita kurang menghargai kopi kita sendiri. Sementara di negeri orang Kopi kita dihargai begitu tinggi.

Setelah itu masih ada dua perempuan ahli kopi yang juga menggambarkan betapa berkualitasnya Kopi Gayo.

Setelah Gayo diceritakan dengan penuh respek oleh para ekspert kemudian terdengar lengkingan suara seorang ceh didong.

“Takengen…..Kur  semangatmu le kao Takengen” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “Come forth people of Takengon”  gambar kota Takengen terpampang di layar. Suasana di pasar dan pemandangan Danau Lut Tawar. Lalu muncul adegan tari Guel yang menggetarkan di depan sebuah roda pemutar alat penggiling kopi di pabrik kopi yang sudah hancur.

Kemudian muncul sosok Mustasarun, petani Kopi Gayo yang menanam  136 varietas kopi di halaman belakang rumahnya. Di sini Mutassarun sebagai representasi Gayo menunjukkan bagaimana fasihnya orang Gayo memahami Kopi, mulai dari jenis tanah, varietas sampai pasca panen.

Satu adegan menarik terjadi ketika Mustassarun bertemu dengan seorang perempuan yang sedang memetik kopi. Seluruh dialog terjadi dalam bahasa Gayo yang diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Inggris.

Beginilah isi dialog tersebut

Muntasarun, petani kopi Gayo dalam film "Aroma of Heaven" membacakan mantera bertani kopi "Siti Kewe".
Muntasarun, petani kopi Gayo dalam film “Aroma of Heaven” membacakan mantera bertani kopi “Siti Kewe”.

“ Ngutip ke aka”
“Oya le lagu erah abang ini”
“Sidah seni kona rege?”
“7000 bang” lalu diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan 60 Cents
“Yoh ke mal keta ge”
“beta le kire bang, tapi kenake sawah ku sepuluh ge kati temas pora kite”.
“Iyoh ini sana kati ara uwah ijo nge ikutip aka?”
“eleh sara bongkol sine oya bang nge salah tegu bewene”
“Cube iusahanen aka, ike ngutip si ilang-ilange pelin we, enti ara ijo, kati jeroh rege e”

Semua dialog dalam adegan ini berlangsung dengan wajar tak terlihat ada settingan. Sepertinya orang Gayo memang berbakat menjadi aktor.

Lalu Mutassarun membacakan mantra “ Siti Kawa” sambil memegang bunga kopinya dan menjelaskan filosofinya.

Mustassirun kemudian menunjukkan kopi asalan. Kata Mustassirun, kopi ini namanya kopi asalan dipanen dari kebun-kebun sembarang. Setelah ini akan diangkut ke Medan setelah itu kita tidak tahu lagi kopi itu mau diapakan.

Pada adegan lain, Mahdi Usati mengatakan, saat ini Gayo adalah pemilik lahan Kopi Arabika terluas di Asia. Artinya ini otomatis menjadi terluas di Indonesia.

Setelah Gayo, lalu gambar berpindah ke Ruteng di Nusa Tenggara Timur, Colol dan Bajawa yang semuanya juga merupakan daerah penghasil kopi Arabika. Tapi sebagaimana ditampilkan di film ini pengetahuan dan penanganan mereka terhadap Kopi jauh tertinggal dibandingkan Gayo. Di sana Kopi masih dibiarkan tumbuh tinggi, dan memanennya dengan cara memanjat.

Berbeda dengan Mutassirun yang sedemikian canggih menjelaskan tentang Kopi, jenis tanah, varietas sampai cara panen yang tepat. Petani Kopi di Bajawa menceritakan tentang teknik memanen kopi agar dahan yang  berbuah , saat dipanen tidak patah saat ditarik dengan kayu pengait.

Bagi penonton film ini yang rata-rata cerdas. Pernyataan Mahdi tentang Gayo yang merupakan daerah dengan lahan kopi terluas di Asia. Kecanggihan pengetahuan Mustassirun dalam urusan kopi, tidak bisa berarti lain bahwa ketika kita bicara Kopi Indonesia berkualitas. Maka kita sedang bicara Kopi Gayo, sebab sebagian sangat besar kopi berkualitas yang diproduksi Indonesia berasal dari Gayo.

Lebih menarik lagi, selama ini Gayo dalam setiap promosi tidak pernah bisa melepaskan diri dari Aceh. Tapi di film yang menjadikan Fauzan Azima sebagai nara sumber utama ini. Gayo benar-benar tergambarkan sebagai entitas yang terpisah dari Aceh. Nama Aceh sama sekali tidak pernah disebut terkait dengan Kopi Gayo. Bicara kopi, bukan bicara Aceh, tapi Gayo. Bahkan dalam peta Kopi di di film iniketika menampilkan pulau Jawa ada nama Pekalongan dan Banyuwangi ,  di NTT ada nama Colol dan Bajawa sedangkan di pulau Sumatera hanya ada nama GAYO.

Pada adegan lain ditampilkan Mahdi sedang menjelaskan Kopi Kertup. Di sana kita bisa melihat wajah-wajah yang familiar dengan keseharian kita. Salah satunya adalah anggota DPRK Aceh Tengah, Hamdan. Dan di adegan berbeda juga terlihat wajah Almarhum Iklil Ilyas Leubee yang di credit title disebut sebagai Reje Linge XX.

Fakta tentang Gayo yang disampaikan di film ini menjadi lebih menarik ketika kita kaitkan dengan status film ini yang dibuat oleh PFN. Karena dibuat oleh sebuah badan usaha milik negara. Menurut penjelasan Shelvy Arifin, Executive Produse film ini yang juga merupakan pimpinan PFN, film yang sempat diputar di Cannes Film Festival dan memenangkan penghargaan di Festival Film Hainan di Cina ini kerap diputar di acara-acara negara, baik itu di dalam negeri maupun misi dagang atau misi budaya  Indonesia ke luar negeri.

Artinya apa?.Berkat film ini, sekarang Dunia mengenal Gayo sebagai rumahnya kopi berkualitas. Bahkan lebih dari itu Gayo adalah Kopi.  Negara Republik Indonesia mengakui dan mempromosikan fakta itu.

Ini adalah promosi gratis bagi pariwisata Gayo. Dengan boomingnya penikmat kopi kelas atas dengan tingkat keingin tahuan yang tinggi, tidak sedikit orang yang sangat berkunjung ke Gayo. Bahkan salah seorang penonton film di rumah Sanur malam itu. Hari ini langsung berangkat ke Gayo untuk merasakan sendiri apa yang ditampilkan di film.

Jadi sayang sekali kalau dengan adanya promosi gratis yang getarannya sudah mendunia ini, para  Pemda di Gayo malah santai dan tidak segera menangkap peluang ini dengan cara me re-branding Pariwisata Gayo dengan mengaitkannya dengan Kopi.

Trailer film ini dapat dilihat di link youtube berikut ini Biji Kopi Indonesia (Aroma of Heaven) Official Trailer 2014. (Win Wan Nur)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.