Populasi Kerbau di Gayo Lues Terancam Punah

oleh

Kerbau GayoBlangkejeren-LintasGayo.co : Populasi ternak di Kabupaten Gayo Lues terancam punah terutama populasi kerbau yang disebabkan beberapa faktor, seperti terserang wabah Septichaemia Epizootic (SE) atau yang sering juga disebut penyakit ngorok pada hewan ternak seperti sapi atau kerbau serta penjualan besar-besaran oleh para peternak kerbau itu sendiri yang dikarenakan rasa “takut”. Hal ini disampaikan oleh H. Muhammad Amru pada saat peninjau lokasi ternak kerbau yang di dampingi oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Peternakan dan Perikanan Kabupaten Gayo Lues, Selasa (19 Januari 2016).

“Wabah SE ini cenderung menyerang kerbau yang stress akibat terlalu banyak aktifitas dan kandang yang lembab atau kurang bersih. Pakan yang buruk kualitasnya juga merupakan sarana penularan kuman ini. Penularan antar ternak biasanya melalui air liur, urine, makanan dan tanah yang terkontaminasi. Kondisi lingkungan yang dingin seperti di Gayo Lues ini juga merupakan sarana untuk kuman tersebut berkembang,” ujar sekretaris Komisi II DPRA ini yang juga merupakan putra asli Gayo Lues.

Mantan Ketua DPRK Gayo Lues ini menjelaskan dalam kurun waktu 3 tahun ini telah terdata hampir “mencapai angka 1.000 ekor kerbau yang mati di Gayo Lues ini.

“Di tahun 2015 saja terdata 250 ekor kerbau yang mati di Kabupaten ini,” beber Amru.

Amru juga mengungkapkan penanganan yang telah dilakukan oleh dinas terkait sudah ada tetapi belum maksimal dan harus perlu sistem penanganan yang lebih baik, selama ini ditangani sekali dalam setahun dilakukan vaksinasi. Tetapi ada juga kendala lain dalam penanganan ini yaitu kurang kooperatifnya masyarakat khususnya peternak, hal ini disebabkan kebiasaan masyarakat selalu melepas ternak ke gunung atau padang gembala dan ketika tim yang akan melakukan vaksinasi kewalahan karena kebanyakan kerbau tersebut sangat susah bahkan tidak bisa ditemukan.

Pada tahun 70-an, di wilayah ini merupakan lumbung ternak untuk Aceh, banyak ternak yang disuplai keluar daerah seperti Medan Sumatera Utara serta daerah yang lain. Seiring dengan perkembangan waktu, ternak berubah menjadi tumpuan hidup masyarakat dalam mengikuti perkembangan zaman seperti membeli rumah, membeli kendaraan serta biaya pendidikan harus menjual kerbau sehingga populasi kerbau menjadi sangat terancam disamping jumlah semakin sedikit lalu ditambah lagi serangan wabah penyakit ini yang sangat susah dihindari.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Peternakan dan Perikanan, Imran, S.Pt menjelaskan bahwa data yang ada pada kami menunjukkan meningkatnya kematian ternak kerbau dari tahun ketahun.

“Kecamatan-kecamatan yang merupakan areal kawasan ternak kerbau telah kita data, dalam tahun 2015 di Kecamatan Terangun yang menjadi angka kematian yang terbanyak yakni 103 kerbau, kecamatan Teripe Jaya 43 kerbau, dan masih banyak lagi,” bebernya.

Imran juga menjelaskan bahwa dalam penanganan wabah SE ini perlu adanya penangan yang intensif dan berkelanjutan.

“Ada dua kendala yang kami temukan dilapangan yaitu vaksin yang diberikan sangat terbatas, hanya bisa dilakukan sekali dalam setahun dan kurangnya kesadaran masyarakat khususnya peternak untuk kooperatif dengan tim vaksinasi,” ujarnya.

“Apabila anggarannya diperbesar untuk vaksinasi serta ditambah lagi meningkatnya kesadaran masyarakat, saya kira wabah penyakit ini tidak akan sulit ditangani. Solusi lain untuk ini yaitu perlu dibangunnya mini range agar tim tidak kesulitan saat melakukan vaksinasi,” tutupnya.

(SP)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.