Padi Varietas Inpari 28, Cocok Dikembangkan di Kecamatan Lut Tawar

oleh
Padi Varietas Inpari 28

Oleh : Fathan Muhammad Taufiq*

Padi Varietas Inpari 28
Padi Varietas Inpari 28

Sebagai salah satu upaya untuk mempercepat pencapaian swasembada pangan khususnya beras, adalah dengan mengembangkan dan memasyarakatkan penggunaan bibit/benih padi unggul. Upaya percepatan swasembada pangan dengan pengembangan benih unggul tersebut, saat ini sedang digalakkan di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten Aceh Tengah.

Selama tahun 2015, telah dilakukan uji varietas benih padi unggul di beberapa kecamatan dalam wilayah kabupaten Aceh Tengah, seperti kecamatan Kebayakan, Bintang dan Kut Tawar. Dinas Pertanian yang di dukung oleh para penyuluh di BP3K masing-masing dan para prajurit TNI yang bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) terus melakukan upaya pembinaan dan penyuluhan agar para petani mau merubah pola tanam konvensional ke pola tanam terpadu dengan menggunakan benih unggul.

Salah satu varietas padi yang diperkenalkan kepada para petani di Dataran Tinggi Gayo adalah varietas Inpari 28, karena varietas ini terbukti punya daya adaptasi dan produktivitas yang cukup tinggi.

Varietas Inpari 28 merupakan hasil induksi dari varietas Kerinci yang memang cukup adaptif untuk dikembangkan di dataran tinggi. Varietas padi unggul ini mulai diluncurkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) pada tahun 2012 yang lalu, dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian sampai 1100 meter diatas permukaan laut (dpl), ini sangat sesuai dengan topografi ketiga kecamatan yang mengelilingi Danau Laut Tawar tersebut.

Seperti yang sudah dilakukan oleh BP3K Lut Tawar di beberapa lokasi seperti Rawe, Gunung Suku, Pedemun, One-one dan Kenawat. Dengan luas lahan uji varietas sekitar 15 hektar tersebut, para penyuluh yang didukung oleh Babinsa, mampu menghasilkan produktivitas padi sekitar 9 ton/hektar, ini sangat jauh meningkat dibandingkan dengan padi varietas lokal yang hanya mampu menghasilkan produktivitas sekitar 4,2 ton/hektar.

Keunggulan varietas Inpari 28, selain produktivitasnya tinggi, umur panennya juga lebih singkat, yaitu 110 – 120 hari setelah semai atau 95 – 100 hari setelah tanam, sementara varietas lokal, umur panennya 6 – 7 bulan. Hasil pengujian di beberapa daerah juga menunjukkan bahwa varietas Inpari 28 juga tahan terhadap serangan hama dan penyakit seperti wereng coklat dan blast.

Seperti yang terlihat hari ini, Rabu (6/1/2016), tanaman padi varietas Inpari 28 yang dikembangkan oleh BP3K Lut Tawar di desa One-one pada lahan sawah seluas 1 hektar ini berhasil dengan sangat baik.

Koordinator BP3K Lut Tawar, Husaini, SP terlihat “sumringah” ketika melakukan panen di lahan uji varietas tersebut bersama Camat Lut Tawar, Drs. Ishak, Danramil Kota, Kapten Inf. Kamaruddin, Kabid Produksi Dinas Pertanian, Busra Aradi serta semua penyuluh pertanian dan Babinsa se kecamatan Lut Tawar.

Hasil ubinan yang dilakukan setelah panen tadi menunjukkan hasil uji varietas Inpari 28 di desa One-one mencapai 9,5 ton gabah kering panen. Sebelumnya, uji varietas yang sama di desa Rawe, Kenawat dan Pedemun juga menunjukkan hasil yang kurang lebih sama.

Itulah sebabnya, pihak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh kemudian merekomendasikan pengembangan varietas ini di seluruh kecamatan Lut Tawar dan sekitarnya, karena setelah melalui beberapa kali uji varietas, ternyata varietas Inpari 28 adalah varietas yang paling cocok dikembangkan di daerah ini.

Usai melakukan panen di One-one tadi, Husaini semakin optimis bisa mengembangkan varietas Inpari 28 ini di semua desa dalam wilayah kecamatan Lut Tawar yang memiliki lahan sawah.

“Melihat hasil uji varietas ini, para petani disini terlihat makin antusias untuk mengembangkan tanaman padi varietas Inpari 28 ini,” ungkap Husaini. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.