[Peringatan 11 Tahun Tsunami] 4 Filosofi Bagi Masyarakat Aceh

oleh

Banda Aceh-LintasGayo.co : Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menggelar peringatan 11 tahun tsunami yang dipusatkan di Masjid Rahmatullah Lampuuk, Kecamatan Lhok Nga, Aceh Besar, Besok Sabtu 26 Desember.

Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi, M.Si menyebutkan, peringatan tsunami yang dipusatkan di Masjid Rahmatullah pada tahun ini bukan tanpa alasan, mengingat kawasan Lampuuk adalah salah satu daerah terparah hantaman gelombang tsunami dan telah banyak mendapat perhatian masyarakat internasional.

“Masjid Rahmatullah adalah satu-satunya bangunan yang berhasil selamat dari gelombang Tsunami. Masjid dengan desain dan arsitekturnya yang indah ini juga telah menjadi satu-satunya masjid yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik nusantara maupun wisatawan asing lainnya khususnya wisatawan Malaysia di kawasan wisata pantai Lampuuk,” jelasnya.

Reza menambahkan, peringatan tsunami yang mengusung tema “Memajukan Negeri Membangun Masyarakat Siaga Bencana” juga diharapkan tidak hanya semata hanya untuk berkumpul, mengenang, bernostalgia dan berakhir begitu saja.

“Ada nilai-nilai dari setiap kegiatan peringatan tsunami yang perlu kita sampaikan ke masyarakat, yakni seperti refleksi, apresiasi, mitigasi dan promosi,” sebutnya.

Hal senada juga disebutkan Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh Rahmadhani, M.Bus, selain upacara peringatan tsunami dengan menggelar zikir bersama dan tausyiah, kita berharap masyarakat juga dapat memahami empat filosofi dalam menyadari peringatan tsunami.

“Dengan adanya refleksi, kita terus berusaha menghindari perilaku lupa akan kejadian masa lalu yang pernah terjadi di Aceh. Peringatan tsunami juga menjadi momentum penting untuk selalu mengingat dan mengenang kembali keikhlasan, dukungan dan solidaritas yang pernah diberikan masyarakat global,” jelas Rahmadhani.

Hal lainnya yang tidak boleh dilupakan, sebut Rahmadhani, masyarakat Aceh harus mampu bersahabat dengan bencana untuk mitigasi.

“Mempelajari karakteristik bencana dan membangun kesadaran dan kewaspadaan diri menuju budaya siaga bencana menjadi sebuah keniscayaan dalam upaya mengurangi segala risiko bencana yang ditimbulkan. Dengan demikian pariwisata tsunami di Aceh menjadi media efektif dalam rangka memperlihatkan kepada masyarakat global, khususnya kepada wisatawan tentang kekuatan, ketahanan dan ketabahan masyarakat Aceh selama Tsunami,” tutupnya.

(SP | DM)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.