Solusi Mencegah Kematian Massal Ikan di Keramba Jaring Apung Danau Lut Tawar

oleh

Catatan : Iwan Hasri, S.Pi, M.Si*

iwan hasri
Iwan Hasri, S.Pi, M.Si

Beberapa bulan terakhir ini, pembudidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di kawasan One-one mengeluh akibat tingginya angka kematian ikan dalam wadah budidaya KJA tersebut.

Tidak sedikit pembudidaya ikan merugi dalam pengembangan usahanya. Modal yang sudah dikeluarkan untuk pembelian benih ikan mendadak rugi akibat kematian ikan yang mencapai lebih dari 50%.

Sebagai informasi bagi para pembudidaya ikan di Danau Lut Tawar khususnya dan masyarakat umumnya, dapat kami uraikan beberapa informasi mengenai hal tersebut.

Beberapa spekulasi muncul dikalangan pembudidaya ikan KJA di One-one. Salah satunya adanya penangkapan ikan yang menggunakan insektisida. Hal ini mungkin saja terjadi karena memang sifat senyawa deltametrin pada insektisida ini yang aktif menyebabkan ikan mati mendadak jika melewati ambang batas.

Banyaknya pertanyaaan yang muncul, sehingga kami merasa perlu menyampaikan beberapa kemungkinan terjadinya kematian ikan di kawasan KJA, berdasarkan penelitian dan pengalaman di daerah lain, seperti halnya pernah terjadi di waduk di Jawa Barat.

Kami awali dengan apa sebenarnya yang menyebabkan pemicu masalah timbulnya penyakit ikan?. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada tiga hal yang menjadi pemicu timbulnya penyakit diantaranya : lingkungan, manajemen budidaya dan perubahan musim.

Kualitas lingkungan perairan semakin menurun menyebabkan semakin besarnya tekanan yang dialami oleh ikan sehingga ikan mudah sekali terinfeksi penyakit. Penurunan kualitas lingkungan lebih banyak disebabkan karena limbah yang dibuang ke perairan umum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu.

Kawasan One-one merupakan kawasan agrowisata di Danau Laut Tawar. Pertumbuhan kawasan ini terbilang cukup pesat, baik di darat maupun di perairannya, dalam  rentang waktu beberapa tahun terakhir.

Pemukiman merupakan salah satu yang mengalami perubahan yang cukup signifikan. Sehingga potensi buangan limbah rumah tangga langsung ke perairan danau, diperkirakan mengalami peningkatan.

Penggunakan pakan buatan yang tinggi pada pola budidaya ikan intensif di kawasan KJA One-one, sedikit banyaknya berpotensi besar menimbulkan cemaran yang bersumber dari sisa pakan yang tidak termakan habis oleh ikan ataupun dari feces atau kotoran ikan itu sendiri, sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa pakan dan kotoran di kawasan ini.

Kebersihan lingkungan tempat budidaya ikan, juga menjadi kunci keberhasilan budidaya itu sendiri. Lingkungan yang kotor tercemar bahan organik, seperti tinja akibat penduduk sekitar tidak menggunakan septic tank, secara langsung mempercepat timbulnya infeksi penyakit. Jaring ikan yang tidak dibersihkan akan menjadi habitat bagi jasad penyebab penyakit.

Manajemen budidaya, seperti pola budidaya meliputi kepadatan ikan yang ditebar tanpa mempertimbangkan daya dukung, menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan, yang dapat menimbulkan tekanan pada ikan, dan akan menyebabkan ikan rentan terinfeksi penyakit.

Foto : int
Teluk One-one – Danau Lut Tawar beberapa tahun silam. (ist)

Jumlah atau kepadatan unit wadah budidaya jaring apung dalam satu kawasan sangat berpengaruh pada penurunan kualitas air. KJA yang terlalu rapat dengan KJA lainnya, terlalu dekat dengan dasar dan terlalu dekat dengan zona litoral, keadaan demikian akan mempercepat berkembangnya penyakit ikan.

Sistem pemberian pakan dengan harapan akan ikut mempercepat pertumbuhan, merupakan salah satu tindakan yang merugikan. Karena masing-masing komoditas ikan punya kaidah pemberian pakan ikan tersendiri, apabila tidak sesuai maka banyak pakan yang akan tidak termakan dan akan jatuh kedasar perairan, selanjutnya ikut memepercepat turunnya kualitas air.

Selain itu, pembuangan ikan mati keperairan umum sekitar, juga memberi andil percepatan penyebaran penyakit ikan.

Perubahan musim sangat mempengaruhi penyebaran penyakit. Pola perubahan musim dari musim hujan, ke musim kemarau atau sebaliknya akan berperan munculnya penyakit ikan. Pada musim hujan seperti sekarang suhu relatif lebih dingin disebabkan intensitas cahaya yang kecil.

Berdasarkan beberapa penelitian bahwa pada air yang suhunya dingin sangat rentan ikan terinfeksi penyakit. Biasanya pada saat musim hujan ikan nila di kawasan KJA One-one, jumlah pakan yang dimakan ikan relatif lebih rendah dibandingkan dengan musim kemarau. Pada suhu yang relatif tinggi (panas) akan berakibat pada percepatan laju metabolisme, apabila hal itu berangsung lama, akan menyebabkan ikan kelelahan.

Suhu akan memepengaruhi oksigen terlalarut dan pH air, jika suhu tinggi maka akan menyebabkan oksigen terlarut rendah dan mempengaruhi pH air yang cenderung asam. Fluktuasi suhu akan menyebabkan ikan akan lebih rentan terkena penyakit.

Perlu kami sampaikan juga, bahwa beberapa kasus infeksi penyakit ikan disebabkan oleh beberapa jasad penyebab penyakit, yaitu parasit, jamur, bakteri dan virus.

Kasus di Danau Laut Tawar, sering terjadi akibat masuknya ikan dari luar daerah terutama ikan mas (Bawal =  Gayo, red.) yang dipelihara atau dikarantina sementara, di keramba seputaran Danau Laut Tawar dan Wih Pesangan.

Berdasarkan penelitian mahasiswi Jurusan Budidaya Perairan (BDP) pada Universitas Gajah Putih tahun 2013, bahwa telah teridentifikasi ektoparasit di kawasan budidaya KJA di One-one dengan tingkat prevalensi lebih besar 50%. Artinya peluang infeksi penyakit akan semakin cepat, karena banyaknya parasit dikawasan ini, apalagi didukung dengan kondisi cuaca yang ekstrim seperti terjadinya musim hujan yang cukup panjang atau sebaliknya, pada akhirnya akan menyebabkan kematian pada ikan budidaya di kawasan KJA di One-one.

Berdasarkan penelitian mahasiswa Kedokteran Hewan Unsyiah tahun 2014, parasit juga teridentifikasi ada pada ikan depik dan ikan nila yang ditangkap oleh nelayan.

Berikut beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam upaya penanggulangan penyakit ikan pada usaha budidaya ikan di Keramba Jaring Apung (KJA), antara lain :

  1. Pertimbangan metodologi dengan cara pencegahan, perendaman ikan dengan larutan obat sebaiknya dihindari, dapat dilakukan namun tidak disarankan dalam jumlah banyak.
  2. Pertimbangan lingkungan, bila menggunakan racun atau obat, sebaiknya tidak menimbulkan kematian bakteri yang menguntungkan, fitoplankton dan zooplankton serta yang paling penting tidak membahayakan bagi konsumen.
  3. Pertimbangan keamanan, dalam pengobatan ikan di KJA menggunakan obat berupa zat kimia biasanya bersifat karsinogenik (pemicu sel kanker) bagi tenaga yang mengobati ikan tersebut.
  4. Pertimbangan ekonomis, pengobatan sebaiknya mempertimbangakan aspek keuntungan, sehingga perlu perhitungan usaha, agar pada saat pengobatan tidak menyebabkan kerugian, akibat pengeluaran menjadi tinggi dibanding hasil yang didapatkan.

Penanggulangan penyakit diatas, semua memiliki kelemahan dan kelebihan, sehingga dalam menangulangi penyakit ikan di KJA perlu suatu penanggulangan yang bersifat terpadu.

Penanggulangaan tersebut didasarkan pada beberapa aspek, yaitu (1) aspek teknis, berupa padat tebar harus sesuai, pemberian pakan memenuhi persyaratan mutu (pemberian pakan tepat, waktu pemberian pakan sesuai dan jenis pakan sesuai), dan budidaya yang dilakukan menggunakan sistem polikultur (satu lokasi beberapa jenis ikan). (2) Aspek higienis, berupa pembersihan sampah yang tenggelaam dan yang terapung di perairan, jaring harus dibersihkan secara berkala dan ikan yang mati harus segera dibuang jauh dari kawasan KJA. (3) Aspek pengaturan kawasan, berupa pengaturan lokasi areal budidaya yang proporsional dan pengaturan zonasi budidaya.

Berdasarkan beberapa informasi diatas sudah selayaknya para pembudidaya ikan melakukan menajemen kesehatan ikan di kawasan KJA di One-one. Jika ikan budidaya tiba-tiba mati, yang dirugikan adalah pembudidaya itu sendiri.

Oleh sebab itu, diharapkan pembudidaya ikan di KJA One-one dapat melakukan budidaya ikan yang baik, sehingga harapannya pembudidaya ikan tidak rugi dan masyarakat yang memanfaatkan ikan hasil produksi KJA tidak beresiko, akibat residu zat kimia yang digunakan dalam penanggulangan penyakit ikan.

*) Akademisi dan praktisi perikanan di Aceh Tengah, kini juga menjabat Kepala UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Lukup Badak pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.