[Hari AIDS Sedunia] 9.796 dari 150.296 Penderita HIV/AIDS Mengalami Kematian

oleh

Oleh : drg. Leny Sang Surya*

LenySETIAP tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) se-Dunia.Konsep ini digagas pada Pertemuan Menteri Kesehatan Sedunia mengenai Program-program untuk Pencegahan AIDS pada tahun 1988. Sejak saat itu, ia mulai diperingati oleh pihak pemerintah, organisasi internasional dan yayasan amal di seluruh dunia. Mengendalikan dan mulai menurunkan jumlah infeksi baru kasus HIV, merupakan target yang menjadi perhatian khusus satu dari beberapa target MDG’s (Millenium Development Goals)di Dunia khususnya di Indonesia. Faktor resiko tertinggi penularan HIV/AIDS adalah pelaku Heterosexual dan kejadian tertinggi terdapat pada kaum Laki-laki dengan rentang umur 20-29 tahun. Angka kejadian HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ketahun.Kasus HIV tertinggi terdapat pada Provinsi DKI. Jakarta, sedangkan kasus AIDS tertinggi terdapat pada Provinsi Papua.

Laporan Ditjen P2PL Kemenkes RI, data statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia sampai dengan tahun 2014 tercatat 150.296 orang Indonesia terinfeksi kasus HIV/AIDS, 9.796 penderita diantaranya mengalami kematian. AIDS  merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh sehingga penderita mudah terjangkit penyakit infeksi. Kekurangan imunitas tubuh dapat dilihat dari kadar CD4 (kurang dari 200/ml) dalam tubuh. Pada dasarnya, HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Virus ini “senang” hidup dan berkembang biak pada sel darah putih manusia. HIV akan ada pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti darah, cairan plasenta, air mani atau cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan vagina, air susu ibu dan cairan otak.HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan selanjutnya akan meningat menjadi AIDS.

Penularan HIV terjadi melalui pencampuran cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV. Jarum suntik dan alat-alat penusuk (tato, tindik dan cukur) yang tercemar HIV. Transfusi darah atau produk darah yang mengandung HIV, dan Ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin atau bayinya, sedangkan perlu kita ketahui juga hal-hal yang tidak berpotensi menularkan HIV diantaranya adalah bersalaman, cium pipi, batuk/bersin,menggunakan telepon umum, kloset umum,tempat duduk, berenang, alat makan/minum,tinggal serumah dengan penderita HIV, dan gigitan nyamuk, akan tetapi lantaran masih terbatasnya informasi yang didapat masyarakat Indonesia tentang penyakit ini, banyak penderita HIV/AIDS yang dikucilkan dari lingkungannya.

Sekitar tahun 1926-1946, beberapa ilmuwan menganggap HIV menyebar dari monyet ke manusia. Kemudian, penemuan “mirip” kasus HIV/AIDS ini pertama kali terjadi sekitar 1981 oleh ahli kesehatan di Kota Los Angeles, Amerika Serikat, ketika sedang melakukan sebuah penelitian kasus seri terhadap 4 orang pemuda/mahasiswa.Di Indonesia penemuan kasus HIV/AIDS diperkirakan baru diketahui pada tahun 1987, yaitu pada seorang turis asal Belanda.Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan oleh AIDS.

Tahun 2003, salah satu kasus baru yang belum banyak diketahui orang lain adalah merebaknya HIV/AIDS dikalangan para petugas kesehatan akibat secara tidak sengaja tersuntik jarum suntik yang biasa digunakan oleh para penderita penyakit yang diidentikkan dengan penyakit seksual ini.Kebanyakan yang terkena adalah para perawat yang bertugas untuk menyuntikkan zat anti viral (anti virus) kepada para pasien penderita AIDS. Tetapi entah kenapa, secara tidak sengaja jarum suntik yang biasa digunakan untuk para penderita HIV/AIDS, berbalik menyuntik bagian tubuh mereka. Keadaan ini dikhawatirkan akan menyebabkan ketakutan di kalangan para petugas kesehatan, terutama bagi mereka yang ditugaskan untuk merawat ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

Salah satu cara yang telah dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan pemberian obat jenis post exposure prophylaxis atau pencegahan pasca pajanan. Tujuannya, agar dapat dideteksi apakah mereka positif terkena HIV/AIDS atau tidak. Mereka meminumnya selama satu hingga satu setengah bulan, kemudian pemakaian obat dihentikan.Sementara untuk petugas kesehatan diharapkan mereka bersikap hati-hati dalam bertugas karena pihak rumah sakit tidak menyediakan dana khusus untuk perawatan dan pengobatan mereka.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pihak medis atau dokter mampu menyelamatkan lebih dari 3 juta nyawa di dunia pada tahun 2025 jika menawarkan obat AIDS kepada pengidap HIV lebih cepat, segera setelah mereka diketahui positif mengidap virus mematikan itu. WHO mengatakan, mengobati pengidap HIV lebih cepat bisa membuat pasien lebih sehat dan menurunkan jumlah virus didalam darah. Meskipun saat ini dibanyak negara sudah menyediakan akses obat AIDS generik yang murah, yang  memungkinkan lebih banyak pengidap HIV yang memperoleh pengobatan,  namun  petugas kesehatan terutama di negara miskin dengan anggaran kesehatan yang terbatas saat ini cenderung menunda menyarankan pengobatan hingga infeksi berlanjut.

Angka kejadian HIV/AIDS yang terus meningkat dari tahun ketahun, ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berdampak luas. Oleh karena itu, penanganannya juga harus berdasarkan kepada pendekatan kesehatan masyarakat melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier dengan lima tingkat pencegahan yakni melakukan promosi kesehatan, perlindungan khusus, diagnosis dini, pengobatan segera, pembatasan cacat serta rehabilitasi.Penanggulangan HIV/AIDS memiliki salah satu tujuan khusus, yakni menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan, pengobatan, dan dukungan dengan mengadakan layanan tes HIV dan konselling sebagai pintu masuk untuk seseorang mendapatkan akses kesemua pelayanan berupa informasi, edukasi, terapi dan dukungan psikososial.

HIV/AIDS hanya bisa dicegah dengan cara menghentikan perilaku seks menyimpang dan penyalahgunaan obat terlarang. Diharapkan melalui peringatan Hari AIDS se-Dunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember ini dapat mengurangi angka kejadiankasus HIV/AIDS di Dunia Khususnya di Indonesia bahkan ada baiknya peringatan ini tidak hanya diperingati secara “simbolis” setiap tanggal 1 Desember saja, akan tetapi diperingati setiap hari dengan meningkatkan semangat, kepedulian, komitmen dan gerakan nyata kesehatan dengan mengganti kampanye kondom dengan kampanye anti seks bebas dan penolakan terhadap pornografi yang kian marak di ranah public di Indonesia dan bisa menjadi langkah awal yang perlu dilakukan dengan segera.[] 

*Artikel yang ini ditulis Mahasiswi Pascasarjana Biostatistik Universitas Indonesia ini dalam rangka memperingati Hari AIDS se-Dunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember. Juga sebagai laporan Ditjen P2PL Kemenkes RI, data statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia sampai dengan tahun 2014

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.