Laskar Ketahanan Pangan Linge Sukses Kembangkan Kedele di Ketapang

oleh
Kebahagiaan Safrin (tengah) dan kawan-kawan melihat kelompok binaannya berhasil

Catatan : Fathan  Muhammad Taufiq.

Kebahagiaan Safrin (tengah) dan kawan-kawan melihat kelompok binaannya berhasil
Kebahagiaan Safrin (tengah) dan kawan-kawan melihat kelompok binaannya berhasil

UPAYA Khusus Percepatan Swasembada Padi, Jagung dan Kedele (Upsus Pajale) yang diluncurkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, benar-benar disahuti dengan serius oleh para penyuluh yang berada di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Linge.

Safrin Zailani, koordinator BP3K pun bertindak sigap, dia segera menyiapakan pasukan “siap tempur” yang terdiri dari para penyuluh pertanian yang bertugas di wilayah itu ditambah para Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI-AD untuk melakukan pengawalan dan pendampingan terhadap program prioritas itu. Pasukan itu kemudian diberinya nama “Laskar Ketahanan Pangan Linge” sebagai simbol dari semangat, kegigihan  dan motivasi untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat di wilayah kecamatan Linge.

Tanpa banyak slogan atau “gembar gembor”, laskar dibawah komando Safrin itupun langsung bergerak menjalankan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya melakukan pendampingan kepada kelompok tani peserta program Upsus. Pola tanam jajar legowo dan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) diterapkan bagi kelompok tani padi di wilayah itu. Kedekatan yang selama ini dijalin oleh Safrin dan kawan kawan dengan para petani, sangat membantu mereka mensosialisasikan dan mengimplementasikan teknologi baru dalam bercocok tanam padi. Dukungan sarana produksi pertanian (Saprodi) dari Dinas Pertanian berupa bibit, pupuk dan obat-obatan, juga memperlancar misi mereka.

Hasilnya sangat memuaskan, Laskar Ketahanan Pangan Linge yang beranggotakan Zuhri, Jailani, Muslim, Salihin, Ika Syahputra, Ali, Junaidi, Fathun, Mad Juardi, Rosmiati, Isnilawati dan Safrin sendiri sebagai “komandan” plus Danramil Linge, Kapten Iwan Mulyawan beserta jajaran Babinsanya, mampu “mendongkrak” produktivitas padi di wilayah dengan lahan sawah terluas di Kabupaten Aceh Tengah itu pada musim tanam pertama tahun 2015.

Laskar Ketahanan Pangan Linge di Lahan Kedele Petani Ketapang
Laskar Ketahanan Pangan Linge di Lahan Kedele Petani Ketapang

Di beberapa tempat seperti Kemerleng, Pantan Nangka, Gelampang Gading dan Jamat, produktivitas padi yang dihasilkan petani meningkat drastis, dari sebelumnya hanya 4 ton per hektar menjadi 7 – 7,5 ton per hektare. Peningkatan produktivitas ini merupakan yang tertinggi dibanding dengan kecamatan lainnya.

Sukses “menggenjot” produktivitas padi, Laskar Ketahanan Pangan Linge kemudian “melebarkan sayap” kepada komoditi upsus lainnya yaitu kedele (Glycine Max). Wilayah kampung yang dianggap potensial untuk pengembangan kedele seperti Reje Payung, Kute Reje, Delung Sekinel, Linge dan Kawasan Peternakan Terpadu Ketapang, “digarap” oleh pasukan Safrin. Wilayah yang tergolong terpencil dengan hambatan geografis yang cukup tinggi, bukan menjadi kendala bagi Sfarin dan kawan-kawan, justru ini jadi tantangan yang harus di”takluk”kan. Usaha mereka tidak sia-sia, jerih payah mereka “terbayar” dengan antusiasme petani dan kelompok tani di wilayah tersebut untuk mengembangkan komoditi palawija yang punya nilai ekonomis cukup tinggi itu.

Pada penanaman pertama pada pertengahan bulan Juni 2015, beberapa kampung di Kemukiman Jamat (Reje Payung, Kute Reje, Delung Sekinel dan Linge), kelompok tani peserta upsus kedele mampu menghasilkan produksi sampai 1,2 ton per hektar, sebuah capaian yang cukup bagus. Merasa usahanya mendapat respons masyarakat, laskar penyuluh ini semakin bersemangat untuk memperluas areal pertanaman kedele di wilayah itu, kali ini kawasan peternakan Ketapang 2 menjadi “sasaran” berikutnya. Melalui Kelompok Tani Bina Usaha Tani Baru yang diketuai oleh Suparno, para penyuluh pendamping upsus ini berhasil mengembangkan 15 hektare tanaman kedele varietas Anjasmoro di kawasan peternakan ini.

Gembiranya Petani Ketapang dengan hasil panen kedele yang memuaskan
Gembiranya Petani Ketapang dengan hasil panen kedele yang memuaskan

Saat melakukan pembinaan rutin ke kawasan tersebut kemarin, wajah Safrin dan “pasukan”nya terlihat “sumringah”, kelompok tani binaan mereka akan segera menikmati hasil panen kedele mereka. Hamparan tanaman kedele yang siap panen itu terlihat sangat bagus, setiap tanaman penuh dengan polong kedele yang padat berisi.

Dari hasil ubinan yang dilakukan para penyuluh itu, ternyata produktivitas kedele yang dihasilkan oleh para petani ternak itu sangat menggembirakan, mencapai 1,5 ton per hektar, sebuah capaian yang sangat bagus karena sudah mendekati produktivitas nasional kedele varietas Anjasmoro yang saat ini sudah mencapai 2 – 2,25 ton per hektar.

Tentu ini membuat para petani disana semakin bersemangat untuk mengembangkan komoditi ini pada musim tanam yang akan datang dengan areal pertanaman yang lebih luas. Apalagi saat ini kedele hasil produksi petani ini, berani dihargai pedagang Rp 8.000,- per kilogramnya di lokasi, ini berarti petani disana bakal mengantongi tidak kurang dari Rp 12.000.000,- dari setiap hektar tanaman kedele mereka.

Dengan luas areal pertanaman 15 hektar, sudah hampir  dipastikan sekitar 180 juta rupiah bakal “mengalir” ke kantong para anggota kelompok tani itu, sebuah potensi ekonomi yang sangat menggiurkan tentunya.

Perjuangan laskar penyuluh di kecamatan Linge ini memang luar biasa dan layak mendapatkan apresiasi, memberi motivasi kepada petani di daerah tersebut untuk mengembangkan komoditi pertanian dengan pola baru, bukanlah hal yang mudah, karena terkait dengan tradisi dan kebiasaan serta karakter masyarakat selama ini. Merubah pola pikir petani menjadi lebih produktif di kawasan ini cukup sulit dan membutuhkan kesabaran ekstra, tapi apa yang telah dilakukan oleh Safrin dan kawan-kawan adalah sebuah prestasi yang pantas diacungi jempol. Mereka memang layak menyandang predikat sebagai “Laskar Ketahanan Pangan”, karena mereka memang sangat eksis memperjuangkan peningkatan ketahanan pangan masayarakat di wilayah binaan mereka, meski perjuangan mereka penuh dengan tantangan yang tidak ringan.

“Laskar Ketahanan Pangan Linge” terus berkiprah, selain terus mempertahankan produktivitas padi, mereka juga terus giat memperluas pengembangan komoditi kedele yang juga menjadi prioritas peningkatan swasembada pangan nasional. Belakangan mereka juga sedang menggalakkan penanaman jagung di beberapa wilayah, termasuk di kawasan peternakan Ketapang. Sudah hampir 25 hektare lahan yang sudah digarap petani untuk pengembangan tanaman pangan alternatif ini, bahkan beberapa hektar di antaranya sudah mulai melakukan penanaman.

Kiprah laskar penyuluh di kecamatan Linge ini yang tidak mengenal putus asa ini, layak menjadi contoh bagi para penyuluh dan BP3K lainnya, karena tanpa kreativitas dan kerja keras mereka, mustahil ketahanan pangan akan terwujud di daerah ini.  Mereka adalah contoh penyuluh-penyuluh tangguh yang selalu sadar dan ikhlas dalam menjalankan amanah dan tanggung jawab mereka sebagai pendamping dan pembina petani.

Tak ada yang lebih membahagiakan mereka, selain melihat petani dan kelompok tani binaan mereka berhasil meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebuah tugas dan kiprah yang sangat mulia yang bisa jadi inspirasi dan motivasi bagi siapa saja.[]

*Pemerhati pertanian di Aceh Tengah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.