Kreatifitas Perempuan-perempuan Desa Mengolah Limbah

oleh

Fathan Muhammad Taufiq*

Kreatifitas-Perempuan-Desa

KAUM perempuan di perdesaan pada umumnya berprofesi ganda, selain sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi segala urusan rumah tangga, juga aktif sebagai petani, khususnya untuk membantu para suami yang berprofesi sama.

Begitu juga yang terjadi di Desa Mude Nosar, Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah, salah satu desa yang berada di pinggiran Danau Laut Tawar. Bahkan disana, kaum perempuan sudah lebih maju lagi di bidang pertanian, mereka tergaung dalam kelompok wanita tani yang aktif dalam berbagai kegiatan untuk mendukung kegiatan usaha tani mereka.

Masna ManurungAdalah Ir. Masna Manurung, MP, salah seorang penyuluh pertanian yang bertempat tugas di desa itu, nyaris tanpa henti selalu meberikan motivasi kepada para anggota kelompok wanita tersebut. Semua potensi yang ada, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia digali dan dikembangkan seoptimal mungkin, mulai dari pemanfaatan lahan pekarangan untuk penanaman sayur-sayuran dan pengembangan ternak unggas, pembuatan demplot percontohan kelompok tani wanita dengan komoditi utama bawang merah yang memang sangat cocok dikemangkan di desa itu sampai pemanfaatan limbah ternak dan limbah pertanian sebagai pupuk organic bokashi.

Desa Mude Nosar yang memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas, ditambah dengan berbagai ternak yang dikembangkan oleh masyarakat setempat, menghasilkan limbah pertanian dan ternak seperti jerami, sekam padi, limbah kulit kopi, kotoran ternak baik unggas maupun ternak ruminansia, yang selama ini hanya terbuang percuma.

Dengan kapasitas sebagai penyandang gelar S-2 Pertanian lulusan Universitas Brawijaya, Masna kemudian merangkul kaum perempuan yang tergabung dalam kelompok tani wanita menjadi binaannya untuk memanfaatkan potensi yang selama ini nyaris tidak termanfaatkan tersebut. Mulailah dia mengajak para anggota kelompok untuk mengumpulkan limbah tersebut yang kemudian dengan bimbingan langsung, kaum perempuan itu secara bersama mengolah limbah itu menjadi pupuk organic bokashi.

Pembuatan pupuk organic bokashi ini prosesnya sebenarnya sangat sederhana, bahan baku berupa sekam padi, kulit kopi dicampur dengan limbah atau kotoran ternak kemudian ditambahkan kapur dolomite serta sedikit gula pasir atau gula merah dan activator berupa pupuk cair yang mengandung mikroba laktogen agar proses penguraian limbah menjadi pupuk bisa lebih cepat.

Setelah semua bahan tercampur dengan baik, kemudian difermentasikan dengan cara diungkus dengan plastik, terpal atau dimasukkan ke dalam drum yang kemudian ditutup rapat, jika proses fermentasi erjalan dengan baik, maka 4 – 5 hari atau paling lama seminggu  kemudian, pupuk tersebut sudah jadi dan siap digunakan untuk memupuk tanaman.

Karena prosesnya yang cukup sederhana dan hampir semua bahan baku yang dibutuhkan tersedia di desa tersebut, Masna nyaris tidak mengalami kesulitan untuk mengajak para anggota kelompok tani wanita tersebut untuk memanfaatkan limbah yang ada di desa tersebut menjadi pupuk bokashi yang tentunya dapat membantu usaha tani mereka agar tumbuh dan berkembang dengan baik dan tentu saja dengan biaya murah. Dengan menekan biaya produksi untuk pembelian pupuk, sudah pasti pendapatan yang akan diterima petani akan lebih besar dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

Itulah sosok Masna Manurung, perempuan gigih yang terus berupaya agar petani yang ada di wilayah binaanaanya mampu meningkatkan kesejahteraan mereka dengan cara-cara yang sederhana tapi efektif dan efisien. Ditangan penyuluh perempuan ini, limbah pertanian dan peternakan yang selama ini hanya menjadi “sampah” yang tidak berguna bahkan mencemari lingkungan, dia “sulap” menjadi pupuk bokashi yang sangat bermanfaat untuk menduduk usaha pertanian warga.

Ada dua keuntungan yang diperoleh warga dari apa yang dilakukan oleh tokoh kita yang satu ini, pertama warga dapat meperoleh pupuk organik berkualitas dengan biaya murah dan kedua, desa mereka juga bersih dari sampah dan limbah, yang terakhir ini juga penting, mengingat desa Mude Nosar merupakan salah satu desa yang selalu dilintasi wisatawan yang mengunjungi obyek wisata danau Lut Tawar.

Sosok idealis seperti Masna, layak menjadi contoh bagi penyuluh-penyuluh lainnya di seluruh pelosok negeri ini.[]

*Warga Takengon Aceh Tengah

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.