Ekses Hujan Deras, Sampah TPA Bur Lintang Turun ke Isak

oleh
Sampah Bur Lintang. (LGco_Khalis)

Laporan Mahbub Fauzie*

Sampah Bur Lintang. (LGco_Khalis)
Sampah Bur Lintang. (LGco_Khalis)

SAMPAH pun juga ambil peran dalam suasana banjir. Baik sampah yang berasal dari bahan alami maupun sampah yang berasal dari bahan buatan. Bisa kita lihat, di antara derasnya air mengalir saat banjir, terutama di lingkungan padat penduduk, pasti ada sampah yang dibawanya.

Ternyata banjir di aliran sungai yang melalui Isak, ibukota Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah, yang orang sekitar menyebutnya Sungai Jambu Air (Wih Jemer) juga membawa sampah. Yang terlihat jelas berupa sampah plastik.

Menurut salah seorang perangkat Kampung Kute Robel, sampah yang dibawa aliran sungai Jemer Isak itu berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bur Lintang.

Memastikan pendapat ini, LintasGayo.co mencoba melintas di Jembatan Glampang Gading yang menghubungkan jalur Isak-Atu Lintang, sempat melihat banyak melihat plastik-plastik tersangkut di dahan-dahan batang kayu kecil yang terdampar di sungai Jemer itu.

Sampah Bur LIntang di Wih Jemer Isak. (LGco_Mahbub Fauzie)
Sampah Bur LIntang di Wih Jemer Isak. (LGco_Mahbub Fauzie)

“Salah satu hulu anak sungai Isak ini berada di kawasan Bur Lintang. Akhir-akhir ini saya melihat gundukan sampah di sana sudah mulai amblas dan masuk ke aliran sungai ini,” ujar perangkat Kampung Robel itu.

Mengerikan, sampah-sampah yang merupakan limbah penduduk Takengon ibukota Aceh Tengah dan sekitarnya yang dibuang di kawasan pembuangan akhir Bur Lintang itu bukanlah hanya sampah plastik-plastik ringan saja. Ada bekas kursi sofa, kasur dan perkakas rumah tangga lainnya.

Terkait dengan sampah Bur Lintang yang dampak polusinya sudah nampak mengganggu lingkungan, khususnya bagi masyarakat Linge, Camat Agus Kasim,SH saat dikonfirmasi mengakui sudah menghubungi pihak pemerintah kabupaten untuk memberikan solusi terbaik.

“Kami meminta kepada Pemkab agar secepatnya memindahkan lokasi pembuangan sampah Bur Lintang sebagaimana yang sudah direncanakan,” Demikian kata Camat Linge Agus Kasim yang selama banyaknya terjadi bencana di wilayah Linge selalu stand by di lokasi.

Sampah yang dipungut dari danau Lut Tawar diangkut dan dibuang ke tong sampah di kota Takengon oleh Gayo Datsun Club (GDC) yang akan dibuang ke TPA Bur Lintang. (ist)
Sampah yang dipungut dari danau Lut Tawar diangkut dan dibuang ke tong sampah di kota Takengon oleh Gayo Datsun Club (GDC) yang akan dibuang ke TPA Bur Lintang. (ist)

Menanggapi keluhan ini, Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Lingkungan Hidup Aceh Tengah, Zikriadi beberapa waktu lalu mengutip rilis Husmas Setdakab Aceh Tengah mengatakan pihaknya telah mempersiapkan kawasan Mulie Jadi di kecamatan Silih Nara sebagai TPA terpadu, menggantikan TPA Bur Lintang.

“Dengan volume sampah mencapai 35 ton per hari, kita sedang mempersiapkan  sebuah TPA baru di kawasan Mulie Jadi, dimana sampah yang berasal dari warga kemudian diolah menjadi pupuk organik”, ujar Zikriadi. Pembiyaannya berasal dari APBN tahun 2016 senilai Rp.30 Milyar.

Amatan LintasGayo.co, kawasan pembuangan sampah di Bur Lintang itu memang sangat mengganggu lingkungan. Terlebih ketika limbah residu itu ikut ‘ambil peran’ bersama-sana banjir. Selain mengakibatkan pencemaran lingkungan dan membawa penyakit, kemungkinan juga menimbulkan bahaya yang lebih dahsyat.

“Bayangkan jika bekas-bekas kursi sofa, kasur, dan perkakas rumah tangga itu ikut dibawa derasnya air sungai yang meluap. Bisa berabe kami masyarakat yang berada di kawasan sungai Isak,” tegas salah seorang tokoh masyarakat.

Duh, ternyata limbah orang kota telah mencemari lingkungan orang desa….
Segeralah pindahkan lokasi pembuangan sampah ke tempat lain. Atau perlu kreatifitas pihak terkait bagaimana agar diupayakan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan bermanfaat bagi kehidupan.[]

*Wartawan LGco

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.