Suka Duka Selama Mengikuti Event We Feed The Planet di Milan

oleh

Laporan Perjalanan Mahyudin*

MahyudinIni adalah untuk pertama kalinya bagi saya mengikuti event international, sebagaimana orang kampung saya benar-benar tidak pernah bermimpi sebelumnya. Event ini juga sebetulnya hampir gagal saya ikuti karena terkait pengurusan visa di Jakarta beberapa minggu lalu gagal karena pihak kedutaan Italy tidak berkenan mengeluarkan visa untuk saya dengan alasan lembaga yang mensponsori saya berasal dari belanda sehingga harus dikeluarkan oleh kedutaan belanda. Kemudian saya pun mencoba mengajukan visa ke kedutaan belanda dengan waktu yang sangat singkat hanya dua hari dan pengurusan yang sangat tidak normal menurut kata-kata orang. Akhirnya saya mendapatkan visa pada hari yang sama dimana saya malamnya harus berangkat.

Selama dalam perjalanan saya sebenarnya banyak dengan peserta lain terutama di saat transit di abu dabi namun karena belum kenal semua diam-diam saja dan sama-sama jaim.

sesampai di Milan pada sore hari dengan hari hujan plus dingin yang sangat luar biasa di tambah dengan agak bengong-bengong karena belum tau mau kemana plus pertama kali masuk Negara asing. Saya jalan saja mengikuti kerumunan pintu keluar, ternyata di depan pintu keluar sudah ada yang menunggu beberapa orang dari panitia dengan memberi tanda bertuliskan nama event we feed the planet.

Kemudian satu persatu orang di kumpulkan dari berbagai Negara, kami di bawa ke dalam sebuah bus menuju lokasi registrasi dan membagi peserta ke beberapa tempat tinggal sementara. Ada yang tinggal di gedung sekolah, kampus, keluaraga dan hotel. Saya berharap bisa tinggal dengan satu keluarga agar bisa mendapatkan informasi lebih tentang Milan dan budayanya ternyata tidak bisa karena saya berstatus sebagai delegasi jadi harus tinggal di hotel. Saya menunggu hampir tengah malam pada saat registrasi di lakukan karena nama saya tiba-tiba tidak muncul dalam daftar delegasi sehingga membuat saya harus menunggu lebih lama dari jadwal yang telah di tentukan.

Sekitar pukul 12 malam saya baru mendapatkan registrasi dimana panitia memberikan beberapa kelengkapan administrasi ke dalam satu tas yang berisi tiket makan, tiket transportasi local, peta perjalanan dari pertama hingga terakhir. Berhubung waktu sudah sangat larut malam saya di antar oleh satu orang panitia ke hostel dimana saya menginap. Ternyata penginapan saya itu sangat jauh dari pusat event serta dua kali berganti kreta api.

Pada pagi harinya saya disuruh datang jam 10, saya berangkat sendiri dengan bekal peta di tangan plus perut kosong karena sudah seharian tidak makan nasi kecuali hanya beberapa potong roti, mau beli makan juga tidak berani karena takut salah makan. Aksi tidak makan saya terus berlanjut sampai tiga hari kecuali hanya beberapa potong roti dan beberapa potong coklat yang memang sudah saya stok dari sejak Jakarta. Hari pertama saya santai-santai saja, sambil melihat peta yang sudah diberi rambu-rambu yang membuat siapa saja mudah untuk mendapatkan titik lokasi acara kalau ragu-ragu tinggal menunjukan kartu nama peserta ke polisi tapi itu jarang terjadi karena memang system transportasi di Milan memang bagus dimana masing-masing jalur kreta di beri warna yang berbeda sehingga membuat kita menjadi mudah kemana pun pergi.

Setelah sampai lokasi saya benar-benar bengong karena saya belum pernah melihat tumpukan manusia sebanyak itu dalam satu lokasi. Acara pembukanaan pun dimulai, disini saya mulai mendapat masalah karena bahasa inggris yang mereka gunakan berloga Italy karena saya datang santai sehingga saya mendapat tempat di belakang. Dengan tenaga tanpa nasi saya coba simak dengan baik apa yang disampaikan. Giliran pendiri slow food menyampaikan pidato saya benar – benar mendapat musibah karena dia menggunakan bahasa Italy sebagai bahasa pengantarnya sementara alat penterjemahnya sudah habis akhirnya aksi bengong dan senyum kanan kiri pun saya mulai. Lagi-lagi saya bergegas cepat mikir bagaimana supaya saya paham apa yang disampaikan saya coba-coba cari peserta yang mengerti bahasa Italy dan akhirnya ada yang bersedia membantu saya menterjamahkanya ke dalam bahasa inggris.

Setelah acara opening ceremonial selesai, dan coffee break di sambung dengan acara makan siang, sambil menunggu panitia membagi ruangan menurut regional masing-masing Pada saat makan siang kami di suguhi makanan entah apa namanya saya tidak tau plus beberapa buah-buahan. Kebetulan saya makan siang dengan beberapa teman dari Italy, Switzerland, Germany, belanda dan beberapa Negara eropa lainya yang baru saya kenal akhirnya saya menyampaikan keluhan saya bahwa saya butuh nasi kalau tidak saya bisa bahaya sambil bercanda yang disambut tawa mereka dan mereka memaklumi.

Pada hari berikutnya saya mulai paham. Saya bangun cepat-cepat dan mempersiapkan kelengkapan yang di butuhkan. Aksi lari-lari pun saya mulai dengan tenaga tanpa nasi hanya coklat dan beberapa buah-buahan, plus kopi yang memang saya bawa dari sejak awal. Setiap paginya saya benar – benar harus berlari yang di mulai dari stasiun kreta api yang sedikit jauh berlanjut ke penggantian kreta api dan pemberhentian kedua menuju lokasi, ini saya lakukan guna mendapatkan tempat duduk yang paling depan. Dan Alhamdulillah saya selalu dapat tempat duduk yang paling depan. Ini sangat penting bagi saya agar saya mudah memahami apa yang di sampaikan dari setiap nara sumber. Walaupun peserta sudah di bagi menjadi ke dalam regional masing – masing tapi kami masih di perkenankan untuk masuk ke regional lain atau memilih tema apa yang kita inginkan menurut kebutuhan kita masing-masing.

Hari_hari berikutnya saya sedikit bahagia dan terharu karena saya dapat nasi, saya sedikit terharu karena teman-teman saya dari Negara lain memanggil saya dan memberikan saya nasi, saya makan dengan lahapnya seperti orang kelaparan, sehingga membuat teman-teman saya dari Negara lain tersenyum bahkan ada yang menunjukan wajah terharunya begitu juga sebaliknya. Selesai makan setiap bertemu orang pasti selalu di tanya apa sudah makan nasi hari ini sambil mengatakan kamu merdeka hari ini karena kamu dapat nasi bahkan di antara mereka ada yang sengaja menyimpanya untuk di berikan ke saya. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.