*Catatan Munawardi
Pakan ikan buatan dikenal dengan pellet, merupakan pakan yang biasa digunakan oleh para pembudidaya ikan, sebagai pakan tambahan bagi ikan peliharaan mereka.
Namun pada budidaya ikan yang sudah tergolong skala usaha intensif, penggunaan pellet nyaris 98 persen diterapkan.
Setiap usaha budidaya ikan sangat lazim menggunakan pakan buatan berupa pellet tersebut, namun besarnya biaya yang dikeluarkan, yaitu sekitar 75 persen modal usaha terserap untuk penyediaan pakan. Tentu saja hal ini membuat banyak pembudidaya ikan kewalahan.
Sehingga besarnya biaya produksi tidak dapat dihindari, akibatnya harga jual ikan saat panen menjadi kurang kompetitif.
Tingginya harga pellet, disinyalir akibat mahalnya harga bahan baku yang digunakan untuk pembuatan pellet tersebut oleh pabrik produsen pakan ikan. Sebagian besar bahan baku masih diimpor dari luar negeri, terutama jenis tepung ikan dan beberapa bahan penting lainnya.
Ditemukannya azola sebagai sumber pakan ikan alami, yang dapat dikultur dengan teknologi sederhana, merupakan angin segar bagi usaha budidaya ikan, khususnya wilayah Aceh Tengah, yang selama ini para pembudidaya ikan di wilayah ini sering terkendala dalam menyediakan pakan ikan yang cukup jumlahnya dan berkualitas.
Balai Benih Ikan (BBI) Lukup Badak, telah mencoba mengkultur tumbuhan azola ini, dan ternyata menunjukkan hasil yang cukup bagus. Selain pertumbuhan azola yang baik, ikan yang dibudidayakan juga menyukai pakan alami azola ini, terang Kepala BBI Lukup Badak, Iwan Hasri, S.Pi, M.Si, saat ditemui di Lukup Badak, Pegasing, Kamis 1 Oktober 2015.
Dikatakan, awalnya jenis azola yang dikembangkan ini, berasal dari seorang tokoh pertanian nasional asal Gayo, Ir. M. Nur Gaybita, M.Si. Beliau mendatangkan jenis azola tersebut dari daerah Jawa Timur, kemudian mengembangkannya di lahan perkolamannya di Kampung Umah Besi, Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah.
Ada banyak jenis tumbuhan azola, jenis azola pinnata merupakan jenis azola yang dikembangkan saat ini oleh BBI Lukup Badak. azola ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya kandungan protein yang tergolong tinggi, berkisar antara 25 hingga 30 persen, pertumbuhan lebih cepat dan lebih disukai ikan, terang Iwan.
BBI Lukup Badak mulai mengembangkan jenis azola ini sejak pertengahan juni lalu. Terbilang masih baru, akan tetapi sudah pernah dipesan oleh praktisi perikanan dari beberapa Kabupaten/Kota di Aceh.
Seperti pada pelaksanaan Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK se-Aceh beberapa waktu lalu, banyak peserta yang merupakan kontingen dari SMK jurusan perikanan yang berasal dari beberapa Kabupaten/Kota di Aceh, membawa azola dari BBI Lukup Badak ini, untuk dikembangkan didaerahnya masing-masing.
Direncanakan, BBI Lukup Badak akan terus mengembangkan azola ini sebagai sumber pakan alami ikan. Penambahan lahan kultur azola terus dilakukan, dan penggunaan azola sebagai pakan ikan di BBI semakin ditingkatkan. Budidaya azola juga sangat berpotensi menjadi peluang bisnis, karena selain sebagai pakan ikan, azola sangat bagus digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk organik, demikian Iwan Hasri.