Mantan Aktivis KontraS Ini Teliti Tragedi 1965 di Gayo, Kenapa?

oleh
ilustrasi : bukanasal.wordpress.com

Darmawan Masri*

ilustrasi : bukanasal.wordpress.com
Mustawalad

Tragedi 1965 di tanoh Gayo masih menyimpan misteri dan trauma. Itulah kata peneliti kejadian berdarah yang terjadi pada tahun 1965 khusus di tanih Gayo, Mustawalad.

Apa keinginan mendasarnya meneliti kejadian kelam yang merenggut nyawa lebih dari 2500 orang Gayo saat itu?, Mustawalad menjawab, saat menjadi aktivis Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) selama tahun 2000-2009, dirinya menemui berbagai misteri yang belum diketahui orang banyak atas kejadian tersebut.

“Saya menemukan banyaknya pembunuhan terhadap orang-orang di Gayo yang terindikasi sebagai anggota partai terlarang PKI banyak yang tidak masuk akal alias salah tangan,” kata Mustawalad, Rabu 30 September 2015.

Kejadian berdarah dan kelam tersebut, sejak kecil sudah kita dengar dari cerita-cerita yang dituturkan oleh orang yang lebih tua dari kita. Namun, apa yang menjadi penyebab, tidak pernah diketahui secara jelas. Hingga akhirnya Mustawalad menemukan bahwa, penyebab nya adalah tilok wan opoh kerung (fitnah-red).

Mustawalad berkisah, saat melakukan pengumpulan data dari kejadian itu, dia menemukan beberapa hal yang dianggapnya pembunuhan salah tangan. “Di suatu kampung di daerah kita, sebuah keluarga anaknya terindikasi PKI, berdasarkan perintah dari atas untuk menumpas PKI sampai ke akar-akarnya, hingga bapak dari anak tersebut juga harus di bunuh. Dalam keseharian sang bapak merupakan seorang muadzin, saat ajal menjemputnya hingga di kuburkan, banyak yang mengaku di terdengar suara azan di kuburan sang bapak, hingga pelaku eksekusi jatuh sakit,” ungkap Mustawalad.

Masih banyak misteri-misteri lain yang dikumpulkan Mustawalad selama kejadian tersebut. Dia berencana menuangkan hasil penelitiannya ke dalam sebuah buku. “Ada beberapa kendala dalam penyusunan buku ini, terkait masalah dana dan data-data yang harus di verifikasi kembali, masih butuh waktu untuk menyusun buku ini,” kata Mustawalad.

Beberapa hasil penelitiannya sudah pernah di tulis dan dipublikasikan, salah satunya dapat di lihat di link ini :  Tilok Wan Opoh Kerong, Biang Pembantaian Salah Tangan di Gayo

Dia menilai tilok wan opoh kerung dalam kehidupan masyarakat Gayo berlangsung hingga saat ini, bahkan merambah ke semua lini, baik politik, sosial budaya dan lain sebagainya.

Mustawalad berharap kejadian tilok wan opoh kerung cukup terjadi pada saat tahun 1965 aja, jangan sampai terulang yang berimbas rusaknya tatanan kehidupan masyarakat Gayo yang dinilainya cukup berbudaya dan beradat. “Agih si munge, genap si belem.” kata Mustawalad menirukan pepatah Gayo yang berarti, kejadian yang sudah lalu, jangan sampai terulang.

Keinginannya menulis kejadian ini dalam sebuah buku, bertujuan agar sejarah kelam tahun 1965, menjadi pelajaran pelaku-pelaku tilok wan opoh kerung di Gayo, sadar akan perbuatannya yang telah menghilangkan nyawa orang lain, selain itu cap anak-anak PKI di Gayo harus dihilangkan, karena bapak atau kakeknya yang dituduh tidak bertuhan juga belum terbukti, jangan itu terbukti sebagai anggota partai terlarang PKI saja belum. Banyak korban yang terindikasi PKI di Gayo dianggap salah tangan.

 “Itu dampak sosialnya, tapi yang terpenting mengungkap sejarah yang benar dalam peristiwa tersebut,” demikian Mustawalad. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.