[Resensi Buku] Gayo Award 72+ Jema

oleh

Gayo Award 72+ Jema
People of the Coffee

Penulis : Hammadin Aman Fatih
Editor : Qaimuddin/Ibrahim Khalid
Jumlah Halaman : 107
Penerbit : Mujahid Press
Tahun Penerbitan : ?

Buku-Hammaddin

Oleh : Arfiansyah*

Membaca “Gayo Award 72+ Jema People of the Coffee” karya Hammadin mengingatkan saya pada buku “100 Tokok Paling Berpengaruh di Dunia”karya Michael H. Hart, yang terbit pada tahun 1978 dan pernah menjadi best seller dunia, dan “Time 100” dari Majalah Time, Amerika Serikat. Hart dan Times menyusun tokoh-tokoh mereka dengan usaha yang sangat serius, melakukan survey yang lama, dan berdasarkan penilaian publik. Sehingga, publikasi mereka mudah diterima publik dan berdampak pada tokoh itu sendiri, pengikut dan masyarakatnya. Bahkan tak jarang menjadi sumber inspirasi dan rujukan global lintas agama, suku, negara dan kawasan. Walaupun banyak orang yang tidak sepakat namun karena usaha penyusunan yang serius, untuk menjadi tidak sepakat juga memerlukan upaya pebuktian yang sama seriusnya seperti yang dilakukan Michael H. Hart dan Majalah Time.

Micheal H. Hart memberikan penilaian dan katergori-katergori sehingga menepatkan Muhammad, Rasul terakhir umat muslim, pada urutan pertama tokoh yang paling berpengaruh di Dunia. Hanya dalam kurun waktu + 22 tahun, Nabi Muhammad telah merubah pondasi-pondasi sosial, politik, ekonomi, dan geo politik dunia arab. Ajaran agama yang dia bawa kini menjadi ajaran agama kedua terbesar di dunia dan terus mengalami perkembangan yang pesat. Nabi Muhammad melakukan itu tanpa latar belakang pendidikan dan pengaruh keluarga yang hebat. Dia dilahirkan dari keluarga miskin dan sejak kecil sudah menjadi yatim piatu. Michael H. Hart tidak sungkan menepatkan Nabi Muhammad sebagai tokoh terbesar dalam sejarah manusia, meskipun keyakinan agamanya berbeda dengan yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Tokoh-tokoh berikut diikuti oleh Isaac Newton, seorang fisikawan dan penemu grativitas umum dan tokoh sangat penting dalam Hukum Gerak Fisika. Kemudian diikuti oleh Nabi Isa hingga yang terakhir, tokoh yang ke 100, Mahavira penemu ajaran Jainisme, yang ajarannya menekankan pada meditasi dan kesadaran diri untuk mendapatkan pencerahan dan cahaya Tuhan.

Kini banyak sekali publikasi-publikasi yang fokus pada ketokohan seorang. Kebanyakan publikasi-publikasi tersebut menekankan pada pengaruh seseorang pada skala waktu 1 tahun, 10 tahun bahkan 100 tahun kebelakang. Salah satu yang paling terkenal adalah yang dilakukan oleh Majalah time. Semenjak tahun 1999, majalah yang sangat terkenal di Amerika Serikat tersebut melakukan survey global tahunan tentang tokoh-tokoh yang telah menjadikan dunia lebih baik atau lebih buruk sehingga layak masuk pada 100 tokoh pada tahun tertentu. Setelah Susilo Bambang Yudyono, Jokowi juga masuk dalam kategori tokoh paling berpengaruh pada tahun 2015.

Buku People of the coffee (Orang-Orang Kopi) menampilkan tulisan yang sama dalam skala yang sangat kecil, hanya tokoh-tokoh dari Pegunungan Kopi Gayo. Buku tersebut mengumpulkan 72 orang yang dianggap sebagai tokoh Gayo dan layak mendapatkan apresiasi melalui bukunya. Karenanya, mungkin, buku ini diberi judul Gayo Award 72+ Jema People of The coffee atau Penghargaan Gayo untuk 72 lebih Orang-Orang Kopi Kumpulan. Tokoh-tokoh Gayo yang diulas mulai dari Genali, nenek moyang suku Gayo, Ilyas Leubee, Ali Jadun, Ulama saat ini, Al Yasa Abu Bakar dan adiknya Yusa Abu Bakar, keduanya merupakan akademisi di Universitas Islam Negeri Banda Aceh dan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, hingga yang terakhir Qory Sandioriva, Miss Indonesia tahun 2009.

Buku ini dimulai dengan ulasan sejarah suku Gayo yang dipaparkan dengan emosional subjektif daripada kajian akademik. Kemudian penulis mengulas sejarah perkembangan kopi di daerah dataran tinggi Gayo dan keungulannya. Sayangnya, penulis sedikitpun tidak mengulas tentang siapa suku Gayo, perkembangan, budaya, dan teritori. Buku ini juga tidak memaparkan metode penentuan tokoh, kategori ketokohan, tingkat popularitas ketokohan, pengaruh, dan aktifitas yang membuatnya layak menjadi tokoh, dan mengunakan referensi yang layak untuk dijadikan rujukan.

Dengan absennya metode, buku ini memberikan kesan bahwa penentuan ketokohan seseorang berdasarkan asumi pribadi, bukan asumsi publik. Sehingga penulis tidak mampu memberikan ulasan yang dalam, daripada 2 hingga 3 paragraph saja untuk masing-masing tokoh yang dianggap layak oleh buku tersebut.

Walaupun miskin metode dan terkesan ingin mengajukan tokoh pribadinya kepada publik, buku ini, seperti buku-buku yang lain, harus kita apresiasi karena usahanya untuk mengingatkan kita pada sosok yang sebagiannya tidak kita kenal atau mungkin lupakan. Sajian sangat sederhana dari Hammaddin ini sejatinya diikuti oleh kajian yang serius dan mendalam sehingga kontribusi, pengaruh dan ketokohan seseorang benar-benar dapat dirasakan oleh pembaca daripada hanya memaparkan curriculum vitae versi sederhananya saja. Buku ini, dapat menjadi pijakan pertama penulisan buku tokoh-tokoh Gayo yang lebih serius.[]

*Mahasiswa S3 di Belanda

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.