Dr. Zainuddin: Perlu Wadah Bagi Pemerhati Bahasa Gayo

oleh
(Doc. LGco)
(Doc. LGco)
(Doc. LGco)

Medan-LintasGayo.co : Bahasa Gayo berpotensi punah, meski dalam jangka panjang. Fakta ini didukung dengan rendahnya kesadaran masyarakat Gayo dalam menggunakan, mempelajari, dan mengajarkan bahasa Gayo kepada generasi muda.

“Melihat kondisi ini, kita perlu wadah bagi pemerhati bahasa Gayo. Di dalamnya, bisa akademisi, peneliti, penggiat, dan pemerhati bahasa Gayo itu sendiri, walaupun latar pendidikan dan pengalamannya bukan dari linguistik (ilmu bahasa) atau pendidikan bahasa,” kata Dr. Zainuddin, Dosen Bahasa/Sastra Inggris Universitas Negeri Medan (UNIMED) di Medan, Minggu (13/9/2015).

Dengan adanya wadah ini, sebut laki-laki asal Takengon ini, diharapkan bisa meningkatkan silaturrahim antarpemerhati bahasa Gayo baik di Gayo maupun di luar Gayo. Lebih dari itu, bisa dilakukan langkah antisipatif bersama dalam menyelamatkan dan melestarikan bahasa Gayo.

“Langkah riil bersama ini yang perlu dilakukan dari sekarang, meski sejauh ini kita sudah bergerak masing-masing. Kalau semua potensi ini disatukan, pasti dampaknya akan semakin besar dan bermanfaat bagi pelestarian bahasa Gayo,” kata Dr. Zainuddin.

Diceritakan Zainuddin yang baru merampungkan Doktornya di Program Doktor Linguistik Universitas Sumatera Utara (USU), pada tahun 2008, mahasiswa pascasarjana dan program doktor linguistik dari Gayo yang kuliah di USU sempat duduk bersama dan berdiskusi tentang bahasa Gayo, budaya serta Gayo secara umum.

“Waktu itu, kita sepakat, mengambil spesialisasi yang berbeda. Jadinya, SDM kita lebih kaya. Tidak menumpuk satu spesialisasi. Saya ambil morfologi. Ada yang mengambil fonologi, linguistik historis komparatif, ekolinguistik, sosiolinguistik, dan pemerolehan bahasa. Ada tujuh mahasiswa linguistik dari Takengon di USU, ketika itu, tiga S-2, empat S-3, dan satu lagi S-2 terjemahan. Jadi, delapan semuanya dengan S-2 terjemahan tadi,” ungkapnya.

Akan tetapi, setelah tamat, silaturrahmi dan komunikasi mereka jadi berkurang. Karena, disibukan dengan pekerjaan dan kegiatan masing-masing. Oleh karena itu, tegas Zainuddin, adanya upaya pembentukan Balai Bahasa Gayo yang digagas peneliti/penulis Yusradi Usman al-Gayoni dan akademisi STAIN Gajah Putih Joni MN, pada bulan Maret 2005 yang lalu, patut didukung.

“Ini positif sekali. Saya mendukung 100 %. Nanti, kita bisa kumpul, saling kenal satu sama lain, menguatkan silaturrahim, dan diharapkan ada langkah bersama nantinya dalam melestarikan bahasa Gayo. Soal nama, apa pun namanya bagus. Yang penting, kita berbuat sama-sama,” sebutnya.

Zainuddin berharap agar ada pertemuan awal antarpemerhati bahasa Gayo. “Harapannya, kita bisa bertemu, dalam waktu dekat,” kata Zainuddin.

(GM)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.