Didisen “Punahkan” Ikan Depik

oleh
Didisen. (LGco_Muna)

DIDISEN berpotensi mempercepat punahnya ikan Depik, jika tidak segera dilakukan upaya pengelolaan dengan benar, demikian dinyatakan peneliti senior dari Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Palembang, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Dr. Husnah, M.Phil, pada acara Focus Group Discussion (FGD) tentang “sosial ekonomi perikanan Danau Lut Tawar” di ruang Opsroom Setdakab Aceh Tengah, Mei 2013 lalu.

Didisen. (LGco_Muna)
Didisen. (LGco_Muna)

Berdasarkan hasil penelitian Tim BP3U Palembang tahun 2011 hingga 2013 lalu, bahwasannya ikan Depik (Rasbora tawarensis), oleh masyarakat sekitar Danau Lut Tawar, selama ini dianggap sebagai “ikan keramat” atau “ikan suci” serta tidak dapat dibudidayakan ternyata tidak benar.

Dipaparkan Husnah, telur ikan Depik yang diperoleh dari Didisen ternyata dapat menetas dalam waktu 24 Jam, dan setelah menetas dua hari, larva ikan depik yang berbentuk seperti kecebong berukuran sangat kecil, mulai membutuhkan pakan berupa plankton.

Dr. Husnah menceritakan, banyak sekali telur ikan Depik terdapat disekitar lokasi didisen. Namun sangat disayangkan setiap hari dirusak dengan cara dikayuh oleh nelayan didisen agar dapat hanyut keluar dari didisen, yang bertujuan agar tidak mengotori didisen mereka.

Perlakuan seperti ini tentunya dapat merusak telur-telur ikan Depik yang sudah dibuahi itu keluh Dr. Husnah menyayangkan hal itu, yang kembali menerangkan bahwa ribuan bahkan jutaan telur atau larva ikan Depik akan mati sia-sia sehingga mengganggu proses reproduksi alami ikan Depik di Danau Lut Tawar.

Hal ini tentu saja mempercepat turunnya jumlah populasi ikan Depik, selanjutnya berdampak langsung terhadap semakin menurunnya produksi hasil tangkapan.

Sebagai solusi agar nelayan Didisen dapat berkontribusi terhadap upaya pelestarian ikan Depik, Dr. Husnah menyarankan kepada para nelayan agar dapat membuatkan saluran khusus di Didisen, dengan tujuan, agar telur-telur ikan Depik dapat menetas dengan aman dan larvanya dapat tumbuh kembali menjadi dewasa.

“Saya rasa tidak banyak habis biaya untuk membuat saluran itu, jika dibandingkan dengan penghasilan dari menangkap ikan Depik yang mencapai beberapa kaleng dan bernilai jutaan rupiah tiap bulannya,” himbau Husnah kepada para nelayan.

Dalam paparannya, Dr. Husnah juga menunjukkan video menetasnya telur ikan Depik menjadi larva anak ikan yang berhasil didokumentasikan melalui pengamatanya dibawah mikroskop.

Jadikan Ikon Daerah
Di kesempatan itu juga, Dr. Husnah, M.Phil mencetuskan jika ikan Depik (Rasbora tawarensis) dan ikan Kawan (Propuntius tawarensis) sangat baik sekali jika dijadikan ikon daerah.

D&K (2)Dia mengaku juga telah menyarankan hal tersebut kepada Wakil Bupati Aceh Tengah, saat mengadakan audiensi dan diskusi, tentang kegiatan penelitian yang dilaksanakannya bersama tim di Danau Lut Tawar beberapa waktu lalu.

“Ini merupakan hal yang sangat luar biasa”, ungkap Husnah dengan nada haru. Kita harus bangga karena Danau Lut Tawar menyimpan sumberdaya ikan yang hanya ada satu-satunya di dunia. Bayangkan jika Depik dan Kawan punah maka dunia juga akan kehilangan, timpal Husnah.

Kegiatan ini diikuti oleh para pemangku kepentingan Danau Lut Tawar yang terdiri dari Nelayan, Pembudidaya Ikan, Pemerhati Danau Lut Tawar, LSM, instansi pemerintah dan lain-lain. (MA)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.