Majmi Adam Malik, Dedikasi Penyuluh Pertanian di Desa Terpencil

oleh

Catatan : Fathan Muhammad Taufiq*

Adam MalikKampung Merandih Paya merupakan salah satu desa di wilayah kemukiman Pameu (Pamar) kecamatan Rusip Antara kabupaten Aceh Tengah yang letaknya di daerah pedalaman Gayo yang berbatasan dengan kabupaten Pidie Jaya. Desa dengan kategori terpencil itu memang berada jauh dari ibukota kabupaten dengan akses jalan menuju desa tersebut masih tergolong tidak baik bahkan boleh dikatakan masih “parah”. Untuk mencapai desa itu, harus melalui jalanan menanjak dan menurun tajam yang sebagian masih berupa jalan tanah dan jalan berbatu yang cukup sulit dilalui kendaraan. Meski berada jauh dari pusat kota, namun desa seluas hampir 5.000 hektare yang masih dikelilingi kawasan hutan tersebut mempunyai potensi pertanian yang luar biasa, hamparan lahan sawah yang cukup luas, kebun kopi, kakao , rotan jernang dan durian banyak ditemui di desa berpenduduk sekitar 116 kepala keluarga atau sekitar 462 jiwa tersebut.

Lahan sawah yang hampir mencapai 100 hektare di desa tersebut, akhirnya menjadi bahan pertimbangan Dinas Pertanian untuk memasukkan desa tersebut sebagai salah satu sasaran program Upsus Padi di Kabupaten Aceh Tengah, demikian juga Dinas Perkebunan dan Kehutanan yang menjadikan desa ini sebagai salah satu lahan pengembangan komoditi kakao dan pilot project budidaya Rotan Jernang.

Untuk mensukseskan program-program pertanian yang telah di alokasikan di wilayah terpencil tersebut sangat dibutuhkan penyuluh pertanian yang memiliki motivasi yang kuat dan punya dedikasi serta spirit pengabdian yang tinggi. Dan karakter seperti itulah yang melekat pada sosok penyuluh pertanian muda bernama Majmi Adam Malik, pemuda berwajah ganteng kelahiran 19 Maret 1984 itu sudah lebih 3 tahun setia mengabdi sebagai penyuluh pertanian di desa terpencil tersebut. Meski statusnya masih sebagai penyuluh kontrak, namun semangat dari anak muda yang satu ini sangat luar biasa, tantangan alam yang cukup berat, dia jalani dengan penuh kesabaran dan nyaris tanpa keluhan. Dia sadar, sebagai seorang penyuluh, dia harus siap ditempatkan dimanapun, karena dia juga paham bahwa semua petani dimanapun keberadaannya berhak untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan.

Bukan hal mudah memang, karena untuk mencapai desa binaannya tersebut, Majmi harus rela mempertaruhkan semua yang dia miliki, bahkan tidak jarang keselamatan dirinya juga dia pertaruhkan demi tugas yang sangat mulia ini. Tak jarang dia harus jatuh bangun dari sepeda motornya saat melintasi jalanan terjal berbatu atau penurunan tajam yang licin, baginya terjatuh dari tunggangannya adalah hal yang iasa, lecet-lecet atau terkilir kaki dan tangan juga seperti sudah menjadi kesehariannya. Adakalanya sepeda motor yang dia kendarai mengalami kerusakan atau pecah ban, maka dia harus rela bermalam di tengah jalan atau mendorong kendaraannya menempuh perjalanan yang tidak dekat. Pada musim hujan, tidak jarang kendaraan yang ditumpanginya terpaksa harus “berenang” menyeberangi sungai kecil atau kubangan air, pakaian basah oleh air kotor dan sepatu boot penuh lumpur, seperti sudah menjadi “asesoris”nya.

Sebagai penyuluh yang punya dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya, membuat Majmi harus rela meninggalkan isteri dan seorang anaknya yang masih balita itu selama berhari-hari. Untuk menjalankan tugasnya, Majmi terkadang memang harus menginap di desa binaannya itu, beruntung warga desa terpencil itu birsikap sangat baik kepada penyuluh pertanian mereka. Majmi bisa menginap di rumah manapun yang dia inginkan, karena warga desa yang kesemuanya berprofesi sebagai petani itu selalu terbuka untuk menerima kedatangan pendamping mereka dalam berusaha tani. Respons positif yang ditunjukkan oleh warga tersebut menjadi salah satu alasan bagi Majmi sehingga dia mersa betah berda di tengah-tengah para petani di desa terpencil itu, padahal sebelumnya jarang sekali ada penyuluh yang mampu bertahan lama membina petani di desa itu, karena selain lokasinya yang sulit dijangkau, desa tersebut juga sering “menghadiahi” pendududuk dan pendatang dengan penyakit malaria, karena memang sebagian besar wilayah desa itu berupa paya atau rawa yang menjadi sarang empuk bagi nyamuk malaria.

Tapi seiring dengan meningkatkanya kesadaran warga terhadap kebersihan lingkungan, secara perlahan momok penyakit malaria sekarang sudah semakin berkurang, kalaupun terjadi mungkin hanya satu dua kasus saja setiap bulannya. Meningkatnya kesadarna masyarakat itu juga tidak terlepas dari kiprak Majmi yang dengan sukarela membantu bidan desa yang ada di desa tersebut memberikan pencerahan dan penerangan kepada warga.

Salah satu kelebihan Majmi dalam melakukan tugas kepenyuluhannya adalah kemampuanya berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga setempat, sikap santun tanpa kesan menggurui selalu dia tampilkan dalam setiap pertemuannya dengan para petani di desa itu. Itulah sebanya kehadiran Majmi selalu ditunggu oleh warga menginginkan desanya bisa maju seperti desa-desa lainnya. Merubah pola fikir masyarakan dari cara bertani konvensional menjadi usaha tani intensif, memang bukan hala mudah untuk desa terpencil seperti Merandih Paya ini, tapi berkat ketekunan dan ketealtenan serta pendekatan humanis yang diterapkan oleh sosok penyuluh muda ini, secara perlahan telah mampu merubah pola fikir warga di bidang pertanian. Kini merka sudah familiar dengan penanaman padi dengan pola jajar legowo, merawat dan memelihara tanaman mereka dengan baik dan melakukan pemupukan berimbang sebagaimana disarankan oleh penyuluh mereka. Dan hasilnya, pada musim panen tahun 2015 ini, produktifitas padi mereka meningkat drastis. Begitu pula hasil perkebunan mereka berupa kopi, kakao dan getah jernang juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, tentu ini menjadi kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi Majmi, karena para petani binaannya berhasil meningkatkan kesejahteraan mreka.

Meski nyaris tidak pernah mengeluhkan pekerjaannya yang cukup berat itu, tapi Majmi tetap berharap seperti rekan-rekan penyuluh kontrak lainnya, dia berharap pemerintah segera mengangkatnya menjadi Pegawai Negeri Sipil, karena meski merasa bahwa menjadi penyuluh pertanian adalah panggilan jiwanya, tetap saja dia berharap masa depannya bisa lebih jelas, sebuah harapan yang sangat wajar untuk penyuluh yang punya dedikasi dan semangat pengabdian yang begitu tinggi seperti sosok Majmi Adam Malik ini. Semoga sedikit gambaran tentang kegigihan penyuluh muda yang tanpa kenal lelah membimbing dan membina petani di desa terpencil ini dibaca dan diperhatikan oleh pihak-pihak terkait, dedikasi seorang penyuluh di desa terpencil seperti ini memang pantas untuk mendapatkan apresiasi.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.